MOJOK.CO – Meski lawas, di depan Android, iPhone nggak jadi terlihat lemas. Bahkan mereka malah bikin gemas, pengin memiliki demi eksklusivitas.
Sebenarnya, iPhone itu nggak melulu soal gengsi dan mirror selfie. Hape “lawas” mereka masih relate sama zaman. Bahkan hingga 2022, ketika iphone yang dipakai adalah iPhone 7, misalnya. Iya, bagi sebagian orang yang membutuhkan hape bagus dengan harga terjangkau, yang lawas saja masih bisa menghadirkan solusi.
Mengutip Device Atlas, iPhone 7 menjadi iPhone yang paling banyak dipakai pada kuartal tiga tahun 2020. Persentase share dari hape tersebut mencapai 10,35 persen. Temuan ini sangat menarik ketika iPhone lawas menduduki peringkat pertama pada 2019 dan 2020.
Lantas, peringkat kedua diduduki siapa? Peringkat kedua ditempati oleh iPhone 8 yang dirilis pada 2017. Share dari hape ini mencapai 8,83 persen.
Sebenarnya, ada apa gerangan kenapa iPhone lawas ini? Kenapa masih diminati banyak orang? Mari kita tengok jawabannya.
Dukungan pembaruan perangkat lunak
Apple memang sangat memperhatikan dukungan pembaruan perangkat lunak. Ini terbukti dengan iPhone 6s yang masih mendapatkan pembaruan iOS 15 walaupun ponsel ini dirilis enam tahun silam. iOS 15 sendiri baru diperkenalkan pada September 2021.
Berkaca dari kasus tersebut, Apple memberikan pembaruan perangkat lunak lebih dari lima tahun. Pembaruan yang diberikan bukan pembaruan minor, melainkan pembaruan mayor yang di beberapa merek ponsel pintar lain hanya terjadi selama dua sampai tiga tahun saja. Sudah gitu nggak di semua seri lagi. Hal ini membuat tampilan dan juga fitur iPhone lawas dan baru itu nggak beda jauh.
Spesifikasi dan kinerja iPhone masih relevan hingga sekarang
Pernah nggak kamu menemukan sebuah data yang menunjukkan spesifikasi dan RAM iPhone itu lebih kecil dibandingkan sebuah hape Android? Pasti sering. Namun, jangan salah kira. Secara kinerja di beberapa hal tertentu, ternyata iPhone lebih unggul.
Misalnya kualitas hasil perekaman video. Sejauh ini, iPhone menduduki peringkat pertama berdasarkan peringkat yang dirilis DxOMark.
Soal RAM, iPhone memang “terlihat” lebih kecil bandingkan Android. Misalnya, iPhone 13 Pro Max cuma punya RAM 6 GB saja. Jika dibandingkan Android, sekarang sudah ada yang punya RAM hingga 16 GB. Hal ini disebabkan manajemen memori yang ada di iPhone dan Android itu berbeda. Terutama dalam penggunaan pengkodean.
Selain itu, tidak adanya hierarki produk layaknya di Android membuat iPhone jauh lebih optimal dalam penggunaan aplikasi. Hal ini memudahkan developer aplikasi dan game karena perangkat yang dioptimalisasi jauh lebih sedikit. Apalagi jika kita bicara rasio layar. Hape Android punya banyak banget rasio. Berbeda di iPhone yang cuma punya dua jenis rasio layar, yakni 9:16 untuk keluaran lama yang masih terdapat Touch ID-nya, dan 9:19,5 untuk yang sudah mengusung full screen dengan Notch.
Apple juga memproduksi sendiri komponen-komponen yang digunakan sehingga mereka lebih leluasa melakukan tuning antara perangkat keras dan perangkat lunak.
Perbedaan kinerja antara perangkat lunak dan perangkat keras ini yang membuat iPhone lawas masih mampu untuk menjalankan aplikasi dan game-game yang membutuhkan komputasi berat. Selalu relate dengan zaman.
Kualitas kamera sangat terjaga
Ini adalah fenomena sosial yang sudah menjadi top of mind di masyarakat. Kamera iPhone itu “selalu dianggap” lebih unggul ketimbang Android. Hal ini secara nyata saya alami ketika sedang kondangan, pasti langsung ditodong meminjamkan iPhone untuk swafoto. Walaupun pada kenyataannya ada hape Android yang jauh lebih baik kualitas kameranya. Salah satu daya tawar iPhone adalah hasil videonya yang nggak patah-patah dan stabil.
