MOJOK.CO – Xiaomi Redmi Note 9 Pro rilis resmi di Indonesia pada 9 Juni 2020. Seperti apa spesifikasi dan harga seri Note Pro terbaru ini? Dan kamu sebaiknya skip dulu saja.
Mahal dan tidak menjanjikan, tunggu harga turun dulu saja.
Hari ini, Xiaomi Redmi Note 9 Series akan meluncur. Setelah sebelumnya Shopee Indonesia secara tak sengaja membocorkan harga resmi Xiaomi Redmi Note 9 Pro di Indonesia, yaitu Rp3,8 juta (untuk varian 6GB/64GB) dan Rp4,5 juta (untuk varian 8GB/128GB). Peluncurannya malah ditunda satu pekan.
Dipromosikan dengan membawa embel-embel “jawara”, keluarnya Redmi Note generasi ke-9 ini memang terbilang sangat, sangat, terlambat di Indonesia. Sampai tiga bulan menunggunya. Bahkan, reviewer David GadgetIn sudah pernah hands-on dengan salah satu variannya meskipun dalam kondisi “black market”. Lebih parahnya lagi, kini sudah keluar generasi berikutnya lagi yaitu Redmi 10X.
Berbicara Redmi Note tentu lebih seru jika kita membahas seri Pro-nya. Dengan harganya yang mendadak mahal (jika benar), apakah layak untuk dibeli atau tidak? Atau malah lirik Redmi Note 8 Pro saja?
Jeroan utama Redmi Note 9 Pro mirip Realme 6 Pro
Redmi Note 9 Pro ini punya spesifikasi yang sangat mirip dengan Realme 6 Pro berharga setara. Prosesornya sama-sama Snapdragon 720G, RAM sama-sama 8GB (untuk varian tertinggi), memori internal 128GB (lagi-lagi untuk varian tertinggi) dengan jenis UFS 2.1, fitur NFC, dan kamera utama beresolusi 64MP besutan Samsung yang hasil akhir fotonya juga ujung-ujungnya di-binning jadi “tinggal” 16MP. Sisanya?
Desain lebih profesional, tetapi menyimpan banyak minus
Redmi ogah memberikan refresh rate 90Hz ke Redmi Note 9 Pro ini alias tetap 60Hz, masih bisa ditolerir. Alih-alih seperti Realme 6 Pro yang memberikan kamera telephoto untuk 2x optical zoom beresolusi 12MP, Redmi malah memberikan lensa bokeh yang hanya beresolusi 2MP.
Ini pukulan telak mengingat berkali-kali saya menegaskan bahwa kami lebih perlu zooming, apalagi jika depth sensornya beresolusi rendah. Resolusi kamera makro boleh lebih tinggi, 5MP vs 2MP, tetapi mungkin lensa ini juga agak jarang digunakan oleh sebagian orang.
Untuk lensa ultrawide, keduanya sama-sama beresolusi 8MP. Informasi menyebutkan bahwa sesungguhnya spesifikasi kamera Redmi Note 9 Pro bak pinang dibelah kampak dengan kakaknya (Note 8 Pro), ketika Realme 6 Pro justru menyejajarkan diri dengan saudara sekeluarganya yang jauh lebih mahal (Oppo Reno 3 Pro). Weleh, weleh, ke mana R&D Xiaomi?
Soal peletakan lensa kamera, Redmi Note 9 Pro sudah mengikuti susunan kotak dan tidak seperti Realme 6 Pro yang masih dijejer ke bawah seperti keluarga Huawei P30. Anehnya, meski terdengar lebih kekinian, Redmi meletakkan lensanya di bagian tengah sehingga malah terkesan mundur seperti Huawei Mate 20 Pro, bukan mirip keluarga Samsung Galaxy S20 atau iPhone 11 yang meletakkannya lebih ke pojok.
Bagi saya, terasa lebih mudah untuk berfoto dengan lensa di tengah dibandingkan di pinggir. Namun, ini bisa jadi cerita lain bagi mereka yang senang pamer gaya baru modal “kere hore”.
