MOJOK.CO – Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier melakukan rangkaian kegiatan ke DIY, Jumat (17/06/2022). Setelah mengunjungi Candi Borobudur, Steinmeier dan rombongan menyempatkan diri datang ke UGM.
Kunjungan ini dalam rangkaian kunjungan kenegaraan yang dilakukan Steinmeier sebagai peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Jerman. Di UGM, Presiden melihat pameran produk penelitian dan mengikuti diskusi bertajuk “Food Security, Global Challenges, and Dependencies”.
“Saya bukanlah seorang ahli, tetapi saya sangat tertarik dengan isu ini. Saya banyak bepergian, dan di negara-negara yang saya kunjungi saya melihat bagaimana kita berhadapan dengan krisis pangan,” paparnya
Menurut Stienmeier, Jerman menjadi salah satu pendukung utama Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP). Dukungan tersebut sudah selayaknya diberikan oleh masyarakat internasional. Karenanya Pemerintah Jerman memiliki kepedulian untuk membantu negara-negara dunia dalam menghadapi krisis pangan.
“Kita harus menganalisa apa akar dari permasalahan ini. Kami ingin mengetahui, dukungan seperti apa yang diharapkan dari kami,” tandasnya.
Menteri Negara bidang Eropa dan Iklim, Anna Lührmann menambahkan, negara-negara saat ini mulai menghadapi persoalan krisis pangan. Kondisi ini diperparah dengan adanya perang antara Rusia dengan Ukraina.
“Sejak sebelumnya kita telah menghadapi persoalan terkait pangan global, namun hal ini semakin diperparah dengan agresi Rusia di Ukraina serta masalah iklim,” ujarnya.
Sementara Rektor UGM, Ova Emilia mengungkapkan Jerman dan Indonesia merupakan dua sahabat baik. Bahkan Jerman sudah menjadi tempat pelatihan bagi banyak akademisi Indonesia, termasuk bagi banyak pengajar di UGM.
“Presiden ketiga Indonesia, Presiden Habibie, juga merupakan lulusan Jerman. Sementara itu UGM menjadi tempat belajar dari Presiden Indonesia saat ini, Presiden Joko Widodo. Ada kesamaan ini yang membuat ikatan kita lebih kuat,” paparnya.
Karenanya interaksi Indonesia dan Jerman, lanjut Ova sangat penting dilakukan dalam konteks geopolitik dan teknologi. Apalagi UGM menjadi salah satu perguruan tinggi Indonesia yang telah memiliki hubungan kerja sama yang intensif dengan institusi pendidikan di Jerman.
Salah satunya kerja sama antara UGM dengan RWTH Aachen dan DAAD yang telah berlangsung lama. Kerja sama diharapkan semakin diperkuat dengan mengintensifkan kolaborasi yang sudah ada.
“Kedepan diharapkan kita mengembangkan kerja sama di bidang lain yang strategis,” imbuhnya.