MOJOK.CO – Siapa yang bisa menerka politik zigzag Megawati? Memasukkan nama Ibu Risma ke dalam jajaran DPP PDIP mengandung banyak misteri.
Kongres ke-V PDIP di Bali sudah mengukuhkan nama-nama yang masuk ke dalam struktur pengurus untuk DPP periode 2019-2022. Ketua Umum yang baru saja dipilih secara aklamasi (mufakat, tanpa voting), Megawati Soekarnoputri sendiri yang mengumumkan nama-nama tersebut. Jumlah pengurus baru elite PDIP ini tetap berjumlah 27 orang.
Nama-nama lama masih ada di dalam kepengurusan DPP PDIP. Puan Maharani dan Prananda Prabowo, dua anak kandung Megawati, masih ada.
Puan Maharani memegang jabatan Ketua Bidang Politik dan Keamanan. Sementara itu, Prananda Prabowo masih tetap menjabat Ketua Bidang UMKM, Ekonomi Kreatif, dan Ekonomi Digital. Untuk pos Sekretaris Jenderal (Sekjen) masih diisi orang lama, yaitu Hasto Kristiyanto.
Kejutan terasa ketika nama Tri Rismaharini masih ke dalam jajaran kepengurusan DPP. Ibu Risma memegang jabatan Ketua Bidang Kebudayaan. Keputusan ini menjadi kejutan karena Ibu Risma sendiri mengaku tak tahu bakal ditunjuk masuk ke dalam jajaran DPP PDIP, sementara Megawati pun heran Ibu Risma mau menerima tugas tersebut.
Megawati mengaku baru menghubungi Ibu Risma pada Jumat (9/8. Ibu Risma bersedia, tetapi saat pelantikan tidak bisa hadir karena sedang menjalankan tugasnya sebagai Wali Kota Surabaya.
“Saya pikir ajaib juga, kok mau? Mohon maaf, karena (Risma) lagi bongkar-bongkar sekolah katanya,” ujar Megawati seperti dikutip oleh merdeka.com. Kata “ajaib” yang digunakan oleh Megawati ini mengandung banyak misteri.
Surokim Abdusalam, peneliti Surabaya Survey Center (SSC), menilai masuknya Ibu Risma dalam jajaran DPP PDI Perjuangan kian membuat Pilwali Surabaya 2020 semakin dinamis. “Bu Megawati memang selalu mengagetkan, zigzag dan sulit diterka. Dinamika di daerah dan pusat bisa berbeda-beda polanya.”
Masih menurut Surokim, Ibu Risma yang akan lebih sering ketemu dengan Megawati akan menguatkan posisi calon yang ingin diajukan sebagai calon wali kota Surabaya.
“Masing-masing faksi akan menguatkan posisinya. Selain faksi Risma yang menguat di DPP, maka saya pikir faksi Bambang DH (mantan Ketua Bappilu DPP PDI Perjuangan dan mantan Wali Kota Surabaya) akan bertumpu pada kekuatan DPC dan kekuatan ranting di Surabaya,” jelas Surokim.
Suko Widodo, pengamat Komunikasi Politik Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, memandang Masuknya Ibu Risma ke DPP PDIP karena kualitasnya ketika memimpin Surabaya. “Dari sisi expert punya keberhasilan dalam mengelola kebudayaan, khususnya arsitektur kota,” ujar Suko seperti dilansir oleh liputan6.com.
Ibu Risma sendiri punya hubungan yang dekat dengan Megawati. Ibu Risma bercerita bahwa dirinya banyak belajar dari putri Proklamator RI tersebut.
“Sering kali kalau saya tidak ngerti belajar ke Beliau, seperti tentang manajemen bencana. Sewaktu menjabat Wapres, Beliau diserahi Gus Dur menangani bencana. Beberapa sudah saya lakukan di sini semisal pemisahan antara bencana basah dan kering,” jelasnya.
Jadi, apakah penunjukkan Wali Kota Surabaya masuk ke DPP PDIP hanya akan berpengaruh di Pilwali 2020? Mungkinkah Megawati yang sulit ditebak itu tengah menyiapkan langkah “ajaib” selanjutnya? Misalnya, beliau sudah memandang jauh ke depan, ke Pilkada DKI 2022. Politik zigzag Megawati, siapa yang bisa menerka?
(yms)