MOJOK.CO – Meskipun berasal dari brand dan seri rilis yang sama, Galaxy A6 dan Galaxy A6 Plus mempunyai jenis chipset yang berbeda demi kebutuhan target konsumen.
Sampai saat ini, brand yang paling woles dalam menyikapi perang antarponsel adalah Samsung. Meskipun di atas Samsung masih ada langit, eh Apple maksudnya, Samsung tetap tampil percaya diri. Saat yang lain heboh bermain hestek mending-mendingan, Samsung bagaikan Thanos yang sedang menghadapi Avengers. Terlihat kalem dan tidak ngoyo. Setidaknya, hal ini terungkap ketika Galaxy A6 dan A6 Plus diluncurkan di Bali beberapa waktu yang lalu.
Dengan entengnya, Samsung mengatakan kalau kompetisi itu baik. Ketika banyak brand berkompetisi, itu berarti konsumen diberi lebih banyak pilihan. Samsung seperti mengajarkan bila sebuah brand ingin membangun loyalitas, caranya bukan dengan perang harga seperti yang terjadi saat ini.
Loyalitas yang berdasarkan harga bakal luntur ketika ada brand lain berani memberi harga lebih murah dengan spesifikasi mirip. Itulah mengapa Samsung santai saja membanderol Galaxy A6 dan A6 Plus masing-masing dengan Rp 3,799 juta dan Rp 4,899 juta.
Samsung tak tertarik ikut-ikutan perang hestek, pasang harga bersaing, serta membuat gimmick flash sale. Padahal, kalau mau dilakukan komparasi, harga sebesar itu untuk spesifikasi kedua ponsel barunya tentu dirasa cukup mahal buat kantong kismin macam saya.
Sebagai brand yang sedang berjaya, Samsung memilih untuk tetap tenang. Apalagi market share globalnya menurut IDC masih 18,4%, hanya 1% di bawah Apple pada kuartal 4 tahun 2017 lalu. Ditambah lagi, kalau bicara pasar Indonesia, posisi Samsung kokoh di angka 31,8%, jauh meninggalkan Oppo yang berada dibawahnya dengan 22,9%.
Spesifikasi Galaxy A6 dan A6 Plus sebenarnya standar-standar saja untuk harga semewah itu. Untuk lebih detailnya, spesifikasi kedua ponsel tersebut bisa dilihat dalam tabel berikut ini.
Meskipun kedua gajet anyar besutan Samsung itu bukan termasuk ponsel flagship, tapi keduanya sudah memakai layar andalan Samsung, yakni Super AMOLED. Jenis layar tersebut dikenal memiliki pencahayaan yang terang, stabil, dan hemat daya.
Ketebalan layarnya sedikit lebih tipis ketimbang jenis IPS LCD sehingga tidak membuat ponsel menjadi terasa tebal. Perbedaan kedua layarnya terletak pada ukuran dan kualitasnya. Galaxy A6 memakai layar HD+ dengan ukuran 5,6 inci sementara A6 Plus memiliki layar FHD+ dengan ukuran 6,0 inci.
Samsung memasangkan fitur Bixby Vision yang sudah dipakai pada gajet flagship mereka sejak Galaxy S8. Pada dasarnya, Bixby adalah asisten digital berbasis kecerdasan buatan milik Samsung yang memiliki tiga elemen, yaitu Bixby Voice, Bixby Home, dan Bixby Vision. Fitur Bixby Vision ini adalah elemen Bixby yang paling populer digunakan oleh pengguna di Indonesia.
Bixby Vision berfungsi untuk menjalankan fitur augmented reality (AR) ketika sebuah kamera menangkap objek. Bixby akan melakukan identifikasi objek tersebut, lalu memunculkan informasi yang berhubungan dengan objek atau menampilkan aksi tertentu, seperti misalnya melakukan pembelian melalui e-commerce yang bekerja sama dengan Samsung.
Galaxy A6 dan A6 Plus cocok buat mereka yang gemar selfie. Ini bisa dilihat dari ukuran resolusi kamera depan keduanya yang cukup besar. Secara rinci, A6 memiliki kamera belakang beresolusi 16 MP dengan bukaan f1.7 dan kamera depan 16 MP dengan bukaan f1.9. A6 Plus memakai sistem dual-camera di sisi kamera belakangnya dengan resolusi 16 MP bukaan f1.7 dan 5 MP dengan bukaan f1.9, sementara kamera depannya lebih besar lagi, yakni 24 MP dengan bukaan f1.9.
Dapur pacu Galaxy A6 dan A6 Plus memang tak serta merta ditonjolkan. Minder, kali ya? Nggak juga, sih. Samsung terbiasa mencantumkan ukuran clockspeed prosesornya, serta ukuran RAM dan ROM pada situsweb dan sales point-nya.
A6 memiliki RAM 3GB dengan memori 32GB, sementara A6 Plus punya RAM 4GB dengan memori 32GB. Dari beberapa sumber diketahui bahwa chipset A6 dibekali dengan Exynos 7870, sementara A6 Plus dibekali Snapdragon 450. Keduanya sama-sama menjalankan Android 8.0 Oreo.
Kedua ponsel ini bukan tanpa sebab memakai chipset dari pabrikan yang berbeda. Meski sama-sama memakai proses fabrikasi 14nm FinFET dan sama-sama menggunakan delapan inti, Exynos 7870 ternyata belum mendukung sistem kamera ganda. Ditambah pula clockspeed chipset ini mentok di angka 1,6GHz. Sedikit berbeda dengan Snapdragon 450 yang sudah mendukung kamera ganda dan kecepatan prosesnya bisa mencapai 1,8GHz.
Untuk urusan baterai, Samsung termasuk brand yang terkenal pelit untuk memberikan kapasitas baterai ukuran jumbo, biasanya tak lebih dari 4000 mAh. Kalau bicara kualitas baterai, tentu banyak yang mengingat-ingat kasus Samsung Galaxy Note 7 yang mudah meledak. Alhasil, pembeli Galaxy A6 ini harus puas dengan catu daya sebesar 3000mAh dan A6 Plus dengan 3500mAh.
Siapakah sasaran pengguna Samsung Galaxy A6 dan A6 Plus ini? Galaxy A6 dan A6 Plus dibuat untuk mereka yang ingin mencicipi ponsel flagship, tapi kantongnya masih pada level mepet menengah ke bawah sedikit. Pasalnya, mid-range yang berada di atasnya bakal memilih pendahulunya, Galaxy A8 atau A8 Plus, yang punya fitur kedap air dan secara umum spesifikasinya lebih bagus.
Tapi tunggu dulu, Samsung menarik minat calon pembeli A6 dan A6 Plus ini dengan iming-iming nilai tambah Bixby Vision seperti yang sudah dipaparkan di atas.
Jadi, Galaxy A6 dan A6 Plus ini dirilis untuk menyasar konsumen kelas menengah yang masih setengah-setengah. Setengah pertama untuk mereka yang kantongnya belum sampai kelas flagship, setengah lainnya adalah harapan mereka untuk menenteng gajet premium.