Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Kawin Tangkap, Tindakan Kekerasan terhadap Perempuan yang Berlindung di Balik Tradisi

Kenia Intan oleh Kenia Intan
13 September 2023
A A
Kawin Tangkap Tradisi Sumba yang Sudah Melenceng dari Aslinya MOJOK.CO

Kawin Tangkap Tradisi Sumba yang Sudah Melenceng dari Aslinya MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kawin tangkap tengah viral di media sosial. Tradisi yang sudah melenceng dari aslinya itu tergolong tindakan kekerasan terhadap perempuan yang dikecam banyak pihak. 

Tradisi kawin tangkap tengah menjadi pembahasan beberapa waktu terakhir. Sebuah video yang viral di media sosial merekam sekelompok pria yang diduga mengambil paksa seorang perempuan. Sekelompok pria itu kemudian membawa kabur korban perempuan menggunakan mobil pikap warna hitam.

Kawin tangkap adalah tradisi yang berlaku di beberapa wilayah di Sumba. Namun, tradisi yang terjadi hari-hari ini sudah banyak bergeser dari tradisi aslinya. Praktik yang terjadi akhir-akhir ini, biasanya melibatkan segerombolan laki-laki sebagai pelaku dan seorang perempuan lajang sebagai korban. Pelaku secara paksa menculik korban untuk diperistri.

Kasus kawin tangkap mencederai hak perempuan untuk hidup aman tanpa kekerasan. Praktik itu juga tergolong ke dalam tindakan kriminal. Oleh karena itu, pelaku sebenarnya bisa mendapat ganjaran yang setimpal.

Ada pergeseran tradisi kawin tangkap

Padahal, dalam tradisi aslinya, kedua belah pihak sebenarnya sudah terlebih dahulu menyetujui dan merencanakan kawin tangkap. Itu mengapa calon mempelai pria dan perempuan yang terlibat sudah bersiap. Mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat.

Calon mempelai pria akan menunggang kuda dan menangkap mempelai perempuan. Setelahnya, orang tua pihak laki-laki akan memberikan seekor kuda dan sebuah parang ke orang tua perempuan. Itu menjadi simbol permintaan maaf dan mengabarkan bahwa anak perempuan mereka sudah berada di rumah laki-laki.

Tradisi ini bergeser dalam beberapa tahun terakhir. Pelaku melakukan kawin tangkap dengan paksaan. Kendati mengatasnamakan tradisi atau adat, praktik ini tidak benar. Kawin tangkap masuk dalam kekerasan terhadap perempuan

Tindakan yang dikecam

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (KPPA) mengecam tindakan kawin tangkap. Sekalipun mengatasnamakan tradisi, praktik ini tetap saja tidak benar. KPPA terus mendorong penghapusan budaya kekerasan seperti ini demi melindungi perempuan dari kekerasan seksual berbalut budaya.

Salah satu upaya yang sudah KPPA lakukan adalah menandatangani Nota Kesepahaman Peningkatan Perlindungan Perempuan dan Anak di Kabupaten di Kabupaten Sedaratan Sumba oleh Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Daerah Sedaratan Sumba pada 2020 lalu. Adanya nota kesepahaman ini, aparat penegak hukum seharusnya bisa menindak tegas setiap pelaku kawing tangkap.

Sepanjang 2013 hingga 2020, setidaknya ada 12 kasus kawin tangkap terjadi. Kemungkinan besar jumlah kejadiannya lebih dari itu. Banyak kasus tidak tercatat karena perempuan yang menjadi korban biasanya masih memiliki relasi dengan pihak laki-laki. Itu mengapa, praktik kawin terkadang sulit menemui titik terang karena melibatkan keluarga besar.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Lebih dari 80 Persen Jurnalis Perempuan Pernah Mengalami Kekerasan Seksual, Mayoritas Kena Body Shaming
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 13 September 2023 oleh

Tags: kawing tangkapkekerasan terhadap perempuanPemilu 2024Sumba
Kenia Intan

Kenia Intan

Content Writer Mojok.co

Artikel Terkait

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, KKN Undip.MOJOK.CO
Kampus

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah

14 Juli 2024
Komeng: Olok-Olok Rakyat Biasa untuk Menertawakan Politik MOJOK.CO
Esai

Komeng Adalah Bentuk Olok-Olok Paling Menohok yang Mewakili Lapisan Masyarakat Biasa untuk Menertawakan Politik

19 Februari 2024
bayi prabowo gibran di sumatera selatan.MOJOK.CO
Ragam

Kisah Bidan yang Membantu Persalinan Bayi Bernama Prabowo Gibran di Sumatera Selatan

16 Februari 2024
Menyaksikan Coblosan di Wotawati, Kampung Warisan Majapahit yang Mataharinya Tenggelam Pukul 15.00 MOJOK.CO
Aktual

Menyaksikan Coblosan di Wotawati, Kampung Warisan Majapahit yang Mataharinya Tenggelam Pukul Tiga Sore

14 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Makin ke sini pulang merantau dari perantauan makin tak ada ada waktu buat nongkrong. Karena rumah terasa amat sentimentil MOJOK.CO

Pulang dari Perantauan: Dulu Habiskan Waktu Nongkrong bareng Teman, Kini Menghindar dan Lebih Banyak di Rumah karena Takut Menyesal

12 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

11 Desember 2025
UMK Jogja bikin perantau Jawa Tengah menderita. MOJOK.CO

Penyesalan Orang Jawa Tengah Merantau ke Jogja: Biaya Hidup Makin Tinggi, Boncos karena Kebiasaan Ngopi di Kafe, dan Gaji yang “Seuprit”

11 Desember 2025
Mitos kerukunan di desa bikin warga desa ingin merantau jauh dan hidup individualistik di perantauan demi hidup tenang MOJOK.CO

Mitos Kerukunan dan Hidup Ayem di Desa: Aslinya Penuh Kepalsuan, Baik di Depan tapi Busuk di Belakang

11 Desember 2025

Video Terbaru

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025
Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

6 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.