MOJOK.CO – Data pribadi 50 juta pengguna Facebook dicuri lewat aplikasi kuis dan dipakai untuk mensukseskan pemenangan Donald Trump di pilpres AS 2016.
Beberapa hari lalu jagat media Twitter dihebohkan dengan kehadiran tagar #DeleteFacebook yang mendadak ramai di Twitter. Platformnya Twitter, tapi isinya keluh kesah pengguna Facebook yang ingin tutup akun. Entah karena Twitter adalah “tempat pulang” sejati, atau para pengguna ini memang berniat melanjutkan informasi mengenai Facebook, tagar #DeleteFacebook ini memang menarik untuk diikuti.
Santer diberitakan, Facebook telah dimanfaatkan oleh sebuah perusahaan bernama Cambridge Analytica untuk dikuasai profil-profil penggunanya. Disebutkan, profil pengguna yang mencapai angka 50 juta ini dipakai sebagai data penyokong mesin propaganda demi pemenangan Donald Trump di pemilihan Presiden Amerika 2016 lalu.
Wow wow wow, mengejutkan!!!
Informasi ini, meski tidak terlalu ramai di kalangan netizen Indonesia, telah menjadi viral, khususnya di Amerika Serikat. Banyak pengguna Facebook yang kemudian menyerukan ajakan untuk menghapus Facebook demi terselamatkannya data-data pribadi yang sudah telanjur dicuri.
Meskipun demikian, di Indonesia, beberapa netizen menyoroti isu ini dan memberi penilaian terkait penggunaan Facebook. Simak dulu, gaes-gaesku, biar tercerahkan~
Socio Geeks: Gini, dua hari ini Facebook heboh. Apa pasal? Observer dan The New York Times melaporkan adanya data breach di Facebook. Sebanyak 50 juta akun, nggak tanggung-tanggung, dilaporkan digunakan secara tidak sah. Siapa yang menggunakannya? Cambridge Analytica.
Siapa atau apa itu Cambridge Analytica? Sesuai namanya, Cambridge Analytica adalah perusahaan Analytica, tugasnya menganalisis data yang mereka peroleh dari menuai data (data harvesting) di Facebook. Lha kok bisa? Pastinya dengan izin dari Facebook.
Lalu dua hari yang lalu, tepatnya hari Jumat, Facebook memutuskan untuk mem-ban Cambridge Analytica dari menuai data pengguna Facebook. Menurut Facebook, Cambridge Analytica melakukan pelanggaran.
Sejenak ke belakang, Cambridge Analytica ini adalah think tank kemenangan Trump di pemilu 2016 yang lalu. Di sana ada Steve Bannon yang kemudian terlibat secara aktif di kampanye Trump. Cambridge Analytica dibawa oleh Jared Kusner ke tim Trump tahun 2016.
Sebelum masuk ke tim Trump, Cambridge Analytica dulu mem-backup senator Ted Cruz. Tapi kita tak bahas ini. Concern-nya adalah data dan privasi pengguna yang diperjualbelikan oleh Facebook ke pihak ketiga tanpa concern pengguna.
Bisnis Facebook adalah jual-beli data dan privasi pengguna. Pengetahuan Facebook terhadap pengguna mereka sangat dalam, bahkan ada yang berseloroh jika Facebook mengetahui dengan pasti apa yang akan ditekan pengguna di keyboard-nya.
Facebook juga memasang perangkap di hampir semua situs yang ada di internet dengan tombol Like dan Share yang ada di situs. Tombol ini sangat berguna untuk memata-matai pengguna sehingga seketika pengguna log in ke Facebook mereka akan melihat iklan yg tepat sesuai minat.
Hal ini diperparah oleh pengetahuan pengguna yang sangat minim tentang bagaimana Facebook mengumpulkan data penggunanya, bagaimana data tersebut dianalisis, dan bagaimana data tersebut digunakan. Dalam hal ini, Facebook tak mengenal transparansi.
Untuk menuai data pengguna, Facebook tak segan-segan untuk menerabas privasi pengguna, dan lagi, sebenarnya pengguna Facebook jarang sadar privasi. Mereka umumnya sudah sangat senang dengan layanan yang mereka pikir gratis tersebut padahal sebenarnya dibayar dengan data/privasi.
Demikianlah sehingga ada pihak ketiga seperti Cambridge Analytica yang menuai data pengguna untuk tujuan salah satunya iklan dan mungkin juga untuk melihat kecenderungan politik pengguna sehingga bisa ditawarkan alternatif pilihan presiden yang tepat.
