Sudah delapan tahun saya mengendarai Yamaha Mio 2011. Motor matic bekas milik kakak saya ini memang kerap membawa sial, tapi bukan berarti saya membencinya. Ada beberapa momen yang membuat saya bersyukur memilikinya terutama untuk pergi wisata.
***
Hubungan saya dan motor Yamaha Mio 2011 diambang perasaan cinta dan benci. Benci karena ada saja hal yang tak terduga saat saya ingin mengendarainya untuk jarak jauh. Sekaligus cinta karena kesialan yang kami alami selalu memberikan hikmah yang berharga.
Barangkali, memang seperti itulah cinta. Harus menerima setiap kekurangan. Saya pun tak bisa mengelak jika motor Yamaha Mio 2011 saya ini sudah butut. Tidak bisa dibuat kebut-kebutan dengan motor lainnya.
Ukurannya juga sangat mungil, tapi bagi tubuh saya yang juga kecil, ukuran motor ini tak jadi masalah. Malah menguntungkan. Minimal, saya bisa mengganjal tubuhnya dengan kaki menapak tanah.
Sebab, kalau mencoba nyetir pakai Honda PCX, orang-orang selalu mempertanyakan: memang bisa?
Begitu kata teman-teman saya yang barangkali juga khawatir kalau saya kenapa-napa di jalan, karena ukuran PCX yang lebih besar dari badan saya. Duduk saya pun harus selalu maju. Setidaknya sampai ujung mendekati kemudi, agar jari-jari kaki saya bisa menahannya saat lampu merah.
Saya juga pernah mencoba Scoopy, motor matic yang juga keluaran Honda. Namun, saya tidak terlalu menyukainya karena terlalu bulat dan juga lebih berat dibandingkan Yamaha Mio 2011. Jadi saya pikir kurang praktis.
Oleh karena itu, ukuran dan bentuk menjadi salah satu alasan saya mempertahankan Yamaha Mio Sporty selama 8 tahun. Motor itulah yang sehari-hari menemani saya berkelana, mulai dari mendaki dan melewati jalanan pantai. Meskipun ada hari di mana saya muak mengendarainya.
Yamaha Mio 2011 membawa petaka
Sabtu pagi, (12/4/2025) saya berencana ke Pantai Samas, Kabupaten Bantul bersama seorang teman. Saya sudah berada di kosannya yang berjarak 19 kilometer dari kosan saya.
Perjalanan satu jam itu saya tempuh bersama motor Yamaha Mio Sporty saya. Selama mengendarai motor matic tersebut ke kosan teman saya, saya merasa aman-aman saja. Tak ada kendala seperti biasa.
Motor itu juga sempat saya istirahatkan sekitar dua jam, sebab kami tak langsung berangkat. Saya dan teman saya mampir lebih dulu ke swalayan untuk membeli perbekalan seperti minuman dan makan ringan.
Setelah itu, kami baru memulai perjalan dari kosan teman saya menuju Pantai Samas. Menurut G-Maps, jaraknya sekitar 24 kilometer dengan waktu tempuh 45 menit.
Saya yang dibonceng teman saya pun merasa santai. Toh, saya pernah mengendarai Yamaha Mio 2011 itu selama dua jam dan tetap aman. Selama perjalanan itu, kami asyik bergurau.
Sesekali kami hanya diam, menikmati angin sepoi dan indahnya pemandangan. Hingga tak terasa, perjalanan kami tinggal 10 menit ke Pantai Samas. Tapi tiba-tiba, motor Yamaha Mio 2011 saya ngadat.
“Wak motormu nggak isok (bisa) digas wak,” kata teman saya yang tiba-tiba mengondisikan Yamaha Mio Sporty ke tepi jalan.
Baca Halaman Selanjutnya
Sudah rutin service tapi masih mogok
“Loh, sumpah?” tanya saya sedikit tidak percaya.
