Di zaman Rafa, sepatu Bata terkenal sebagai merk yang mahal. Merangkum dari berbagai reaksi di kolom komentar Instagram, banyak netizen yang berterima kasih kepada Bata, sekaligus mengenang betapa mewahnya sepatu tersebut.
“Zaman SD tuh, Bata, Dallasm Bubblegum, merk sepatu yang wah banget kalau dipakai,” ucap salah satu akun @tikadeanita_ di kolom komentar Instagram, dikutip Jumat (10/10/2025).
“Kalau kata anak-anak sekarang begini: Anjay, pakai sandal Bata pasti anak dari orang kaya,” ujar @thirtyone_store31.
“Dulu, mau beli sepatu sekolah Bata harus tunggu tahun baru pas ada diskon, karena kualitasnya benar-benar kuat sampai dipakai bertahun-tahun. Harus dengan harga mahal baru bisa dapat,” ujar @pheiiho.
Bahkan, sampai sekarang pun harga Bata terbilang mahal bagi sebagian milenial.
“Dulu mau beli sepatu atau sandal Bata gak keturutan karena mahal, sekarang sudah besar, sudah pingin lagi beli tapi karena banyak pesaing yang lebih menarik perhatian Gen Z,” ucap avfebrynti_
“Sampai sekarang bahkan aku belum pernah punya,” ujar @bahrul.ulum94.
Bata, merk legendaris yang mulai ditekankan
Harga Bata yang terbilang “wah” pada saat itu, bisa jadi tak terlepas dari sejarahnya. Perusahaan sepatu Bata pertama kali Didirikan di Kota Zlin, Ceko tahun 1894 oleh Tomas dan Antonin Bata. Melansir dari laman resmi Bata, pabrik sepatu tersebut baru masuk ke Indonesia tahun 1931. Bahkan, belasan tahun sebelum Indonesia merdeka.
Mulanya, Bata melakukan kerjasama dengan NV, Dutchch-Indisch sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok. Enam tahun kemudian, Tomas Bata membangun pabrik Sepatu di Jalan Kalibata Raya, Jakarta Selatan. Produksi sepatu pun baru terjadi pada tahun 1940.
”Di tahun 1982, PT.Sepatu Bata, TBK terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 24 Maret. Pada tahun 1994, konstruksi pabrik sepatu di Purwakarta telah rampung,” tulis Bata dikutip Jumat (10/10/2025).
Sayangnya, konstruksi pabrik sepatu di Purwakarta, Jawa Barat kini sudah tutup. Menurut Sekretaris Perusahaan Sepatu Bata Hatta Tutuko, perusahaannya terus merugi sehingga perusahaan tidak dapat melanjutkan produksi pabrik sepatu di Purwakarta, Indonesia.
Kerugian itu cukup memberikan efek domino, hingga akhirnya Bata Indonesia resmi menghapus kegiatan usahanya di bidang industri alas kaki untuk kebutuhan sehari-hari. Keputusan strategis tersebut tertuang dalam risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Kamis (25/9/2025).
“RUPSLB menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan untuk menghapus kegiatan usaha industri alat kaki untuk kebutuhan sehari-hari,” tulis manajemen dalam ringkasan risalah rapat, dikutip Kamis (9/10/2025).
Kalau dilihat dari laporan keuangan mereka pada semester I 2025, Bata mengalami kerugian bersih sebesar Rp40,52 miliar. Bahkan pada periode yang sama, tahun sebelumnya, mereka merugi sebesar Rp127,43 miliar. Namun penjualan bersih justru turun signifikan 38,74 persen menjadi Rp159,43 miliar, dari sebelumnya Rp260,29 miliar.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Selamat Jalan Tupperware, Terima Kasih Telah Memberikan Trauma Masa Kecil dalam Keluarga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan .











