Gerakan ini bukan filantropi. Tada protes ke otoritas di dalamnya. Dulu, anak-anak muda berkumpul hampir setiap hari. Mereka membawa sandang dan pangan ke kolong Flyover Janti untuk dibagikan.
Ya, sandang berupa pakaian layak pakai dan beberapa bungkus nasi akan dibagikan secara gratis kepada orang-orang, khususnya tunawisma. Pakaian dan makanan gratis ini didapat melalui donasi dari masyarakat maupun kolektif.
Saya mereplikasi gerakan ini ke skala yang lebih sempit di Jalan Gejayan. Sepanjang pandemi Covid-19, kami mengelola gerakan Pasar Gratis di tepi salah satu jalan terpadat di Jogja itu. Kesadaran ini saya dapatkan berkat pertemuan dengan kawan-kawan di kolong Flyover Janti.
Kini, frekuensi gerakan ini–khususnya di Jogja–mulai berkurang. Beberapa orang mulai menyibukkan diri dengan pekerjaan masing-masing. Namun, diskusi-diskusi kritis masih kerap terdengar dari bawah jembatan layang ini.
Flyover Janti berubah rupa, tapi tidak dengan manusianya
“Lama nggak kelihatan?,” tanya Nanda, pengelola sebuah street coffee di kolong Flyover Janti. Rue Kopi, namanya. Kalian bisa mampir kapan-kapan.
“Nggak apa-apa, mumpung abis gajian aja main ke sini,” jawab saya, sambil tertawa.
Pada sebuah malam di penghujung tahun 2024, saya menyempatkan diri datang ke kedainya. Tidak untuk bertemu siapa-siapa. Saya hanya ingin sendirian, ngopi sambil merokok dan bercakap-cakap dengan isi kepala sendiri.
Pada malam itu, saya seperti sedang napak tilas. Saya membayangkan kolong Flyover Janti yang dulu penuh tenda-tenda pecel lele, gerobak angkringan, atau penjual jajajan. Kini, kondisinya sudah berubah, hanya ada kolong gelap tanpa penghuni. Sedih rasanya.
Namun, ada satu hal yang masih saya syukuri. Anak-anak muda masih berkumpul. Obrolan-obrolan yang membahas keresahan bersama, juga masih terdengar. Lagu-lagu band indie-rock juga masih distel melalui speaker bluetooth portable mereka.
Artinya, kolong Flyover Janti hanya berubah rupa. Tapi tidak dengan orang-orangnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Kisah di Balik 5 Flyover di Jogja, Ada yang Dijuluki Tempat Menangis Terbaik atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












