MOJOK.CO – Harga ponsel flagship Huawei P20 Pro sebanding dengan kualitasnya. Bukan semata soal spesifikasi jeroan yang sudah sesuai, tetapi hadirnya fitur-fitur seperti NPU, HDB, dan NFC membuat ponsel ini selangkah lebih maju.
Meskipun sudah tiga bulan berlalu sejak Huawei P20 Pro resmi diluncurkan di Indonesia, gawai sekelas flagship ini rupanya kurang menarik minat para pegiat gawai. Selain itu, gawai fenomenal yang berhasil melejitkan nama Huawei ini belum juga mendapatkan review yang lebih dalam dari sisi fitur-fitur uniknya.
Soal spesifikasi dasar ponsel Huawei P20 Pro dan kenapa layak dibeli dengan harga banderol mencapai 12 juta rupiah sebelumnya pernah ditulis di artikel lain. Berikut ini adalah tiga fitur andalan ponsel ini yang acapkali luput dari bahasan para reviewer gawai.
NPU (Neural Processing Unit) ala iPhone X
Tahun lalu fitur ini sebetulnya hanya dimiliki Apple melalui chipset A11 Bionic yang dibenamkan ke dalam iPhone 8 dan iPhone X. NPU adalah chip tambahan yang bertanggung jawab menangani sektor pemrosesan kecerdasan buatan (AI/artifical intelligence) pada smartphone. Pada ponsel Huawei P20 Pro, proses tersebut paling banyak digunakan dimanfaatkan di bagian kamera.
Misalnya jika pengguna suka menonton drama korea dan ingin mengetahui nama para aktor dan kru di akhir film, ponsel ini bisa mengenali nama aktor dan kru film tersebut meski menggunakan Bahasa Korea. Caranya yaitu dengan cara mengaktifkan kamera dan memfoto layar TV saat film sedang diputar. Fitur AI akan mendeteksi bahasa asing dalam foto yang diambil lalu menerjemahkannya.
Fungsi lainnya bisa dimanfaatkan untuk memfoto dokumen atau KTP. Fitur AI tersebut akan secara otomatis mengenalinya sebagai KTP/dokumen kemudian memotong (crop) keempat sisinya sehingga hasilnya tampak seperti habis dipindai.
Fitur ini akan sangat berguna bagi politikus yang ingin mengumpulkan dukungan dalam bentuk KTP. Bagikan saja ponsel ini kepada satu per satu relawan yang bertugas mengumpulkan KTP. Andai saja ada reviewer yang menyebutkan keunggulan fitur ini, saya yakin penjualan P20 Pro akan lebih meningkat dari kalangan politikus berkantong tebal.
HDB (Huawei Data Bridge) Cocok untuk Backup Data
Saat pengguna pertama kali menghubungkan P20 Pro pada PC, selain akan disarankan untuk memasang HiSuite, sistem akan secara otomatis mendeteksi hardware baru berupa HDB di aplikasi device manager. HDB ini tidak menggantikan ADB (Android Debug Bridge) yang selalu ada pada setiap smartphone berbasis Android.
Lalu kenapa harus ada HDB, sementara smartphone lain masih qonaah dengan ADB saja? Sebegitu tegakah Huawei menduakan ADB yang setia sebagai antarmuka data tercepat ke PC sejak 2009? Lha kok jadi saya yang baper?
HDB memiliki fungsi yang lebih luas dan powerful daripada ADB standar. Bagi saya ini paling penting karena fitur ini tidak tersedia di HP Android yang lain. Fitur HDB ini bukan hal yang baru, sebab antarmuka serupa sudah lama diterapkan di iPhone.
Singkatnya, dengan memanfaatkan HDB dan memberi permisi HiSuite untuk mengakses HP Huawei pengguna, maka pengguna bisa dengan mudah mem-backup aplikasi dan datanya di PC secara andal. Bisa dibilang, Huawei adalah satu-satunya ponsel Android yang berhasil meniru fitur offline backup Apple dengan iTunes-nya.
Bagi yang masih bingung, saya beri contoh. Misalnya ketika Anda ingin berganti HP dan ingin menyimpan data aplikasi history chat Whatsapp atau menyimpan data game favorit Anda, maka aplikasi dan data yang di-backup dengan cara ini tidak akan merasa seperti dipindah, sehingga tidak perlu melakukan aktivasi awal lagi.
Pengguna Android selain Huawei bisa menikmati fasilitas serupa melalui bantuan aplikasi Titanium Backup atau sejenisnya. Kalau Anda suka ngoprek smartphone Android, pasti kenal dengan aplikasi-aplikasi pihak ketiga semacam itu. Namun, agar ponsel bisa memanfaatkan aplikasi tersebut harus sudah dalam keadaan ‘diurut’ alias rooted. Ribet!
NFC (Near-field communication)
Fitur ketiga ini membuat saya nggak habis pikir dengan produsen ponsel Cina di Indonesia. Makin bingung lagi dengan konsumen (termasuk para reviewer ponsel) yang merasa baik-baik saja dengan strategi pabrikan ponsel tanpa NFC.
Bagi yang belum tahu, NFC adalah perangkat komunikasi antarperangkat pada jarak yang sangat dekat. Cara menggunakannya yaitu dengan cara menempelkan atau mendekatkan dua perangkat ber-NFC. Penggunaan NFC ini paling sering digunakan sebagai metode pembayaran digital.
Di Jepang, metode ini sudah diterapkan belasan tahun yang lalu dengan Osaifu-Keitai–nya. Osaifu-Keitai adalah platform mobile wallet yang membuat ponsel-ponsel di Jepang semakin mudah digunakan sebagai alat untuk membayar.
Tidak salah memang jika ada reviewer yang bilang kalau spesifikasi Pocophone F1 setara dengan ponsel flagship Samsung. Namun, saya merasa masih sulit menerima perbandingan tersebut kendati Pocophone F1 ternyata tidak mengusung NFC, sementara ponsel Samsung yang dimaksud sudah dilengkapi dengan NFC.
Huawei P20 Pro adalah satu-satunya ponsel Cina yang memiliki fitur NFC dan resmi dijual di Indonesia. Seri Huawei Nova yang sebelumnya masih mengusung NFC malah ketularan Oppo dan Xiaomi. Sayang sekali, sekarang tak ada lagi NFC di seri Huawei Nova 2 dan 3. Apalagi dua-duanya tak dijual resmi di Indonesia!
Jujur, saya bukan pemakai Huawei P20 Pro. Hanya saja saya sempat towel-towel ponsel itu di salah satu gerai ponsel terbesar se-indonesia. Saya masih nrimo kok, dengan Huawei Nova saya yang hendak menginjak tahun ketiga dan sudah dua kali jatuh dari motor.
Apa kabar ponsel Cina lainnya, Xiaomi, Oppo, Vivo, dan Meizu? Sampai kapan akan bermain aman dengan tidak membenamkan ketiga fitur di atas? Hadeeh…