Akibat timeline Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) molor, banyak calon penerima alias awardee terkena dampaknya. Kini, mereka pun diliputi dilema: apakah harus berhenti kuliah atau tetap lanjut?
BPI sendiri merupakan beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikburistek). Seleksi penerimaan beasiswa ini terbilang ketat. Dengan kata lain, tak sedikit pelamar mendapat kekecewaan karena tak lolos seleksi.
Mahesa Aditya (26), bisa dibilang adalah calon pelamar yang mendapatkan kekecewaan ganda. Bagaimana tidak, selain dinyatakan tidak lolos, dia masih harus menerima getah akibat kemoloran timeline beasiswa.
“Jika sesuai timeline, hasil peserta lolos seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) diumumkan pada akhir Agustus atau awal September 2024. Dengan begitu, saya bisa memutuskan rencana pendidikan sebelum diterima kuliah,” kata mahasiswa asal Jepara ini saat Mojok wawancarai, Kamis (17/10/2024).
Sayangnya, pengumuman penerimaan molor sampai 10 Oktober 2024. Mahesa pun mengalami masalah pelik. Dia dinyatakan lolos ke kampus tujuan, tapi dinyatakan gagal mendapatkan beasiswa. Dengan demikian, ia harus putar otak untuk membiayai kuliahnya sendiri.
Timeline Beasiswa Pendidikan Indonesia kacau karena PDNS diretas
Awalnya, pendaftaran beasiswa BPI dibuka pada akhir Juni 2024. Mahesa bercerita para pelamar mengalami kendala saat itu, karena website pendaftaran tak bisa diakses.
Secara bersamaan, Kemendikbudristek mengumumkan ada kesalahan pada sistem layanan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) akibat peretasan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
“Semua pendaftar jadi bingung, kami menunggu ketidakpastian hampir tiga minggu untuk mengakses BPI pulih,” kata Mahesa.
Pendaftaran BPI kemudian diperpanjang pada tanggal 18 hingga 31 Juli 2024. Otomatis pengumuman seleksi berkas dan wawancara jadi mundur. Mahesa mengatakan tidak ada kejelasan saat itu, kapan proses seleksi dimulai.
Sementara, Mahesa sudah diterima menjadi mahasiswa jurusan Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Dia mulai menjalani perkuliahan sejak Rabu (16/9/2024).
Dilema mencari kerja sambil menunggu beasiswa
Pada masa-masa menunggu proses seleksi beasiswa, Mahesa harus mencukupi kebutuhan sehari-hari sebagai perantau. Mulai dari membayar kos, bensin, dan makan.
Mulanya dia berpikir untuk mencari pekerjaan tetap demi mencukupi kebutuhan. Namun, dia bimbang. Seandainya dia lolos beasiswa, dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya secara cuma-cuma karena terikat kontrak.
Apalagi, mencari kerja tak semudah membalikkan telapak tangan. Mahesa sudah mencoba melamar di banyak perusahaan. Beberapa kali dia dipanggil untuk interview, tapi tidak ada keputusan lebih lanjut.
Akhirnya, Mahesa menggantungkan hidup dari freelance sebagai pro film sesuai dengan minatnya. Sebagai informasi, pro film mencakup semua hal yang ada dan dilakukan di depan kamera.
Tak satu pun mahasiswa lolos Beasiswa Pendidikan Indonesia
Jika dilihat dari kelengkapan berkas seleksi beasiswa miliknya, Mahesa mengaku tidak ada masalah. Bahkan dia sudah melengkapi surat rekomendasi dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek sebagai syarat penerima beasiswa S2 Pelaku Budaya Dalam Negeri.
“Nah, kemarin waktu pengumuman itu Direktorat juga bingung kok nggak ada satu pun yang lolos. Sementara, kami tidak diberitahu alasannya, berkas mana yang kurang atau dari segi apa kami tidak lolos?” ucap Mahesa.
Mahesa harus menelan pil pahit. Dia dinyatakan tidak lolos seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) pada Jumat (11/10/2024). Dia mulai kebingungan harus membayar uang kuliah tunggal (UKT) dari mana.
Di sela-sela pengumuman, suara notifikasi dari grup WhatsApp Mahesa mulai ramai. Rupanya, banyak Calon Awardee S1-S3 Skema Pelaku Budaya BPI 2024 tidak lolos. Mahesa sendiri mendaftar beasiswa S2 Pelaku Budaya Dalam Negeri.
Merujuk pada Beasiswa Pendidikan Indonesia 2024, cakupan penerima beasiswa diperluas dibanding tahun-tahun sebelumnya. Setidaknya, ada 8.644 orang yang bakal menerima beasiswa dalam negeri. Kalau begitu, peluang mahasiswa mendapatkan beasiswa seharusnya lebih besar ketimbang tahun kemarin.
Mahesa baru mengetahui lewat Zoom yang diadakan BPI kemarin bahwa hanya ada 200 orang yang lulus. Sementara, sekitar 1.500 mahasiswa yang terdata tidak lolos. Bahkan dari skema beasiswa yang dia daftar, yakni S2 Pelaku Budaya Dalam Negeri tidak ada satu pun mahasiswa yang lolos.
“Kami sudah mendata di grup, khususnya di kampus-kampus seni yang ada di Indonesia, baik di Solo, Jogja, Padang, Bali itu tidak lolos. Itu yang menjadi pertanyaan,” kata Mahesa.
Ribuan pelamar mencari keadilan
Ribuan pelamar yang tidak lolos Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI), termasuk Mahesa, tak terima atas hasil seleksi 2024. Mereka meminta penjelasan ke Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi (BPPT) Kemendikbudristek selaku penyelenggara pada Selasa (15/10/2024). Mereka bertemu dengan Ketua BBPT Anton Rahmadi.
Dalam pertemuan itu, para pelamar yang tidak lolos menyampaikan beberapa kejanggalan hasil seleksi. Misalnya, alasan jadwal pengumuman yang mundur, pengurangan kuota penerima secara drastis dan tiba-tiba, serta kurangnya transparansi pada indikator penilaian hasil seleksi.
Menurut keterangan tertulis yang diterima Mojok, Anton membenarkan bahwa tidak ada satu pun calon yang dinyatakan lolos seleksi beasiswa skema dalam negeri. Namun, hanya lima orang yang berhasil lolos dalam skema pelaku budaya luar negeri. Usut punya usut, salah satu faktornya karena tidak ada anggaran.
Mahesa juga bercerita para pelamar sudah mengajukan audiensi bersama Komisi X DPR, tapi mereka diminta menunggu untuk mengikuti prosedur, setelah pelantikan presiden dan kelengkapan DPR terbentuk.
Mojok sudah menghubungi Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti, dan Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Andhika Ganendra, untuk meminta penjelasan. Namun, hingga berita ini terbit keduanya belum memberikan respon.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News