Perempuan-perempuan Istimewa berkumpul di Convention Hall UIN Jogja. Sejak pagi, mereka sudah wira-wiri menebar senyum dan semangat. Mulai dari mahasiswi, aktivis Darma Wanita, hingga GKR Hemas, Ratu Jogja.
Saya datang agak terlambat, harusnya sejak jam 7 pagi untuk membantu menata stan Mojok di acara itu. Sesampainya di sana sekitar jam 8, hadirin yang hendak masuk ke ruangan acara sudah berpose di photobooth yang tersedia.
Sebagian dari mereka datang menenteng beberapa poster ajakan untuk menyuarakan hak-hak perempuan. Mengingat, pada Selasa (12/12/2023), mereka menghadiri agenda “Merayakan Perempuan Istimewa”. Acara ini sekaligus memperingati Hari Ibu jatuh pada 22 Desember.
Mengangkat slogan “Merayakan Menjadi Perempuan yang Berdaya dan Bahagia dalam Dunia yang Adil Gender”, agenda ini menghadirkan sejumlah pembicara seperti GKR Hemas, GKBRAA Paku Alam, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikas UIN Jogja Prof Dr Marhumah, dan beberapa lainnya.
Pesan GKR Hemas di UIN Jogja
GKR Hemas yang memberikan pidato, menyampaikan sejumlah pesan penting mengenai peran perempuan. Utamanya mengenai peran penting yang harus mereka ambil dalam kancah politik.
“Generasi muda harus sadar bahwa perempuan seharusnya mempunyai peranan penting dalam politik dan kepemimpinan nasional. Inilah faktor utama yang membuat saya memilih pekerjaan terkait politik,” ungkap GKR Hemas yang juga menjabat sebagai anggota DPD RI dari DIY.
Ia menyoroti bahwa di era digital saat ini, masih banyak perempuan yang belum bisa fasih mengakses teknologi. Di beberapa desa, ia masih menjumpai ibu-ibu yang tidak tahu cara mengoperasikan laptop.
Kondisi tersebut terutama dialami oleh para lansia. Meski usianya sudah tergolong lanjut, GKR Hemas mengingatkan bahwa semua kalangan perlu mendapat pemahaman mengenai literasi digital.
Sebab, saat ini literasi digital adalah pintu menuju pemahaman politik. Para lansia ini seharusnya masih mendapatkan hak pilih untuk menyumbang suara di tahun pemilu.
Selain itu, menjelang peringatan Hari Ibu, ia mengingatkan bahwa para ibu bukan hanya bertugas untuk merawat anaknya. Lebih lanjut, para perempuan ini juga punya peran penting dalam masyarakat.
“Dan saya selalu berharap bahwa kita semua selalu menjadi perempuan yang tangguh, bermartabat, inovatif, dan bisa berkiprah tanpa batas,” paparnya.
Soroti masalah stunting di Jogja
GKR Hemas juga mengingatkan agar semua elemen berupaya berperan dalam pengentasan stunting. Berdasarkan Survei Studi Gizi dan Stunting Indonesia 2022, prevalensi stunting di Indonesia masih berada di angka 24,4 persen.
“Tahun ini sudah turun menjadi 21,4 persen. Namun, angka ini masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SGDs) 2030 yakni 14 persen,” tegasnya.
Berdasarkan hasil survey yang sama, prevalensi stunting di DIY masih berada di angka 16,4 persen. Pada September 2023 lalu, di Kota Yogyakarta, prevalensinya masih berada di 15 persen. Angka ini menurut GKR Hemas harus terus ditekan.
“Angka ini lebih rendah dibanding prevalensi stunting nasional namun perlu diwaspadai. Kita harus menambah kegiatan turun langsung ke masyarakat,” ungkapnya.
Stunting memang menjadi momok bagi perkembangan anak. Selain memengaruhi fisik, persoalan ini berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
Selain pesan dari GKR Hemas, pembicara lain juga memberikan pengingat mengenai perjuangan untuk mendapat kesetaraan bagi para perempuan. Acara yang terselenggara berkat kerja sama antara Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY dengan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jogja ini ditutup dengan penampilan dari SMM Orchestra.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News