Sedekah dan mengikhlaskan
Pendiri Kopi Klotok, Sri Handayani atau yang lebih akrab disapa Yani, sempat mengungkapkan, ia memposisikan diri sedang bersedekah untuk kejadian-kejadian semacam. Ia percaya, pelanggan yang jujur akan lebih banyak daripada yang mangkir tidak membayar. Mungkin keikhlasan inilah yang menjadi salah satu kunci kesuksesan Kopi Klotok Jogja yang bisa mengantongi omzet hingga ratusan juta per bulan.
Menilik kembali ke belakang, Yani merintis usaha Kopi Klotok sejak 2015. Ide usaha ini muncul dari suaminya yang kerap mengeluh jarang menemukan warung makan rumahan dengan rasa yang benar-benar enak dan bersih. Berangkat dari keluhan-keluhan suami, Yani yang pada saat itu mendekati masa pensiun kemudian mendirikan rumah makan di tanah seluas 3.000 meter persegi. Rumah makan itu sebenarnya diniatkan hanya sebagai tabungan pensiun, tapi malah berkembang besar.
Yani mengonsep warungnya dengan nuansa rumah Jawa lawas. Bahkan, joglo yang berdiri sebagai bangunan utama warung didatangkan dari rumah neneknya yang berada di Magelang. Demi mempertahankan ciri khas lawas, Kopi Klotok mempertahankan cara memasak menggunakan tungku.
Kopi Klotok menawarkan menu rumahan yang khas seperti telur dadar, sayur loder, sayur asem, sayur tempe, sayur sop, pisang goreng, tempe garit, dan tidak lupa kopi hitam yang menjadi andalan. Harganya beragam dan ramah di kantong, dipatok Rp3.000-an hingga belasan ribu saja.
Ternyata konsep sederhana ini berhasil menarik ribuan orang datang ke Kopi Klotok setiap harinya. Termasuk orang-orang ternama yang sedang berkunjung ke Jogja, mulai dari artis, pengusaha, menteri, hingga Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi