MOJOK.CO – Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto pernah menjalani program KKN UGM di Kecamatan Butuh, Purworejo. Daerah tersebut terkenal dengan minuman Es Dawet Jembut.
Airlangga menyampaikan informasi tersebut dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Partai Golkar pada 2018. Lokasi KKN tersebut tepatnya berada di Desa Langenrejo, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Airlangga menjalani program KKN pada 1985 saat masih berstatus sebagai mahasiswa Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada.
“Selaku ketua umum, baru kali ini saya menghadiri rakorda. Datang ke Purworejo juga merupakan nostalgia buat saya karena dulu saya KKN di sini,” dilansir dari Detik.com.
Saat KKN dulu, ia mengaku suka mencari hajatan di kampung lantaran dapat makan gratis. Kebiasaan lainnya ialah ia dulu suka makan intip/kerak nasi bersama teman-teman KKNnya. Ia mengaku senang berada di desa kala bulan purnama tiba sebab suasananya tenang dan terang benderang.
Sekilas Kecamatan Butuh
Kecamatan Butuh terletak di barat Purworejo. Tepatnya 17 Km dari ibu kota kabupaten. Pusat pemerintahannya berada di Desa Dlangu. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kebumen. Wilayah ini dipimpin oleh Camat bernama Kusairi, AP, MM yang baru dilantik pada Februari tahun ini. Melansir data BPS 2019-2021, jumlah penduduk di wilayah ini berkisar 40 ribuan jiwa.
Kabupaten Purworejo sejatinya terkenal akan daerah penghasil durian. Kalian bisa dengan mudah menemukan durian enak di Kec. Kaligesing, Kec. Bruno, Kec. Bener, dan Kec. Loano. Namun, tidak demikian di Kec. Butuh. Wilayah ini bukanlah penghasil durian. Sebab secara geografis kecamatan ini terletak di dataran rendah. Tanahnya lebih cocok untuk ditanami tanaman pangan seperti padi, jagung, ubi, ketela, dan lain-lain.
Tradisi Kuda Jingkrak
Ketika menelusuri kata kunci Desa Langenrejo di YouTube, saya menemukan satu tradisi unik yang masih lestari di masyarakat Purworejo. Yakni budaya merayakan Maulid Nabi dengan menggelar pawai Kuda Jingkrak.
‘Kuda Jingkrak‘ merupakan perayaan untuk anak-anak yang berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an. Mereka yang khatam akan diarak beramai-ramai menggunakan kuda mengelilingi desa. Kuda yang dikendarai sesekali akan beratraksi dengan berjingkrak dan berjalan menggunakan dua kaki. Dari situlah muncul nama Kuda Jingkrak.
Iring-iringan tersebut semakin meriah dengan adanya tabuhan rebana yang bertalu-latu, lantunan selawat, serta umbul-umbul nama anak dan gagar mayang warna-warni.
Tradisi arak-arakan berkuda ini merupakan bentuk rasa syukur sekaligus apresiasi orang tua kepada anak. Harapan lain dari perayaan ini adalah agar anak-anak lain yang belum khatam termotivasi dan lebih semangat lagi dalam mengaji dan mengkhatamkan Al-Qur’an.
Baca halaman selanjutnya…