MOJOK.CO – Polisi dan keluarga menyatakan Gilang meninggal karena kekerasan saat ikut diklat menwa UNS. Namun, kronologi yang disampaikan Rektorat UNS mengindikasikan Gilang meninggal karena sakit.
Perkembangan investigasi meninggalnya mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Gilang Endi Saputra, saat menjalani diklat resimen mahasiswa (menwa) UNS memantik kebingungan. Pasalnya, Polda Jawa Tengah dan Rektorat UNS menyampaikan dua penyebab kematian yang berbeda.
Menurut keterangan Polda Jawa Tengah, Gilang diduga meninggal akibat tindak kekerasan. Ini karena hasil autopsi menunjukkan ada penyumbatan di bagian otak korban. “Korban terkena beberapa pukulan di bagian kepala,” kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes M. Iqbal Alqudusy, Selasa (26/10), dikutip Tirto.id. Hingga kini, sebanyak 21 orang telah diperiksa polisi, terdiri dari mahasiswa, senior, dan pembina menwa.
Sementara itu, kronologi yang disampaikan Rektorat UNS mengindikasikan Gilang meninggal karena sakit. Kronologi ini disampaikan Kepala Divisi Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS Suranto, berdasarkan keterangan panitia diklat. Kampus menyatakan, saat kegiatan penyambutan di hari pertama diklat (23/10), Gilang sudah mengalami kram.
Keluhan sakit juga dikatakan Gilang ketika masuk hari kedua (24/10). Saat itu, para peserta sedang mengikuti kegiatan rappelling atau turun tebing di Jembatan Jurug. “Setelah kegiatan (rappelling) selesai, balik ke kampus, ketika balik ke kampus ini, yang bersangkutan memang mengeluh sakit punggung. Terus kemudian, pada jam 14.00, yang bersangkutan mendapatkan perawatan dengan dikompres di kepala,” ujar Suranto, dilansir Detik.com.
Masih di hari kedua, pada pukul 21.00, Gilang tak sadarkan diri. Panitia kemudian membawa Gilang ke rumah sakit, namun korban meninggal dalam perjalanan.
“Di sini tertulis 22.05 itu yang bersangkutan di dalam mobil, dalam perjalanan menuju RS. Pengakuan dari pihak panitia, kok sudah tidak bernapas. Sampai ke RS Moewardi, memang benar sudah dinyatakan meninggal dunia,” tambah Suratno.
Kronologi versi panitia/kampus ini dikuatkan Wakil Rektor UNS Ahmad Yunus yang sempat melayat ke rumah keluarga. Saat itu, ia sempat menyaksikan jenazah Gilang. “Sekilas, secara fisik saya tidak melihat apakah (mata korban) berdarah atau tidak. Secara fisik di dada sampai perut tidak ada tanda-tanda yang merah atau hitam atau robek. Itu tidak saya lihat,” ujar Ahmad, dikutip Detik.com.
Selain berbeda dengan pernyataan polisi, keterangan kampus juga beda dengan tuturan keluarga Gilang. Pihak keluarga sebelumnya membeberkan ada luka lebam dan darah di tubuh jenazah Gilang.
Sementara investigasi masih berjalan, mahasiswa UNS merespons kematian rekan mereka dengan berdemonstrasi di kampus. Selasa malam (26/10), ratusan mahasiswa UNS mengenakan pakaian serbahitam dan berkumpul di boulevard kampus. Mereka menggelar doa bersama sekaligus menyalakan 100 lilin untuk Gilang.
teruntuk menwa uns, kami tidak butuh kata maaf. pic.twitter.com/BFVIKOJh1w
— bii – (@obiputro) October 26, 2021
Dalam momen tersebut, para mahasiswa juga menyampaikan tiga tuntutan. Pertama, agar pihak UNS segera memberikan keterangan secara jelas mengenai penyebab meninggalnya Gilang Endi Saputra. Kedua, kampus harus bertanggung jawab penuh menyelesaikan kasus kematian janggal Gilang. Ketiga, pihak kampus harus transparan dalam menangani kasus ini.
BACA JUGA Mengapa Belakangan Banyak Berita Negatif tentang Polisi? dan kabar terbaru lainnya di KILAS.