Membawa resep Sate Donal dari Cilacap
Sejak menjadi abdi dalem, Pak Parmin dan Bu Parmin bertugas membantu membersihkan dan turut menjaga Pesanggrahan Ngeksigondo. Di samping pengabdiannya, mereka sejak lama membuka usaha makanan.
Mereka pernah berjualan nasi goreng dan sejumlah makanan lain. Memanfaatkan potensi dari kunjungan wisatawan ke Kaliurang yang cukup ramai.
Mulanya dagangan mereka tak cukup ramai. Sampai akhirnya, anak pertama mereka yang sedang tinggal di Kroya, Cilacap mengusulkan untuk menjual sate dari daging entok.
Kebetulan di sana sang anak juga sudah mencoba jualan makanan serupa. Penghasilannya cukup lumayan.
“Akhirnya kami coba untuk buat di sini. Resepnya ya dari anak kami itu,” kata Bu Suparmin.
Ternyata saat mulai mencoba menjualnya di tahun 2000, peminatnya cukup banyak. Saat itu, menurut Suparmin, belum banyak yang menjual olahan entok di Jogja. Berbeda dengan sekarang, kuliner serupa cukup jamak ditemui.
Pada masa-masa awal membuka usaha Sate Donal Pak Min, dalam sehari warung bisa memotong 17-18 ekor entok. Meski jumlah entok yang mereka potong dalam sehari tidak selalu banyak, tapi bisa untuk menghidupi keluarga.
“Ya namanya usaha, dulu sempat ramai banget sekarang ya begini. Kadang sehari satu ekor saja tergantung wisatawan,” tuturnya.
Menghadirkan sate entok dengan cita rasa yang sangat Jogja
Proses membakar usai dan seporsi sate entok pun terhidang. Ada delapan tusuk sate dalam setiap sajian. Menariknya, porsi nasinya cukup melimpah dengan wadah berupa tungku. Pembeli bisa mengambil sesuai yang mereka inginkan.
Satenya dibumbui beberapa kali selama proses pembakaran sehingga bau amis dari daging entok sudah tidak terasa. Rasa sedikit pedas muncul dari lada yang ditabur saat proses pembakaran.
Selanjutnya, penyajian bumbu terpisah menggunakan mangkuk. Bumbu kacang berwarna coklat kehitaman itu penuh dengan potongan bawang merah yang menambah rasa sedap.
Secara umum, cita rasa sate dengan bumbunya dominan manis. Seperti kebanyakan masakan dari Jogja. Jika suka pedas, pembeli bisa menambahkan potongan cabai yang tersedia. Rasa manis juga saya rasakan saat mencicipi menu tongseng entok pada kunjungan sebelumnya. Kuahnya kental dan rempahnya cukup kuat. Seporsi sate, nasi, dengan es teh dibanderol seharga Rp35 ribu.
Sate entok di sini ternyata menjadi magnet bagi banyak lidah dari luar daerah. Suparmin menuturkan, banyak pelanggan dari Solo, Semarang, hingga Jakarta yang kembali mampir saat berkunjung ke Jogja.
Warung ini jadi salah satu pilihan kuliner menarik untuk dicoba saat berkunjung ke Kaliurang. Menikmati hawa dingin di kaki Merapi bersama potongan daging entok yang empuk dan menggoda.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Sleman Punya Entok Slenget Kang Tanir, Kuliner Pedas di Jogja Utara
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News