Misalnya iPhone 7 yang umurnya sudah lebih dari lima tahun. Kameranya masih mampu melakukan perekaman video hingga 4K di 30 FPS dengan mulus. Untuk hape dengan rentang harga Rp2 hingga Rp3 juta, tentu ini menarik sekali.
Ya memang, di rentang harga tersebut, ada hape Android yang punya kualitas kamera sama. Namun, hasilnya pasti tetap kalah. Salah satunya karena produk Apple ini sudah dibekali OIS (Optical Image Stabilizer) yang mana nggak banyak pabrikan Android pakai itu.
Keamanan dan privasi yang berorientasi pada pengguna
Pada peluncuran iOS 14, Apple memperkenalkan App Tracking Transparency. Ini adalah fitur privasi yang akan muncul untuk meminta izin kepada pengguna guna membatasi pelacakan dan pengumpulan data pihak ketiga.
Fitur ini sempat menjadi polemik antara Apple dan Facebook. Facebook merasa dirugikan karena fitur ini bakal berpengaruh pada penargetan iklan mereka di iOS. Hal ini mengancam Meta, perusahaan induk Facebook dengan penurunan pendapatan 10 miliar dolar AS (sekitar Rp143 triliun). Walau begitu, Apple tetap melanjutkan fitur ini di iOS 15 dengan alasan kuat demi privasi pengguna.
Selain itu, salah satu yang bikin iPhone tetap aman adalah tidak diizinkannya pengguna untuk menginstal aplikasi atau game yang berasal dari luar App Store. Berbeda dengan Android, penggunanya dapat menginstal aplikasi dari situs dan pihak ketiga di luar Google Play Store. Risikonya, perangkat akan rentan disusupi malware, mengingat penggunanya dapat menginstal aplikasi dari berbagai sumber tidak resmi.
Dalam hal akses media dan penyimpanan, iPhone juga lebih unggul dibandingkan Android yang sedikit lebih telat dalam penerapan fitur ini. Di iPhone, kita dapat memberikan akses khusus kepada satu file saja yang hanya dapat diakses oleh aplikasi atau situs. Sedangkan, di Android, fitur ini baru saja diperkenalkan dalam debut Android 13 (developer preview), Februari 2022 lalu.
Harganya stabil
Masalah harga, iPhone memang terkenal mahal, tapi cenderung lebih stabil harga jualnya. Bahkan, iPhone Xr 64GB (iBox) yang saya gunakan ini saja, harga pasarannya berada di rentang harga Rp5 sampai Rp6 juta. Jika kita bandingkan dengan ponsel pintar Android yang dirilis dalam waktu sama, harganya sudah jauh, dibandingkan dengan harga awal perilisannya.
Jumlah varian menjadi salah satu alasan yang membuat harga di pasaran lebih stabil dibandingkan Android. Misalnya, varian iPhone 13 Series itu hanya ada tiga ponsel saja. Sementara itu, Android, mereka tidak hanya fokus ke satu lini saja. Mereka memiliki lini di entry-level, mid-range, dan high-end atau flagship.
Jadi, secara kuantitas, Android memang lebih “unggul”. Gimana nggak, di setiap lini saja ada barangnya. Alhasil, peredaran hape Android di pasaran jauh lebih banyak dibandingkan iPhone. Ujungnya, soal harga jadi lebih bersaing. Bahkan beberapa pabrikan merilis hape murah dengan kualitas lumayan. Semata-mata untuk bertahan di kelas yang pesaingnya banyak.
Sementara itu, iPhone jadi terasa lebih eksklusif karena jumlah variannya yang lebih sedikit. Para pengguna jadi mendapatkan semacam “hak eksklusif”. Ujungnya, terbentuk sebuah pemikiran bahwa produk Apple ini adalah hape eksklusif yang tidak bisa dimiliki banyak orang. Padahal, iPhone lawas bisa menawarkan sisi positif tersebut.
Meski lawas, iPhone nggak jadi terlihat lemas. Bahkan mereka malah bikin gemas, pengin memiliki demi eksklusivitas.
BACA JUGA Pindah dari Android ke iOS Adalah Keputusan yang Saya Sesali dan ulasan menarik lainnya di rubrik KONTER.
Penulis: Dedi Styawan
Editor: Yamadipati Seno