kebudyMOJOK.CO – Pasca-kecelakaan, kereta tuh dibawa ke mana sih? Ada nggak bengkelnya? Kalau ada di mana aja?
Dalam perkeretaapian Indonesia, ada yang namanya Balai Yasa. Tempat itu merupakan bengkel atau tempat perawatan besar kereta api. Kereta yang butuh pemeliharaan rutin, mogok, atau kecelakaan akan bermuara di tempat ini. Hal itu tertuang dalam UU No. 23 Tahun 2007 pasal 114 ayat (5).
PT KAI sendiri memiliki enam Balai Yasa. Di antaranya Balai Yasa Yogyakarta, Manggarai, Kiaracondong, Cirebon Prujakan, Tegal, dan Surabaya Gubeng. Dari keenam bengkel tersebut, Balai Yasa Yogyakarta merupakan yang terbesar. Yap, kita bahas dari yang terbesar dulu ya, Gaes!
Didirikan oleh kompeni diambil alih PT. KAI
Balai Yasa Yogyakarta didirikan oleh Nederland Indische Spoorweg Maatschapij (NIS) pada 1914. Awalnya bernama bernama Centraal Werkplaats yang dalam bahasa Indonesia berarti bengkel pusat. Sebagaimana bengkel, tugas utamanya melakukan pemeriksaan lokomotif, gerbong, dan kereta.
Pengelolaan tempat ini sempat diambil alih pemerintahan Jepang pada 1942. Namun, pada 28 September 1945, pemerintah Indonesia mengambil alih perkeretaapian, tempat ini turut serta berpindah kepemilikan. Tanggal pengambilalihan ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Kereta Api Indonesia.
Tempat ini dulu dinamakan oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI)–saat ini PT KAI–dengan Balai Karya. Namun, pada 6 Juni 1959, diubah menjadi Balai Yasa. Kedua nama tersebut sama-sama berarti bengkel.
Dikenal juga dengan Balai Yasa Pengok
Balai Yasa Yogyakarta punya sebutan lain yakni Balai Yasa Pengok. Penamaan ini diambil dari kampung di belakang bangunan ini berdiri. Tepatnya di Jalan Mutiara. Pengok diambil dari frasa Jawa mempeng bengok. Namun, ada versi lain yang menyebutkan bahwa pengok terinspirasi dari bunyi lokomotif uap, “Ngook! Ngook!”.
Tak jauh dari sana, ada kampung lain yang namanya erat dengan kereta, yakni Klitren. Istilah Klitren diambil dari bahasa Belanda “koelitrein” yang artinya porter kereta api.
Tugas pokok
Secara umum, tugas pokok Balai Yasa Yogyakarta ada tujuh. Berikut rinciannya.
- Merencanakan dan melaksanakan program pemeliharaan serta perbaikan lokomotif, baik Pemeliharaan Akhir (PA), Semi Pemeliharaan Akhir (SPA), perbaikan/rehabilitasi (PB/RH), maupun modifikasi (MOD).
- Menjamin kualitas hasil pemeliharaan dan perbaikan lokomotif.
- Melayani perbaikan kerusakan lokomotif dari Dipo dan mempertahankan yang siap beroperasi.
- Pemeliharaan fasilitas kerja.
- Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta melaporkan realisasi anggaran pemeliharaan dan perbaikan.
- Melaksanakan hasil rekayasa teknik lokomotif.
- Pendayagunaan SDM dan Umum.
Tidak semua pemeliharaan dilakukan di Balai Yasa. Untuk lokomotif Diesel Elektrik (DE) misalnya, ada perawatan secara berkala harian, 1 bulanan, 2, 3, 6, dan 1 tahunan. Perawatan tersebut dilakukan di dipo masing-masing.
Baru ketika lokomotif DE sudah menempuh jarak 325.000 km atau 2 tahun, ia akan dibawa ke Balai Yasa untuk dilakukan SPA. Begitu juga dengan lokomotif DE dengan sudah menempuh 650.000 km atau 4 tahun, akan diberlakukan PA.
Sedangkan untuk lokomotif Diesel Hidrolik (DH), pemeliharaan berkalanya mulai dari harian, 500 jam, 1000, 2000, 4000, dan 8000 jam. Lokomotif DH akan dibawa ke Balai Yasa jika sudah bekerja selama 12.000 jam dan akan dilakukan SPA. Sementara itu, untuk lokomotif yang sudah berdinas 24.000 jam, akan dilakukan PA.
Balai Yasa Yogyakarta terletak di jalan Kusbini Yogyakarta. Bangunannya masih otentik khas arsitektur Belanda. Bangunan itu berdiri di tanah seluas 128.800 m2 (12.88 Ha), dengan rincian luas bangunan 43.700 m2 (4.37 Ha).
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Napak Tilas Stasiun Ngabean yang Pernah Dilewati KA Jenazah Pakubuwono X
Cek berita dan artikel lainnya di Google News