Jumlah 50 juta akun yang mereka akses dan analisis bukan jumlah yang sedikit. Dengan pengetahuan yang dalam terhadap akun-akun tersebut, pilihan politik mereka bisa dibelokkan untuk mendukung Trump dengan berbagai iklan atau cara-cara jahat seperti misinformasi, hoax, dll.
Pengungkapan ini makin memperjelas keikutsertaan Facebook dalam memenangkan Trump di Pemilu 2016. Saya agak meragukan bahwa Cambridge Analytica memiliki akses tidak sah terhadap data 50 juta akun tersebut. Pastinya seijin Facebook.
Pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini? Segeralah hapus akun Facebook Anda. Facebook tak akan pernah berhenti menuai data bahkan data orang yang bukan pengguna mereka yang kemudian mereka tawarkan ke pihak ketiga demi pendapatan iklan tanpa consent pengguna.
Masih betah main di Facebook? Tentu ada risiko privasi dan data yang bisa saja digunakan dan dianalisis oleh pihak ketiga. Jika dipandang sepadan, ya lanjutkan saja.
FYI, sepertinya kalau tak punya Facebook rasanya ada yang kurang? Rasanya punya Facebook suatu kemustian? Itu cuma mitos. Tidak pakai Facebook hampir tak ada masalah, malah lebih tenang. Demikian juga media sosial lainnya.
Tentu tak hanya Facebook, setiap layanan di internet melakukan harvesting data, termasuk Google. Namun ada perbedaan bagaimana layanan tersebut menuai, menganalisis dan memanfaatkan dan juga soal transparansi. Pertimbangkan dengan saksama layanan yang bisa dipercaya.
Bobby Priambodo: Baru diketahui bahwa perusahaan Cambridge Analytica (CA) menggunakan informasi personal dari jutaan profil Facebook untuk membuat mesin propaganda Trump pada pemilihan presiden Amerika tahun 2014 lalu. Propaganda tersebut berhasil, dan Trump terpilih menjadi presiden.
Yang menarik? Cara mereka menggali data jutaan profil tersebut:
Dikutip dari artikel di The Guardian, “The data was collected through an app called thisisyourdigitallife, … hundreds of thousands of users were paid to take a personality test and agreed to have their data collected for academic use.”
Terj.: “Data tersebut dikumpulkan melalui aplikasi thisisyourdigitallife, … ratusan ribu pengguna dibayar untuk mengambil test kepribadian (personality test) dan menyetujui bahwa data mereka akan diambil untuk keperluan akademis.”
Perhatikan bahwa meskipun cuma ratusan ribu pengguna yang berpartisipasi, aplikasi yang menggunakan API Facebook juga memiliki kapabilitas mengumpulkan data profil dari teman-teman pengguna, sehingga profil yang terkumpul mencapai jutaan.
Data profil itu kemudian digunakan CA untuk micro-targeting, membuat propaganda-propaganda spesifik untuk jenis profil orang tertentu yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil.
Ini melukiskan bagaimana mudahnya data kita di Facebook dapat diambil oleh orang lain melalui aplikasi-aplikasi kuis di Facebook yang terlihat tidak berbahaya. Kalau Anda masih suka mengikuti kuis-kuis tersebut, Anda tidak hanya membahayakan diri Anda sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar Anda.
Kasus profil Facebook “di-hack” dan memposting hal-hal aneh hingga porno? Kemungkinan besar karena salah satu app yang pernah Anda gunakan meminta izin (permission) yang terlalu luas dan Anda telah menyetujuinya.
Jadi, bagaimana mengatasinya?
- Jangan sembarangan ikut kuis di Facebook.
- Baca izin yang diminta aplikasi ketika Anda menggunakannya. Setelah baca, jangan sembarangan ikut kuis di Facebook.
- Kontrol pengaturan privasi Facebook Anda (https://www.facebook.com/settings?tab=privacy, https://www.facebook.com/settings?tab=timeline). Tips: aktifkan Timeline Review.
Mari mengerti bahwa apa yang publik adalah publik; jangan bagikan (share) hal-hal yang Anda tidak ingin diketahui orang banyak, karena tidak ada yang tahu informasi tersebut akan digunakan oleh siapa dan untuk berbuat apa.
Dengan adanya skandal Cambridge Analytica ini, pengguna Facebook punya dua opsi: lanjut atau berhenti. Detailnya sudah kamu baca di atas: kalaupun lanjut, perhatikan baik-baik bahwa ada beberapa hal yang sebaiknya tidak kamu bagikan di sana.
Lagi pula, dari tulisan di atas, disebutkan bahwa data-data pribadi pengguna ini didapatkan dari tes kepribadian online.
Yha ampuuun!!!!
Mbok kalau mau tahu kepribadian diri sendiri mending curhat aja ke Mojok, daripada mempertaruhkan diri gitu 🙁