Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Pengalaman Saya Menyusuri Kios-kios Pasar Seni Ubud di Momen yang Kurang Tepat, Mulai dari Cuaca Ekstrem hingga Pasca Kebakaran

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
24 Desember 2024
A A
Pengalaman Saya Berkunjung ke Pasar Seni Ubud, Pusat Belanja Terbesar di Bali. MOJOK.CO

Turis dari mancanegara tampak berkeliling di Pasar Seni Ubud meski cuaca mendung. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Mengunjungi Pasar Seni Ubud mungkin bukan pilihan tepat bagi saya di penghujung tahun 2024, sebab ada beberapa pengalaman yang kurang mengenakkan saat saya berkunjung ke sana pada Kamis (19/12/2024). Padahal, pusat belanja di Bali itu sebetulnya nggak jelek-jelek amat.

***

Pasar Seni Ubud adalah jujugan bagi wisatawan yang ingin berbelanja oleh-oleh khas Bali. Tempat itu diklaim sebagai pusat perbelanjaan terbesar dan ramai yang dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Merujuk pada laman resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Ubud memiliki wisatawan dengan jangka waktu lama tinggal di suatu hotel. Sementara, Pasar Seni Ubud merupakan salah satu tempat yang menimbulkan kesenangan dan kenyamanan bagi pengunjung.

“Tamu-tamu kami kebanyakan dari Eropa, Amerika, sekarang juga ada dari Jepang dan juga China, mereka sangat tertarik menyaksikan keunikan kultur dan budaya yang masih sangat kental,” kata Bagus pada Senin (19/8/2024).

Berdasarkan pengalaman saya bersama rombongan Mojok, Ubud terbukti dikunjungi oleh banyak turis mancanegara. Meski waktu saya datang, mayoritas turis India yang saya jumpai. 

Selain itu, cuaca di Ubud terus mendung. Kebetulan, kami datang saat musim hujan. Maka, hawa dingin dan gerimis yang menyambut piknik saya bersama karyawan Mojok mengganggu pengalaman kami liburan, sebelum natal dan tahun baru. 

Hujan menghadang di Pasar Seni Ubud

Saya dan lima orang kawan saya harus mengenakan jas hujan maupun payung guna berjalan dari parkiran bus ke Pasar Seni Ubud. Jalanan terlihat becek dan cuaca masih gerimis. Rupanya, Fendi (27) tidak membawa jas hujan dan ingin membeli sandal.

Pengalaman Saya Berkunjung ke Pasar Seni Ubud, Pusat Belanja Terbesar di Bali. MOJOK.CO
Wisatawan sedang memilih kerajinan di Pasar Seni Ubud Bali. (Ahmad Effendi/Mojok.co)

Fendi meminta saya menunggu sejenak karena dia ingin mampir ke Alfamart untuk membeli sandal jepit. Kata dia, sepatunya sudah basah dan kurang nyaman dipakai.

Saya pun bertanya, kenapa Fendi tidak membeli sandal di toko-toko kerajinan yang akan kami lewati nanti? Dia hanya menjawab singkat.

“Mahal,” kata Fendi kepada saya, Senin (19/12/2024).

Toko oleh-oleh yang ada di sepanjang jalan Pasar Seni Ubud memang banyak, tapi saya bisa menghitung dengan lima jari, berapa toko yang menjual sandal jepit. Belum lagi, toko itu tidak terlihat seperti kios biasa. Dekorasinya tampak mewah dengan hiasan lampu yang menyala.

Pedagang Pasar Seni Ubud jutek

Kurang lebih 15 menit saya dan rombongan Mojok tiba di Pasar Seni Ubud. Kami menyusuri tiap kios yang memperlihatkan karya dari seniman Bali. Di sana, saya dapat melihat lukisan, ukiran kayu, patung, kain tradisional, perhiasan, topeng dan wayang kulit, kerajinan rajut, serta aksesoris yang dijual.

Mata saya menyorot suatu kios yang menjual karya seni rupa berupa patung bronze yang terbuat dari paduan tembaga dengan timah atau seng. Kebanyakan, bentuknya adalah dewa yang disembah oleh warga Bali beragama Hindu.

Iklan

Saya tidak bisa bertanya-tanya lebih lanjut kepada sang penjual. Mukanya saja sudah jutek saat saya memotret-motret barang dagangannya. Barangkali dia risih karena saya masuk ruko dan menghalangi jalannya. 

Bisa jadi juga, berdasarkan pengalamannya, dia tahu bahwa saya adalah tipe wisawatan yang kemungkinan tidak membeli dan hanya melihat-lihat. Terlebih, kegiatan memotret mungkin dinilai dapat merusak barang dagangannya, karena tidak sengaja menyenggol barang tersebut. 

Pengalaman Saya Berkunjung ke Pasar Seni Ubud, Pusat Belanja Terbesar di Bali. MOJOK.CO
Patung bronze yang ada di Pasar Seni Ubud. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Ya, masih ada banyak lagi kemungkinan lain. Saya sih beruntung karena tidak diusir atau dimarahi. 

“Sudah? Kalau sudah, ayo kita lihat-lihat yang lain,” ajak Fendi mengingatkan saya.