Pindah ke kamera depan, Redmi memutuskan untuk memberikan tompel yang lebih kecil dengan hanya satu lensa. Letaknya di tengah sehingga ponsel tampak simetris seperti keluarga Galaxy S20. Lain halnya dengan Realme, mereka masih setia dengan tompel untuk dua lensa dan letaknya di pinggir.
Jika Galaxy S10 Plus di kanan, Realme pindahkan ke kiri. Dipadukan dengan warna yang lebih sederhana tapi elegan, Redmi bisa lebih menarik untuk profesional. Ya, tetapi desain yang lebih cantik ini tidak selaras dengan lensa kameranya.
Realme 6 Pro menggunakan dua lensa, yaitu wide beresolusi 16MP dan ultrawide beresolusi 8MP. Redmi Note 9 Pro? Ya, angkanya terlihat besar, 32MP. Namun, konfigurasinya hanya wide dan perlu pixel binning sehingga hasil akhir tinggal 8MP. Secara matematis, hasil akhirnya menunjukkan bahwa Redmi bisa memproduksi foto jernih dengan ukuran maksimum 10% lebih besar dari Realme.
Namun, dengan perbandingan angka 16MP vs 32MP yang signifikan jadi tinggal 10%, saya berpikir ulang. Pilihan ini mungkin tidak populer, tetapi saya berpikir andaikan Redmi cukup memberi lensa beresolusi 8MP yang ultrawide, mantap untuk wefie.
Baterai besar, charging cepat, bisa pakai kabel aftermarket sesuai “tradisi” Xiaomi
Kapan si Redmi Note 9 Pro menang? Ada, yaitu kapasitas baterai yang mencapai 5020mAh alias menang cukup jauh dari Realme 6 Pro dengan bekal 4300mAh. Daya pengecasan sama-sama 30W. Seperti biasa, daya ini bisa dinikmati Redmi dengan sembarang adaptor Qualcomm Quick Charge ketika Realme harus menggunakan VOOC 4.0 besutan Oppo.
Kapasitas ini memang besar, tetapi tidak istimewa mengingat keluarga #HapeKeceBatreGede (Redmi 8 dan 8A) serta #SobatAntiLowBatt (Samsung Galaxy M11) juga memilikinya dengan harga di bawah Rp2 juta. Bahkan, Galaxy M21 sudah dibekali baterai berkapasitas 6000mAh dan harganya pas Rp3 juta.
Harganya mahal, mending incar yang lain jika cari performa
Oke, jadi beli atau tidak? Menurut pengguna Twitter yang sempat menyadari kebocoran ini (meskipun kemudian hilang kembali), mereka tak berniat membelinya dengan alasan mahal. Terutama jika harganya sesuai yang dibocorkan.
Di tengah pandemi, saya sepakat, skip dulu saja. Harga Realme 6 Pro saja sudah terkoreksi di retailer ke Rp4,1 juta, Redmi Note 9 Pro masih pede berjualan dengan banderol Rp4,5 juta untuk varian tertingginya tanpa refresh rate tinggi, lensa telephoto di kamera belakang, dan lensa ultrawide di kamera depan? Mahal.
Tunggu saja sampai dia punya harga di sekitar Rp3,8 jutaan (ini untuk varian 8GB/128GB ya), baru “worth it” dibeli. Mimpi yang agak sulit untuk dicapai jika belum akan ada penurunan harga lagi yang signifikan untuk Redmi Note 8 Pro. Nanti varian 6GB/64GB harus dihargai berapa?
Menambah Rp150 ribu lagi, saya mulai bisa melirik Huawei Nova 5T alias andalan saya di segmen harga ini. Dia boleh keluaran tahun lalu, nasib brand tidak jelas akibat kisruh dengan Google, resolusi kamera utama hanya 48MP, FM radio hilang, kapasitas baterai hanya 3750mAh, dan kecepatan pengecasan hanya 22.5W (itu saja harus menggunakan adaptor Huawei SuperCharge).
