MOJOK.CO – Rasisme adalah sesuatu yang tidak rasional, sedangkan rasialisme merupakan sesuatu yang rasional dan netral. Baru tahu, kan?
Wikipedia membuat dua halaman berbeda untuk dua buah kata yang terdengar mirip: rasialisme dan rasisme. Seorang teman bertanya, apakah keduanya memang punya makna yang sama karena, kalau iya, kenapa harus dibuat dalam dua halaman berbeda?
Rasialisme dijelaskan sebagai suatu penekanan pada ras atau pertimbangan rasial, sedangkan rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu; bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.
Masih nggak bisa melihat beda keduanya? Tenang saja, Wikipedia juga menulis kalimat ini di bawah keterangan soal rasialisme, kok:
“Walaupun istilah ini kadang digunakan sebagai kontras dari rasisme, istilah ini dapat juga digunakan sebagai sinonim rasisme.”
Pernyataan ini mengingatkan saya pada sebuah artikel yang diterbitkan di Huffpost.com perihal dua fenomena unik. Sebuah jajak pendapat di The Wall Street Journal (WSJ) yang pernah dilakukan setelah kasus pembunuhan oleh polisi terhadap seorang pria kulit hitam tak bersenjata menunjukkan angka 35% orang kulit hitam dan 40% orang kulit putih yang meyakini bahwa hubungan antarras masih terbilang cukup baik. Angka ini sudah mengalami penurunan dari polling sebelumnya (66% orang kulit hitam merasa hubungan antarras di sana tergolong baik).
Meski dalam jajak pendapat WSJ tadi terdapat 60% orang kulit putih lainnya yang tidak sepakat pada hubungan antarras yang baik (dan sering kita nilai sebagai “rasis”), sebuah survei menunjukkan bahwa mereka menyukai kesetaraan ras, bahkan dalam bidang yang intim sekalipun. Faktanya, 85% orang kulit putih mendukung pernikahan campuran, yaitu antar orang kulit hitam dan putih.
Fenomena di atas sebenarnya melibatkan dua istilah yang sedang kita bahas sejak awal: rasisme dan rasialisme. Kedua kata ini, harus diakui, memiliki perbedaan, tapi sering kali menimbulkan kebingungan.
Apa Sebenarnya Rasisme Itu, Apa Sebenarnya Rasialisme Itu
Dalam contoh kasus di atas, apa yang disebut sebagai rasisme adalah wujud permusuhan terhadap orang kulit hitam, yang mengakibatkan golongannya kerap diserang tanpa alasan hanya semata-mata dengan anggapan inferioritas. Sementara itu, apa yang disebut sebagai rasialisme adalah kesadaran tinggi terhadap ras orang lain yang berbeda.
Rasisme adalah sesuatu yang tidak rasional dan sering kali bersifat toxic, sedangkan rasialisme merupakan sesuatu yang rasional, netral secara moral, dan menjadi bagian tak terhindarkan dalam masyarakat, mengingat adanya sejarah perbudakan, diskriminasi, ataupun status sosial—dalam hal ini misalnya pada hubungan orang kulit putih dan hitam.
Beda? Tentu saja. Tapi, meski tak sama, kedua istilah ini memang sering dikacaukan dan disebut sebagai sesuatu yang bisa saling menggantikan, sebagaimana yang ditulis oleh banyak kamus. Pada KBBI, misalnya, kalau kamu mengetikkan kata rasialisme di kolom pencarian, definisi yang keluar adalah:
1) prasangka berdasarkan keturunan bangsa; perlakuan yang berat sebelah terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda
2) paham bahwa ras diri sendiri adalah ras yang paling unggul; rasisme
Perhatikan definisi kedua: Kamu bahkan menemukan kata rasisme di sana. Lalu, apakah kata rasisme punya definisi khusus? Jawabannya: tidak. Di KBBI, kalau kamu mencari kata rasisme, hasil yang keluar hanya sebuah kata lainnya: rasialisme.
Hal yang sama juga bakal kamu temukan di Cambridge Dictionary. Kata racism ditulis dengan definisi:
“The belief that people’s qualities are influenced by their race and that the members of other races are not as good as the members of your own, or the resulting unfair treatment of members of other races.”
Sementara itu, tidak ada keterangan khusus untuk kata racialism. Malah, dalam entri kata racism tadi, disebutkan bahwa kata racism adalah serupa kata racialism, sebuah istilah “old-fashioned” dalam bahasa Inggris di UK.
Rasisme dan Eufemisme Rasial
Apa yang mendasari “persamaan” antara kata rasisme dan rasialisme ini, saya juga nggak tahu. Saya tempe. Hehe. Namun, agaknya, seperti dilansir dari CNN, hal ini ada hubungannya dengan “cara ngata-ngatain rasis dengan cara lebih sopan” atau “eufemisme rasial”.
Menurut KBBI, eufemisme memiliki makna sebagai ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, merugikan, atau tidak menyenangkan.
Gimana maksudnya?
Beberapa orang tidak menyebut Donald Trump sebagai orang yang rasis, melainkan memberinya julukan “orang dengan kecemasan rasial” atau “orang dengan kebencian rasial”. Jika ada seorang politikus menjatuhkan lawannya yang berbeda ras dengannya (misalnya orang kulit putih terhadap orang kulit hitam), ia mungkin tidak akan secara langsung disebut rasis, melainkan “orang yang memberikan tuduhan rasial”.
Lama-kelamaan, eufemisme rasial ini kian membantu mengaburkan makna kata rasisme dan rasialisme. John Simpson, editor Oxford English Dictionary Online juga mendukung pernyataan ini: “They didn’t start out that way, but they are now considered one in the same.”
Yah, kalau dipikir-pikir, kata rasisme dan rasialisme ini mirip sama kamu dan gebetanmu: dulu sendiri-sendiri, sekarang udah jadi satu.
Eh, udah jadi satu beneran, kan?
BACA JUGA Sarkasme dan Satire: Duo Majas Sindiran yang Beda Level atau baca tulisan Aprilia Kumala lainnya.