MOJOK.CO – Pada Pilkada DKI 2012 silam, Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama atau Jokowi-Ahok identik dengan baju kotak-kotak yang kemudian saat itu menjadi trend. Kepada Mojok, konsultan politik Eep Saefulloh Fatah menjelaskan tentang sejarah baju kotak-kotak tersebut.
“Jokowi-Ahok waktu itu yang top of mind di masyarakat kan baju kotak-kotak, itu bukan dari saya, Mas, tapi saya yang kemudian kena getahnya,” kata Eep Saefulloh Fatah dalam perbincangan dengan Kepala Suku Mojok Puthut EA di PutCast Mojok yang tayang, Senin (5/6/2023). Eep, saat itu menjadi konsultan politik dari pasangan Jokowi-Ahok yang maju dalam Pilkada DKI.
Cerita, tentang Eep kena getah gara-gara baju kotak-kotak bermula saat ia bertemu dengan Abdi Negara, personil Slank untuk membicarakan keterlibatan Slank dalam kampanye. “Saat itu saya baru tahu, kalau Slank itu jadi pendukung Jokowi, jauh sebelum maju dalam Pilkada DKI,” kata Eep yang juga Founder & CEO PolMark Indonesia dan Founder & CEO Dig-Inc.Asia.
Dalam pertemuan tersebut, Abdi bertanya ke Eep, apa maksud baju kotak-kotak yang Jokowi pakai saat itu. “Saat itu saya sampai menyingkir, saya telepon Pak Jokowi, “saya tanya, ada pertanyaan seperti, daripada saya salah, waktu itu Mas Jokowi milik baju kotak-kotak maksudnya apa?” ujar Eep Seafulloh.
Berawal dari Jokowi tak mau pakai baju pilkada
Diluar dugaan, Jokowi sendiri tidak tahu maksud filosofi baju kotak-kotak yang ia pakai. Ia kemudian meminta Eep membuat penjelasan tentang maksud dari baju kotak-kotak. Penjelasan itu yang nantinya akan Jokowi gunakan ketika ada yang bertanya. “Jadi sebenarnya baju kotak-kotak itu pilihan Jokowi setelah ngobrol dengan teman-temannya yang paham fesyen atau mode. Saat itu Jokowi tidak ingin mengenakan baju pilkada,” kata Eep.
Saat itu calon kepala daerah yang maju dalam pilkada rata-rata mengenakan baju tertentu seperti jas, baju koko, baju adat, atau baju yang hasil rancangan khusus. Jokowi menyebutnya baju pilkada dan dia tidak mau mengenakan baju seperti itu.
“Jokowi ingin baju yang ia pakai akan dipakai juga oleh banyak orang, termasuk anak muda. Teman-temannya menyarankan kalau baju yang banyak di toko-toko ya baju kotak-kotak,” ujar Eep.
Akhirnya Jokowi-Ahok memilih baju kotak-kotak sebagai identitas. Saat itu Jokowi membeli dua baju di mall Casablanca dan satu di Pasar Tanah Abang. “Tapi kemudian Pak Jokowi meminta pemilik Sritex di Solo mencetak baju kotak-kotak sesuai motif yang ia pilih kemudian di-drop ke Pasar Tanah Abang dengan sangat murah, sehingga setiap pedagang dapat margin besar. Dengan satu syarat, meneriakan sebagai kotak-kotak Jokowi,” kata Eep.
Makna baju kotak-kotak
Eep menegaskan bukanlah penemu baju kotak-kotak jokowi seperti yang banyak orang duga, tapi memang ia yang membuat penjelasan tentang baju tersebut. “Waktu itu penjelasan saya, Jakarta itu terlalu terkotak-kotak. Sebagai ibu kota negara semua orang ada di sini, jadi melting pot. Kehadiran Jokowi adalah menghilangkan sekat atau kotak-kotak tersebut,” ujar Eep.
Sebagai konsultan politik Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI 2012, Eep Saefulloh memilih berada di sisi yang berbeda pada Pilkada DKI 2017. Ia melawan Ahok yang saat itu berpasangan Djarot Syaeful Hidayat. Ada alasan tersendiri mengapa pendiri konsultan PolMark Indonesia ini tidak mau mendukung Ahok. Selengkapnya bisa disaksikan dalam PutCast Mojok berikut ini:
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Tren Pemilu 2024 Berubah, Cak Imin Bisa jadi Faktor Penentu Pilpres
Cek berita dan artikel lainnya di Google News