Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Komen Versus

Kursus Kilat Legowo Pakai Hompimpa Alaium Gambreng

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
3 Juni 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Apa??? Ini udah tahun 2019 dan kamu belum tahu filosofi terdalam dari kalimat “Hompimpa alaium gambreng”??? Duh, please, deh~

Konon, adat dan budaya Indonesia yang kita kenal sebagai sesuatu yang “melimpah” meliputi pula hal yang tak asing di kehidupan kita: permainan tradisional. Dari Sunda saja, tercatat ada sekitar 250 permainan tradisional, sementara Jawa menyumbang kurang lebih 200-an, diikuti dengan 300-an permainan lain yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Uniknya, ratusan permainan ini punya satu kesamaan: mereka dimulai dengan sebuah kebiasaan “ajaib” untuk menentukan sesuatu, baik peran maupun posisi. Kebiasaan ini, tak lain dan tak bukan, adalah…

…hompimpa alaium gambreng!!!1!!1!!!!

Ya, ya, ya, benar: sekelompok anak yang akan bermain umumnya akan melingkar dahulu, lalu menggoyangkan telapak tangannya sembari berujar, “Hompimpa alaium gambreng,” sebelum akhirnya mengeluarkan posisi telapak tangan terbuka atau tertutup.

Aktivitas ini bisa dilakukan jika ada minimal 3 orang peserta, sebelum akhirnya dilakukan suten (suit) jika peserta yang dimaksud hanya/tinggal ada 2 orang.

Yang menjadi pertanyaan, kenapa sih harus hompimpa? Kenapa mereka nggak lomba nyanyi dulu aja untuk menentukan siapa yang bakal berjaga dan siapa yang berhak bersembunyi (misalnya mereka sedang main petak umpet)? Atau, kenapa mereka nggak sekalian main tebak-tebakan saja, yang lebih mudah dilakukan dan bikin ketawa—bukannya bikin deg-degan takut kalah, seperti dampak yang dimunculkan dari hompimpa alaium gambreng?

Saya sih nggak tahu jawabannya (hehe), tapi saya—dari beberapa sumber—tahu apa filosofi terdalam dari hompimpa alaium gambreng yang menarik untuk dikupas.

Aktivitas tradisional untuk mengawali sebuah permainan ini berasal dari bahasa Sansekerta dan konon kalimatnya berwujud asli sebagai berikut:

“Hongpimpa alaihong gambreng.”

Tapi, yaaah, dasar lidah Indonesia—kalimat ini lantas lebih sering diucapkan “Hompimpa alaium gambreng”, tentu dengan makna yang sebenarnya sama dan tak disadari-disadari amat oleh sebagian besar dari kita (hah, kita???).

Ada dua bagian yang terdapat dalam kalimat ini: hompimpa alaium dan gambreng.

Dalam bahasa Sansekerta, hompimpa alaium diyakini berarti “dari Tuhan kembali ke Tuhan”, sedangkan gambreng adalah sebuah kata kejutan untuk menyadarkan semua orang yang mendengarnya. Kata gambreng, dalam konteks budaya, akhirnya dimaknai sebagai ekspresi: “Ayo main bareng!”

Wow, menarik, bukan—betapa hompimpa yang biasa kita lakukan ternyata memiliki makna yang dalam???

Iklan

Konon katanya, filosofi yang ingin disampaikan melalui makna tadi adalah…

*JENG JENG JENG*

Pertama, sebagai simbol kehidupan. “Dari Tuhan kembali ke Tuhan” mungkin bakal mengingatkanmu pada kalimat “Inalillahi wa inailaihi rojiun”, bukan? Nah, artinya, ya gitu juga, Gaes~

Apa pun yang kita dapatkan dalam hidup adalah apa yang Tuhan berikan pada kita. Apa yang menjadi milik kita adalah kepunyaan Tuhan. Jadi, sebaiknya kita memanfaatkannya dengan baik sebelum semua kembali pada-Nya.

Secara sederhana, kalau kamu udah menang hompimpa sebelum main gobag sodor, ya waktu mulai main gobag sodor-nya kamu juga maksimal sekalian, lah, biar menangnya lebih puas!!!!11!!!!!1!!

Kedua, sebagai bentuk kesadaran pilihan hidup.

Pernah lihat orang ngamuk-ngamuk gara-gara kalah hompimpa nggak? Saya, sih, nggak pernah—paling mentok cuma kecewa dan hampir nangis. Tapi, pada dasarnya, itulah keajaiban hompimpa alaium gambreng: ia bisa membuat kita-kita yang menang maupun kalah tetap senyum dan legowo.

Kenapa?

Soalnya, saat kita lagi gambreng tadi, diri kita masing-masing menyadari 100% bahwa mengeluarkan hitam maupun putih dalam hompimpa adalah pilihan kita sendiri.

Yah, kalau dianalogikan dalam hidup, sih, menjadi hitam atau putih adalah langkah nyata yang kita ambil secara sadar, misalnya: menolong atau tidak menolong nenek-nenek nyebrang jalan, menyontek atau tidak menyontek waktu ulangan Fisika, berbohong atau tidak berbohong waktu ditelepon orang tua dan ditanya lagi di mana, hingga mengkhianati atau tidak mengkhianati kepercayaan seseorang….

Terakhir diperbarui pada 3 Juni 2019 oleh

Tags: bahasa Sansekertadari Tuhan kembali ke Tuhanhom pim pahhompimpa alaium gambreng
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

No Content Available
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.