Ian kuliah di salah satu jurusan keguruan UNY. Dan, kalau boleh jujur, pertanyaan yang muncul dari tetangga ketika tahu ia kuliah di UNY bukanlah pertanyaan template. Seperti “kuliahnya ngapain?” atau “kalau lulus kerjanya apa?”. Melainkan pertanyaan lain yang “mempertanyakan eksistensi” UNY itu sendiri.
“Pertanyaan nembak, ‘emang ada ya kampus namanya UNY?’, ‘itu kampus baru apa gimana?’, ya gitu-gitu,” jelasnya.
Menurut dia, selain penetrasi ke desanya yang masih kurang, ternyata lulusan UNY di sana juga masih sedikit. Seingatnya, ia menjadi pemuda desa pertama yang berhasil kuliah di UNY–via jalur SNBT (dulu SBMPTN).
“Kalau ortu Alhamdulillah tahu, UNY itu apa. Masalahnya nggak banyak orang yang mudeng.”
Terpaksa mengaku kuliah di UGM biar gampang menjelaskan
Alhasil, “kebohongan-kebohongan kecil” kudu ia katakan ke tetangga biar mudah menjelaskan. Misalnya, dengan mengaku kuliah UGM. Sebab, memang kalau mendengar kampus negeri Jogja, warga desanya tahunya, ya, UGM.
“Soalnya kalau ditanya, ‘kuliah di mana, Mas?’ terus aku jawab ‘UGM’, ya mereka bisa langsung ngerti. Nggak pakai pertanyaan-pertanyaan imbuhan lain lagi,” ungkap mahasiswa UNY ini.
Bahkan, ia juga mem-briefing orang tuanya bahwa kalau ada yang tanya anaknya kuliah di mana, jawab saja “kuliah di UGM”. Menurutnya, sih, ini cara paling ampuh untuk bisa menjelaskan ke tetangga kalau dirinya kuliah di kampus negeri Jogja.
“Beginilah nasib kuliah di kampus yang kurang dikenal. Hahaha.”
Jangan salah. Bukan cuma saya ataupun Ian yang mengalami kebingungan ketika hendak menjelaskan soal UNY itu sendiri.
Dari banyak cerita mahasiswa UNY yang hendak turun ke lapangan untuk KKN, ternyata banyak warga di desa lokasi yang awam dengan nama kampus itu. Bisa jadi itu disebabkan karena sebelumnya belum ada mahasiswa UNY yang KKN di sana.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Jadi Mahasiswa UIN Merasa Rendah Diri karena Kena Banyak Label Menyebalkan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












