Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Komen Versus

Kenapa “Pulang Pergi” Tidak Ditulis “Pergi Pulang”?

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
18 Maret 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Gabungan kata “pulang pergi” menunjukkan sifat bahasa yang arbitrer alias manasuka. Tapi, ia ternyata nggak manasuka-manasuka banget, kok. Penasaran?

“Kenapa disebut ‘pulang pergi’ dan bukannya ‘pergi pulang’, ya?”

Seorang teman bertanya sambil lalu sembari kami memesan tiket perjalanan. Saya termangu sambil berpikir, “Benar juga,” dan menyadari bahwa istilah yang sama dalam bahasa Inggris hanya berupa “round trip”.

Lantas, kenapa round trip ini menjelma menjadi pulang pergi? Kalau memang tidak ada istilah yang sepadan, sebagaimana kata sarapan menggantikan kata breakfast, kenapa urutannya harus pulang dulu, baru pergi???

Dalam bahasa Indonesia, gabungan kata ini tidak sendiri. Kamu pasti pernah mendengar gabungan kata berikut ini, selain pulang pergi:

– turun naik

– keluar masuk

– maju mundur

– tarik ulur

Kalau dipikir-pikir pakai logika, mana ada orang yang turun dulu, baru naik? Mana ada orang yang keluar dulu, baru masuk???

Tapi, jika diperhatikan kembali, contoh berikutnya sebenarnya cukup masuk akal. Pada gabungan kata maju mundur cantik, misalnya, tentu kita sepakat bahwa seseorang harus maju dulu, baru mundur. Di gabungan kata tarik ulur pun demikian; kita bisa tarik dulu selembar tali, sebelum akhirnya kita ulur—persis seperti taktik dalam mendekati gebetan.

Lantas, kenapa ada gabungan kata yang urutannya logis, sementara yang tidak logis juga tersebar dengan bebas?

Perpaduan gabungan kata yang bertentangan (oksimoron) ini ternyata bisa kita jadikan bukti bahwa bahasa memiliki sifat tak terduga. Saya pernah menuliskan bahwa salah satu sifat bahasa adalah konsisten dengan ketidakkonsistenannya. Pada kasus ini, saya rasa kita bisa sepakat bahwa sifat bahasa manusia ternyata adalah arbitrer, alias manasuka, alias suka-suka kita, alias sebodo amat apa katamu~

Contoh gabungan kata lain yang muncul dalam bahasa Indonesia dan bersifat arbitrer bisa kita lihat pada daftar berikut:

Iklan

– suami istri

– pria wanita

– tua muda

– besar kecil

Perhatikan bagaimana kata suami, pria, tua, dan besar dituliskan terlebih dulu, seakan-akan begitulah peraturan tak tertulis dalam bahasa Indonesia. Nyatanya, hal ini memang cukup menjadi kelejasan (transparan) dalam bahasa kita bahwa pria dan kesenioran lazim didahulukan.

Sampai di sini, jelas ya; ada gabungan kata yang terkesan ‘sistematis’, ada pula yang manasuka dan bikin kita berkerut-kerut.

Tapi, tetap saja, teman saya di awal tulisan ini masih bertanya-tanya kenapa ke-manasuka-an tadi tidak meletakkan kata pulang di belakang kata pergi. Toh, lebih mudah membuat gabungan kata yang logis daripada tidak, katanya.

Padahal, menurut beberapa sumber, kata pulang pergi dan keluar masuk tidak manasuka-manasuka amat karena mereka diciptakan dengan tingkat logis dari perspektif berbeda. Pada kata keluar masuk, misalnya, kata keluar dituliskan terlebih dulu karena menempatkan urutan kronologis di mana pelakunya berada di dalam rumah. Jadi, si pelaku harus keluar rumah dulu, kan, sebelum bisa masuk lagi?

Pada kata pulang pergi, kelejasan bahasanya dilihat dari sisi psikologis. Meski ada beberapa pihak yang tetap menggunakan kata pergi pulang karena tak setuju dengan urutan gabungan kata ini, ternyata ada penjelasan yang tak kalah penting disimak dari sudut pandang ini. Konon, secara naluriah, manusia manapun lebih ingin sampai di rumah daripada bepergian tak tentu arah.

Itu sebabnya, kata pulang pergi lebih banyak diterima karena kebanyakan dari kita tentu ingin pulang cepat-cepat, baik pulang ke rumah maupun pulang ke hati yang merengkuh kita dalam hangatnya cinta.

Eaaaaa~

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: arbitrergabungan katakeluar masukpergi pulangpulang pergisifat bahasa
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

No Content Available
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.