Bahwa kekuasaan politik pada hakekatnya adalah sarana manifestasi kemaslahatan dalam wujud kesejahteraan dan tegakanya harkat martabat umat manusia. Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut, kekuasaan perlu diawasi dan dibatasi, agar tidak terjebak di otoritarianisme yang justru dapat menhancurkan tujuan baik dari kekuasan itu sendiri.
Hal tersebut disampaikan istri almarhum Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid saat memberikan pengantar pembacaan Amanat Ciganjur dalam peringatan haul ke-14 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Warung Silah, Ciganjur, Jakarta Selatan, pada Sabtu (16/12/2023). Acara ini mengusung tema “Meneladani Budaya Etika Demokrasi Gus Dur”.
“Demokrasi adalah ikhtiar menjaga kekuasaan terkendali dan terkelola dengan baik,” kata Sinta Nuriyah. Mantan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menyambung dengan menyatakan bahwa pemilu menjadi penting sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam demokrasi.
“Agar pemilu dapat benar-benar menjadi sarana mewujudkan kemaslahatan tersebut. Maka dengan senantiasa memohon pentujuk dan perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa kami menyampaikan pesan dan amanat. Kepada penyelenggara, pengawas, peserta, dan semua warga bangsa yang memmiliki hak pilih dalam Pemilu 2024,” ujar Lukmanul Hakim.
Amanat Ciganjur: Pemilu 2024 harus junjung tinggi nilai kemanusian
Poin pertama dari Amanat Ciganjur yaitu, Pemilu 2024 harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagai perwujudan dari nilai ketuhanan. Dijalankan dengan penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia (HAM). Selain itu, pemilu mendatang juga harus menjadi sarana yang adil untuk memperjuangkan harkat dan martabat manusia Indonesia tanpa kecuali.
Filsuf dan astronomer dari STF Driyakarya, Karlina Rohima Supelli membacakan poin kedua, yakni Pemilu 2024 harus diarahkan bagi terbentuknya pemerintahan dan pengelolaan negara yang mengutamakan kesejahteraan rakyat, kemakmuran, dan kemaslahatan bersama. Tidak mementingkan kelompok tertentu, tidak meninggalkan dan meminggirkan satu pun elemen bangsa.
Masih Karlina Supeli, poin ketiga menyatakan Pemilu 2024 harus dijalankan secara berkeadaban dengan komitmen penyelenggaraan yang damai, jujur, adil, dan bermartabat. “Peserta, penyelenggara, dan pengawas pemilu, juga semua pihak dan segenap rakyat agar benar-benar mencegah tindak kekerasan dan praktik kecurangan. Aparatur dan alat negara, termasuk aparat keamanan, aparat pertahanan, dan aparat penegak hukum harus terjaga netralitasnya,” ujar Karlina.
Tokoh Katolik, Romo Benny Susetyo membacakan poin keempat yang menyatakan bahwa Pemilu 2024 harus menjadi pengikat dalam mengatur berbagai perbedaan kepentingan dan keberagaman, menjaga nilai luhur, hak dan kemerdekaan seluruh warga bangsa yang telah dijamin dan diamanatkan oleh konstitusi sebagai warisan para pendiri bangsa. “Pemilu 2024 harus menaati konstitusi sebagai pijakan utama,” kata Romo Benny.
Sementara itu, poin kelima dibacakan oleh pendeta Gomar Gultom. Poin itu menegaskan agar Pemilu 2024 harus dijadikan sebagai konsensus untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa berdaulat dan disegani.
“Memiliki kemandirian dengan segala anugerah sumber daya manusia dan alam yang melimpah, serta memiliki jati diri dan kepribadian yang kuat di tengah peradaban global,” kata Pendeta Gomar dalam siaran langsung haul Gus Dur yang ditayangkan di YouTube TV9.
Keluarga usung tema etika demokrasi untuk hadirkan inspirasi yang telah Gus Dur lakukan
“Amanat Ciganjur ini dibuat dengan penuh kesadaran dan pengharapan agar Pemilu 2024 dapat menjadi sarana kemaslahatan bangsa dan bukan sekadar lomba berebut kekuasaan semata yang pada akhirnya hanya akan membawa kehancuran bagi bangsa kita,” kata Sinta Nuriyah yang menutup amanat. Usai pembacaan Amanat Ciganjur, Sinta Nuriyah memberikan piagam “Amanat Ciganjur” kepada anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Lolly Suhenty.
Ketua Panitia Inayah Wahid mengatakan haul Gus Dur ke-14 mengangkat tema “Meneladani Budaya Etika Demokrasi Gus Dur”. Keluarga memilih tema tersebut sebagai upaya untuk menghadirkan inspirasi dan keteladanan Gus Dur tentang demokrasi sebagaimana yang sudah diyakini, dijalankan dan diperjuangkan Gus Dur.
“Banyak hal yang bisa dipelajari dan diperhatikan oleh penyelenggara. Kontestan dan konstituen tentang bagaimana seharusnya demokrasi ditempatkan, diarahkan dan ditata orientasinya,” ujar Inayah dalam siaran pers
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Gus Dur di Kauman Jogja: Kenakalan, Gila Baca, sampai Pergulatan dengan Tokoh Muhammadiyah
Cek berita dan artikel lainnya di Google News