MOJOK.CO – Pandemi membikin masyarakat mengalami penurunan pendapatan rumah tangga, imbasnya, kemampuan memenuhi kebutuhan makan pun ikut mengalami penurunan.
Pandemi Covid-19 yang sudah menyerang berbulan-bulan lamanya tak bisa dimungkiri memang betul-betul membikin lumpuh perekonomian nasional.
Dampak kelumpuhan ekonomi tersebut, tak bisa tidak, bukan hanya menghantam, tapi juga membacok masyarakat. Setidaknya, begitulah gambaran kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang memang sangat terganggu sejak kehadiran si virus corona yang terbaca dari hasil survei yang dirilis oleh Lembaga survei Indikator pada Minggu, 18 Oktober 2020 kemarin.
Hasil survei tersebut sekaligus disertai dengan riset yang menunjukkan adanya penurunan pendapatan rumah tangga yang terjadi selama kurun waktu pandemi.
Menurut Indikator, terdapat penurunan pendapatan rumah tangga secara bertahap, yakni 86,1% pada periode Mei lalu, kemudian berangsur turun menjadi 75,7% pada Juli dan turun 66,6% pada September 2020.
Survei yang dilakukan pada 24-30 September 2020 yang melibatkan 1.200 responden yang dipilih secara acak secara nasional dengan tingkat toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,9% dan tingkat kepercayaan 95% tersebut menunjukkan bahwa penurunan pendapatan rumah tangga tersebut membuat masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari.
Tak tanggung-tanggung, ada sekitar 55 persen masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari ini.
Kebutuhan lain yang juga susah dipenuhi oleh masyarakat akibat penurunan pendapatan tersebut antara lain biaya sekolah, kuota internet, juga cicilan rumah.
“Efek Covid ini yang paling terpukul adalah kelas menengah bawah. Mereka masyarakat yang paling vulnerable [rentan] dalam situasi Covid-19,” terang kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, pada Minggu, 18 Oktober 2020 lalu. “Jangankan untuk internet, untuk makan saja susah.”
Kendati demikian, geliat ekonomi domestik ini secara bertahap mulai membaik. Hal ini dibuktikan dengan daya beli konsumen yang terus naik. Selain itu, orang-orang juga sudah mulai banyak yang bekerja kembali seiring dengan dibukanya kembali banyak kantong-kantong bisnis dan produksi. Rasio pekerja yang aktif bekerja juga perlahan terus naik.
Walau geliat ekonomi domestik tercatat terus membaik, namun tidak demikian dengan kasus Covid-19. Di Indonesia, sampai saat ini, jumlah penambahan kasus positif harian masih terus stabil di atas tiga ribu sejak pertengahan September dan belum juga menunjukkan penurunan kurva. Tanggal 18 Oktober lalu, misalnya, penambahan harian kasus positif terbaru mencapai 4.105 kasus.
BACA JUGA Setelah Pandemi Ini, Masihkah Kita Merusak Alam Lagi? dan artikel KILAS lainnya