Pusat ekonomi terpenting di masanya
Pada masa kolonial, Stasiun Kediri menjadi pusat ekonomi yang vital. Khususnya di wilayah Karesidenan Kediri yang terdiri dari beberapa kota dan kabupaten, yaitu Kabupaten Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, dan Trenggalek.
Menurut Gus Barok, saat itu Stasiun Kediri tak hanya berfungsi sebagai tempat keberangkatan dan kedatangan kereta api saja. Namun, lokasi ini sekaligus menjadi pusat perekonomian dan perkantoran. Beberapa perusahaan pengangkutan barang atau ekspedisi ada di sini.
Selain itu, pembangunan stasiun yang ditempatkan persis di pusat kota, menjadi sebuah barometer arah perkembangan Kota Kediri.
“Sebab, hal itu menjadi pertanda sedemikian pentingnya moda transportasi bagi masyarakat Kota Kediri sejak zaman dahulu,” katanya.
Kala itu, Stasiun Kediri memiliki enam jalur dengan satu jalur lurus yang menuju ke Stasiun Ngadiluwih di sebelah selatan, dan Stasiun Susuhan di sebelah utara.
Selain jalur aktif tersebut, pada 1897 dibangun lagi jalur kereta milik Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) yang bercabang dari jalur dua menuju Pesantren. Dari Stasiun Pesantren ini, jalur kereta api bercabang lagi menjadi dua.
“Yang satu satu menuju arah tenggara sampai ke Wates. Sedangkan yang satu lagi menuju ke timur laut maupun utara, menuju ke Gurah, Pelem, Pare, Pulorejo, dan Jombang. Kesemuanya itu merupakan jalur rel kereta api Jombang-Pulorejo-Pare-Pelem-Gurah-Pesantren-Kediri sepanjang 50 kilometer,” jelas Gus Barok.
“Jalur ini masih aktif hingga tahun 1972,” tandasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA PO Mahkota, Bus Asal Kediri yang Menawarkan Sensasi Nongkrong di Kafe Sepanjang Perjalanan
Cek berita dan artikel lainnya di Google News