Kami pun lanjut berjalan, masih di lantai satu area tengah. Sayangnya, saya tidak bisa leluasa melihat seluruh karya seni, sebab beberapa pedagang menutupinya dengan terpal atau plastik agar tidak terkena air hujan. 

Sejumlah surat kabar bahkan menginformasikan hujan deras mengguyur wilayah Gianyar, Bali pada Senin (16/12) siang hingga sore. Sementara, cuaca di Pasar Seni Ubud masih gerimis siang itu. Namun, pusat belanja di Bali itu sepertinya memang tak pernah sepi dari turis.

Pedagangnya sampai mengemis

Setelah puas melihat-lihat, kami memutuskan beristirahat di dekat pintu masuk. Tak jauh dari tenda sponsor milik Bank Pembangunan Daerah Bali (BPD) berwarna hijau. Tenda itu menjadi lapak sementara bagi pedagang yang terkena dampak kebakaran pada Sabtu siang (17/8/2024) lalu. 

Merujuk pada laman resmi Kemenparekraf, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, I Wayan Gede Sedana Putra mengatakan kebakaran terjadi di sisi bagian pedagang Pasar Seni Ubud saat pagi atau blok timur.

Dia mencatat, kurang lebih ada seribu pelaku UMKM ekonomi kreatif yang berjualan di sana, 238 diantaranya terdampak oleh kebakaran tersebut. Sejumlah pedagang pun sudah direlokasi.

Baru beberapa menit saya dan rombongan Mojok bercengkrama, sudah ada dua orang pedagang yang menawarkan barang dagangannya secara bergantian. Pedagang pertama menjual jas hujan.

Dia menawarkan jas hujan dengan harga Rp30 ribu. Wajah Fendi terlihat sedikit terkejut karena harganya yang mahal. Dia pun mengeluarkan keahliannya menawar. Proses itu tidak berlangsung lama, hanya sedikit adu rayu. 

Sampai akhirnya, Fendi dan pedagang itu sepakat. Dia menawar jas hujan itu dengan harga Rp25 ribu. Fendi memilih jas hujan berwarna merah muda, sekaligus memakainya. Tidak berhenti sampai di situ, pedagang itu juga mengajak kami mampir ke tenda dagangannya.

“Ayo, Nak! Mampir. Saya kasih murah. Kalau di dalam mahal tidak bisa ditawar,” kata pedagang yang rupanya berjualan kain maupun baju Bali itu. 

Namun, kami pun menolaknya: tidak dulu. Tak lama kemudian, muncul pedagang kedua. Pedagang itu juga menawarkan barang yang sama, yakni kain khas Bali. Kami sudah menolak, tapi ibu itu terus merayu.

“Kasihan ibu, Nak. Barang dagangan habis terbakar. Omset terus menurun. Beli lah,” rayu pedagang Pasar Seni Ubud itu. Kami pun memutuskan pergi dari sana. 

Barang yang dijual mahal dan tidak bervariasi

Pengalaman Saya Berkunjung ke Pasar Seni Ubud, Pusat Belanja Terbesar di Bali. MOJOK.CO
Karya seni yang dijual di Pasar Seni Ubud, Bali. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Rupanya, pengalaman tidak mengenakkan mengelilingi Pasar Seni Ubud, bukan saya saja yang merasakan. Salah satu pengunjung bernama Penelope merasa tidak puas saat berbelanja di Pasar Seni Ubud, sebab harga barang yang dijual terlalu mahal.

“Harga yang terlalu tinggi memaksa pengunjung melakukan tawar-menawar tanpa henti sampai dia mendapatkan harga yang adil,” ucapnya dari ulasan Google Maps Pasar Seni Ubud, dikutip pada Selasa (24/12/2024).

Proses tawar-menawar itu membuatnya lelah setiap mengunjungi kios-kios yang ada di sana. Padahal, barang dagangan yang ada di sana juga tidak terlalu bervariasi. Alias, jenisnya sama.

Penelope berujar pusat belanja itu gagal menunjukkan keragaman kerajinan Bali, meski sekilas sudah menunjukan suadana pasar tradisional dengan hiruk-pikuk kehidupan masyarakat Bali.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Menikmati Perpaduan Bumbu Khas Bali dan Jogja di Arumkayu Munduk, Jujugan Wisatawan Sebelum Singgah ke Ubud Bali

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 24 Desember 2024 oleh

Tags: cuaca ekstremkerajinan Balipasar seni ubudpusat belanja di balirekomendasi oleh-oleh bali
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

cuaca ekstrem
Kilas

Sejumlah Wilayah Berstatus Siaga karena Cuaca Ekstrem, Apa yang Terjadi?

29 Desember 2022
cuaca ekstrem mojok.co
Kilas

Waspada Cuaca Ekstrem di DIY Tiga Hari Mendatang

10 Oktober 2022
warjono bmkg yogykarta mojok.co
Kilas

Cuaca Ekstrem di Jogja, Waspadai Angin Kencang hingga Hujan Es

4 April 2022
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co
Esai

Kita Diminta Waspadai Cuaca Ekstrem, tapi Tidak Diberi Tahu Caranya Gimana

8 Februari 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.