Kebaikan berujung kepahitan
Masih di Bulan Mei 2024, sebelum ke warung makan Pak Ndut, saya sempat mengunjungi warung makan milik Bu Sri (40) di Condongcatur. Sama seperti dua warung yang saya tulis di atas, di warung makan Bu Sri di Condongcatur juga menggunakan sistem prasmanan.
Malahan warung makan Bu Sri memberikan harga yang lebih murah ketimbang dua warung di atas. Jika warung Bu Basuki dan Pak Ndut butuh paling tidak Rp12 ribu-Rp15 ribu sekali makan, maka di warung Bu Sri Rp9 ribu pun sudah bisa makan kenyang.
Hal itu tidak lain karena Bu Sri ingin menolong anak-anak kos di Condongcatur—mayoritas mahasiswa—yang keuangannya pas-pasan. Bahkan Bu Sri tak segan membiarkan anak-anak kos tersebut ngutang dulu.
Sayangnya, kebaikan itu berujung kepahitan. Karena ada saja anak kos yang utang hingga lebih dari Rp1 juta. Alih-alih menyicil untuk membayar, si anak kos malah menghilang.
“Saya kan sudah enak, Mas, kalau belum kiriman nggak apa-apa makan di sini ngutang dulu. Ngutang numpuk-numpuk ya nggak apa-apa,” keluh perempuan asal Klaten, Jawa Tengah, tersebut.
“Tapi kalau sudah ada uang, bayar lah. Bayar pakai uang seadanya dulu,” lanjutnya geram.
Pemilik warung makan di Jogja ternyata sama resahnya dengan para pemilik kafe di Jogja. Sama-sama kaku ati dengan ulah di luar nurul para mahasiswa dari kampus-kampus Kota Pelajar.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Coffee Shop Jogja Bikin Tekor karena Mahal-Mahal, Di Surabaya Nggak Sampai Rp20.000 Udah Ngopi Enak
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.