Stasiun bergaya arsitektur Swiss
Pada 1910, stasiun ini dibongkar dan dibangun ulang dengan gaya arsitektur Chalet-NIS. Chales merupakan sebutan untuk bangunan dengan arsitektur tradisional di Pegunungan Alpen, Swiss. Ciri khas bangunan bergaya Chales berbentuk seperti lumbung, kandang, atau rumah tinggal dengan kontruksi kayu yang atapnya menggunakan sirap batu untuk melindungi bangunan dari hujan dan salju.
Sementara NIS atau NISM merupakan perusahaan kereta api Hindia Belanda yang memiliki nama lengkap Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. Kantor pusatnya berada di Semarang. Bangunannya kini disebut Lawang Sewu.
Bangunan Stasiun Tanggung memiliki luas 6 x 12 meter. Stasiun ini memiliki empat ruangan utama; ruang kepala stasiun yang juga digunakan sebagai loket, gudang, ruang tunggu, dan ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api).
Status stasiun ini sekarang
Jika kamu berkunjung ke stasiun ini, di depan kamu akan disambut tugu peringatan berbentuk roda dan sayap. Di tugu tersebut tertera tulisan “Di bumi inilah kita bermula”, sebuah pengingat atas di mana sejarah kereta api bermula.
Keunikan lain ada di belakang stasiun ini. Di sana terdapat rumah panggung yang terbuat dari kayu yang diperkirakan digunakan sebagai rumah kepala stasiun. Saat ini, St. Tanggung masih aktif. Difungsikan sebagai stasiun pemantau.
Meski demikian, tidak ada lagi kereta api yang berhenti di stasiun ini kecuali jika ada persilangan dan penyusulan antarkereta api. Stasiun ini masuk kategori stasiun bersejarah yang dilindungi oleh UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA KA Babaranjang: Sering Bikin Kesal Warga Lampung tapi Disayang PT KAI
Cek berita dan artikel lainnya di Google News