Dengan banyaknya kekurangan Nova, apa daya tariknya? Apa lagi kalau bukan chipset kelas atas Kirin 980 yang jauh lebih baik. Jika AnTuTu menempatkan Snapdragon 720G ini sedikit di bawah Snapdragon 835 (yang setara dengan Helio G90T milik Redmi Note 8 Pro), si Kirin 980 ini sedikit di atas Snapdragon 845.
Jelas, di sini beda kualitasnya, kan? Mungkin ini tidak bermasalah bagi mereka yang hapenya sebatas untuk komunikasi dan baca ebooks, tetapi ini serius bagi para mobile gamers yang mencari performa terbaik untuk game berat.
Mencari hemat? Performa turunnya tidak jauh
Bagi kaum pamer, alias hape mahal cuma buat main sosmed, silakan kembali ke Redmi Note 8 Pro (jika tidak yakin adaptor charger bisa bertahan dengan baik sampai akhir pemakaian, daya cas hanya 18W) atau Realme 6 (jika apik dalam penggunaan dan yakin adaptor charger senantiasa awet, daya cas sudah 30W).
Prosesor mereka, Helio G90T, rasanya masih sedikit lebih baik dari Redmi Note 9 Pro kecuali soal fabrikasinya yang memang lebih besar (12nm di Helio versus 8nm di Snapdragon). RAM 4GB (varian terendah Realme 6) atau 6GB (Redmi Note 8 Pro) sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan orang seperti Anda. Meski ya, MediaTek, yang lebih sulit dioprek.
Jika turun lagi ke Redmi Note 9 yang akan dibekali dengan MediaTek Helio G85, saya rasa Anda sudah bermain di kelas yang berbeda karena perbedaan performanya jauh signifikan di bawahnya. Ponsel ini lebih cocok dipertandingkan dengan Vivo V19 atau Oppo Reno 3, misalnya.
Semoga Redmi 10X segera datang
Jika tidak mendesak, berharaplah Kak Alvin Tse bisa membuat Xiaomi mau menghadirkan Redmi 10X Pro ke Indonesia. Saya merasa kedatangannya tak akan lama, mengingat Redmi Note 9 Pro ini berpotensi mengulangi ketidaksuksesan Redmi Note 6 Pro yang juga bukan upgrade mengesankan dari Redmi Note 5.
Bagaimana dengan isu benchmark cheating oleh MediaTek, seperti yang terjadi pada seri Helio P95? Dengan tingkat kecurangan separah itu pun, misalnya, dia tetap lebih tinggi kastanya dari si Snapdragon 720G maupun Helio G90T. Ini baru namanya upgrade.
Belum lagi, Dimensity 820 ini sudah dibekali modem 5G yang bisa diaktifkan sewaktu-waktu jika infrastrukturnya sudah aktif dan diizinkan Kominfo. Jika betul-betul datang, harganya saya prediksi berada di kisaran Rp4,6 sampai Rp5,1 juta alias kini jadi penantang serius Nova 5T. Harganya mendekat ke Rp6 juta pun mungkin masih bisa diterima, ya?
Akhir kata, saya menyarankan untuk berhemat jika tidak benar-benar butuh ponsel baru saat ini. Lebih baik, uangnya dipakai untuk berjaga-jaga selama pandemi atau didonasikan sebagian kepada mereka yang membutuhkan.
Bisa juga dibelikan alat pel otomatis seperti iLife V5S Pro atau Umeda Tomo, lebih baik lagi Xiaomi Mi Robot Vacuum-Mop (jika bisa mendapatkannya dengan harga resmi). Ini jauh lebih dibutuhkan untuk membersihkan rumah tanpa pegal sekalipun tanpa asisten rumah tangga, ya kan?
BACA JUGA Redmi Note 8 dan Note 8 Pro Sangat Layak Dibeli, Asal Barangnya Tidak Gaib atau ulasan hape terbaru lainnya di rubrik KONTER.