“Iyo Cak, koyok e (sepertinya) gara-gara tak gas terus. Gak mandek (nggak berhenti).”
“Mosok se? Wes tak service lo. Dua minggu wingi sek tas ganti oli. Bensin e ta yo?” (Benarkah? Sudah aku service padahal. Dua minggu kemarin aku baru saja ganti oli. Apa karena bensin ya?)
“Nggak kok, bensin aman. Minggir sek ae (minggir dulu saja) kali ya.” kata teman saya akhirnya, yang sudah mencoba menyalakan Yamaha Mio 2011 saya beberapa kali tapi tak kunjung nyala.
Dapat apa? Dapat hikmahnya…
Kami pun mencoba bertanya ke warga sekitar di mana lokasi bengkel terdekat. Beruntung, jaraknya tidak terlalu jauh meski mengharuskan kami menuntun.
“Ini businya Mbak,” kata seorang bapak yang memeriksa Yamaha Mio 2011 saya sekitar 20 menit.
Itu pun baru memeriksa, belum memperbaikinya. Tak lama setelah kami tiba, hujan mengguyur kawasan Bantul. Saya hanya bisa menatap teman saya yang melihat proses “penyembuhan” motor saya. Matanya terlihat iba, apalagi saya.
“Cak, cak, kurang 10 menit ae mati. Padahal wes ape totok (padahal sudah mau sampai),” kata saya kecewa, “Gimana, mau dilanjut?”
“Udan Cak. Wes nggak mood nggak se. Totok kono yowes basah, (Hujan, sudah nggak mood nggak sih? Sampai sana juga pasti basah).”
Oleh karena itu, jadilah kami nongki di perbengkelan. Sepanjang perbaikan motor Yamaha Mio 2011 saya, kami berdua terus cekikikan bahkan pada hal-hal yang sepele.
Saat seorang kucing keluar dari pintu rumah dengan wajahnya yang sinis, misalnya. Ia tampak seperti baru bangun tidur. Mungkin terganggu dengan suara berisik kami, sebab ia seolah memeloti kami dengan wajah masam dan lucunya.
Hingga sekitar satu jam berlalu, suara bising dari Yamaha Mio 2011 saya melawan suara hujan. Ia memekik, seolah bangun dari koma. Sontak, kami berdua mengucapkan alhamdulillah.
Setidaknya, meski tak jadi pergi wisata ke pantai, motor matic saya masih menyala. Dan kami bisa pulang dengan selamat. Mengingat, jalanan yang kami tempuh tadi kebanyakan dahan dan sawah. Bisa dipastikan, jalanan akan gelap saat malam.
Yamaha Mio 2011 masih kuat menerjang bukit
Peristiwa mogoknya Yamaha Mio 2011 tadi menjadi pelajaran berharga bagi saya, betapa pentingnya meng-service motor. Maka, beberapa bulan berikutnya sebelum saya dan teman saya mengagendakan pergi wisata ke bukit, saya sudah meng-service-nya duluan.
Kami pergi wisata ke Bukit Argobelah yang ada di wilayah Deles Indah, Klaten. Jaraknya sekitar 24 kilometer dari kosan saya atau butuh waktu selama 47 menit.
Sama seperti kemarin, teman saya membonceng dengan Yamaha Mio Sporty saya. Kali ini, jalanannya berbeda dengan arah menuju pantai. Untuk menuju Bukit Argobelah, Yamaha Mio 2011 saya harus kuat naik memboyong tubuh kami berdua.
Awalnya, ia bergetar, tapi masih bisa bergerak pelan-pelan. Saya sudah sedikit khawatir, tapi teman saya sudah sangat lihai mengendarainya. Minimal, Yamaha Mio 2011 saya tak lagi mogok di tengah jalan. Ia bahkan berhasil mengantarkan kami sampai tujuan.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: 5 Tahun Pakai Yamaha Mio Pemberian Bapak, Motor Butut Menerjang Sial Suramadu-Bojonegoro atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
