150 relawan berkumpul di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM), Yogyakarta pada Sabtu (3/5/2025). Di sana, mereka mengikuti pelatihan pencegahan bullying untuk mendukung gerakan #1MYouthStopBullying.
Para mahasiswa mendominasi sesi edukasi tersebut. Bullying memang menjadi masalah serius, apalagi saat ini masih banyak kasus perundungan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana atau DP3AP2KB Kota Yogyakarta mencatat ada 22 orang anak menjadi korban kekerasan sekolah di tahun 2024.
CEO Ruber Innovation Lab, Agus Harianto berharap pelatihan ini dapat membantu menghidupkan gerakan #1MYouthsStopBullying di Yogyakarta.
“Saya salut dengan sesi di GIK UGM kali ini. Pesertanya sangat antusias dan siap menjadi fasilitator Buddy Pekerti®,” ujar Agus di GIK UGM, Yogyakarta pada Sabtu (3/5/2025).
Teknik coaching untuk mencegah bullying

Pada acara yang diselenggarakan di GIK UGM tersebut, Ruber Innovation Lab selaku penyelenggara acara juga mengajari mahasiswa soal teknik coaching. Penggagas Buddy Pekerti® dan gerakan #1MYouthsStopBullying, Rico Juni Artanto, berujar coaching tidak sama dengan telling.
Istilah ini biasanya sering disalahpahami seperti panggilan “coach” untuk pelatih olahraga. Padahal, mereka lebih cocok disebut guru atau mentor. Berbeda lagi dengan istilah konseling.
Setelah menjelaskan edukasi soal coaching, mahasiswa diminta melakukan role play dimana mereka harus mensimulasikan diri menjadi sosok fasilitator. Tugasnya membantu siswa-siswi di sekolah dalam mencegah tindakan bullying.
“Coaching asking to future. Tidak banyak memberikan saran seperti telling,” ujar Rico.
Ia juga mengajarkan peserta teknik coaching lewat metode bertanya sederhana. Peserta bisa memilih teknik SMART atau GROW. Teknik SMART memiliki daftar pertanyaan seperti apa yang sudah berjalan dengan baik? Apa yang bisa tingkatkan? Dan apa hal baru yang bisa dicoba?
“Teknik ini biasanya dipakai untuk orang-orang yang ada di dalam organisasi seperti ketua BEM. Nah, kalau untuk orang yang curhat, teknik GROW lebih populer atau sering digunakan,” jelas Rico.
GROW sendiri merupakan akronim dari Goals, Reality, Option, Will. Di mana, peserta bisa menanyakan apa yang sebenarnya diinginkan subjek atau harapannya di akhir sesi? Tanyakan juga kondisi realita dia saat ini guna menyadari titik awal di mana ia berada dan titik akhir perubahan atau perbaikan diri.
Lalu, apa saja potensi, sumberdaya, kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan solusi, serta seberapa komitmen dia dalam melaksanakan opsi-opsi solusi yang diciptakan untuk mengurai rencana aksi nyata.
Setelah mendapatkan edukasi coaching, peserta juga melakukan boardgame. Nai’im Mas’ud, salah satu peserta training mengaku tertarik dengan konsep tersebut sebab itu adalah pengalaman pertamanya. Pelatihan coaching pencegahan bullying, kata dia, amat powerfull.
“Sejujurnya saya belum pernah sosialisasi anti bullying dengan alat peraga seperti boardgame, apalagi dengan pendekatan coaching,” ujar mahasiswa UIN Yogyakarta tersebut di GIK UGM, Yogyakarta.
Relawan di GIK UGM akan Berkeliling ke Sekolah-sekolah
Setelah mendapatkan sesi training, peserta akan mengikuti program roadshow kolaborasi dengan sekolah-sekolah yang ada di Yogyakarta. Para peserta akan melakukan sosialisasi sekaligus praktik bermain Buddy Pekerti di lingkungan sekolah.
Program penguatan anti bullying ini diselenggarakan dalam waktu tiga bulan ke depan, yakni sejak Mei hingga Juli 2025. Dalam kurun waktu tersebut, peserta akan mendapatkan sesi mentoring oleh pakar. Baru kemudian mereka praktik langsung di lapangan dengan memberikan coaching ke sekolah-sekolah Yogyakarta.
“Kami senantiasa semangat untuk terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak salah satunya membuka akses relawan untuk bersama sama turun melakukan pencegahan perundungan. Saat ini kami lakukan training kepada 150 pemuda di Yogyakarta,” ungkap Rico Juni Artanto, selaku penggagas Buddy Pekerti® dan gerakan #1MYouthsStopBullying.
Ruber Innovation Lab adalah ruang aksesibel bagi generasi muda untuk memformulasikan inovasi di berbagai sektor dalam tujuan memberikan dampak yang luas terhadap permasalahan sosial di lingkungan masyarakat dengan berkelanjutan.
Fokus Ruber Innovation Lab adalah social product development, people development, open innovation & creative space, community engagament & collaboration, impact reporting. Ruber Innovation Lab melakukan pencegahan perundungan di lingkungan pendidikan di Indonesia dengan didukung oleh Paragon Corp, Pondok Inspirasi, dan GIK UGM.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: ‘UGM Diskriminatif, Tak Adil, dan Tak Transparan’: Cerita Dosen UGM yang Merasa Dihambat Jadi Guru Besar atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.