Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Menelusuri Sejarah Pasar Tanah Abang, Sejak Dulu Jadi Sumber Penghidupan Rakyat

Iradat Ungkai oleh Iradat Ungkai
10 Oktober 2023
A A
Pasar Tanah Abang Sejak Dahulu Jadi Sumber Penghidupan Rakyat, Wajar Banyak yang Protes Kala Sepi MOJOK.CO

Pasar Tanah Abang era 1900-an (wikipedia.org)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pasar Tanah Abang ramai menjadi perbincangan belakangan ini. Bermula dari para pedagang yang memprotes adanya TikTok Shop yang ditengarai menjadi penyebab sepinya pengunjung di pasar Tanah Abang.

Protes tersebut berujung pada penutupan fitur jualan online milik TikTok tersebut pada Rabu, (4/10). Belum sepekan penutupan tersebut berjalan, protes lain dari pedagang Tanah Abang viral. Kali ini meminta e-commerce turut ditutup.

Hal ini tentu saja menuai pro kontra dari berbagai kalangan. Sebab tak bisa dimungkiri kalau banyak orang membutuhkan e-commerce untuk berbelanja. Pemerintah sendiri belum merespon protes lanjutan tersebut.

Pasar yang berdiri sejak ratusan tahun lalu

Pasar Tanah Abang merupakan pasar legendaris di Jakarta. Pusat perbelanjaan rakyat ini berdiri pertama kali pada 30 Agusturs 1735 oleh Yustinus Vinck. Pendirian pasar ini melalui izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patras.

Pemberian izin kala itu ialah untuk berjualan tekstil serta barang kelontong lainnya. Dahulu, pasar ini hanya buka pada hari Sabtu sehingga sempat populer dengan sebutan Pasar Sabtu. Kehadiran pasar ini diharapkan mampu menyaingi Pasar Senen (Welter Vreden) yang sudah terlebih dahulu maju.

Sebagian orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan De Nabang lantaran di sekitar pasar terdapat banyak pohon Nabang atau Palem. Inilah awal mula mengapa pasar ini bernama Pasar Tanah Abang

Pasar Tanah Abang sempat porak-poranda di tahun 1740 melalui Peristiwa Geger Pecinan. Kala itu, terjadi pembantaian etnis Tionghoa oleh pasukan VOC lantaran perilaku agresif kepada pos jaga VOC kala itu. Rumah dan harta benda kaum Tionghoa rusak, Pasar Tanah Abang pun porak-poranda dan terbakar.

Pada tahun 1881, Pasar Tanah Abang kembali berdiri dan bertambah waktu buka pada hari Rabu. Bangunan pasar yang semula amat sederhana, terbuat dari bambu, papan, dan beratap rumbia menjadi berpondasi keras.

Pasar Tanah Abang terus berkembang seiring waktu. Sejumlah perbaikan terjadi. Pada 1926, pemerintah Batavia membongkar pasar ini dan menggantinya dengan bangunan baru yang permanen. Perubahan tersebut terdiri dari tiga los lorong panjang dari tembok dan papan, beratap genteng, terdapat kantor pasar berbentuk mirip kendang burung di atas bangunan.

Di depan pasar terdapat pelataran parkir tempat kuda-kuda penarik delman dan gerobak beristirahat. Di sana, tersedia kobokan air yang cukup besar dan di seberang jalan ada toko khusus yang menjual dedak untuk makanan kuda. Beberapa puluh meter dari toko tersebut ada sebuah gang yang populer dengan nama Gang Madat, tempat lokalisasi para pemadat.

Pada zaman pendudukan Jepang, pasar ini hampir tidak berfungsi. Kala itu pasar ini menjadi tempat para gelandangan tinggal.

Peralihan Pasar Tanah Abang dari tradisional pasar modern

Pada 1973, kembali terjadi peremajaan Pasar Tanah Abang. Gubernur Ali Sadikin melakukan renovasi besar-besaran. Bangunan lama berganti dengan 4 bangunan, yakni Blok A hingga D. Tiap blok bangunan terdiri dari tiga lantai, kecuali Blok D yang hanya dua lantai.

Melansir Kompas, renovasi tersebut menghabiskan dana sebesar Rp4,9 miliar. Pasar yang memiliki luas bangunan sekitar 11.154 meter persegi dan luas pelataran 7.600 meter persegi tersebut mulai aktif kembali pada 21 Agustus 1975.

Sejak saat itu, Pasar Tanah Abang terus berkembang dan ramai pengunjung. Perkembangan pasar semakin nyata setelah Stasiun Tanah Abang berdiri. Pasar ini kemudian berkembang menjadi tujuh blok. Kendati kerap terlalap si jago merah, pasar ini masih tetap kokoh berdiri dan jadi andalan para pedagang untuk mencari penghidupan.

Iklan

Begitulah sejarah Pasar Tanah Abang. Sejak dulu pasar ini sudah jadi sumber penghidupan rakyat, wajar kiranya jika banyak pedagang protes kala pasar ini sepi pengunjung.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Menelisik Sejarah Pasar Beringharjo yang Sudah Jadi Tempat Transaksi Sejak Masih Berupa Hutan Belantara
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 10 Oktober 2023 oleh

Tags: e-commercePasar Tanah AbangTanah Abangtiktok shop
Iradat Ungkai

Iradat Ungkai

Kadang penulis, kadang sutradara, kadang aktor.

Artikel Terkait

Tanah Abang & Kampung Boncos, Borok Masa Lalu Jakarta MOJOK.CO
Esai

Tanah Abang dan Kampung Boncos, Sisi Gelap Jakarta yang Dijejali Kejahatan: Dari Premanisme Sampai Surga untuk Narkoba

21 September 2025
Stasiun Gambir Jakarta.MOJOK.CO
Ragam

Pahit Kerja di Tanah Abang: 5 Tahun Tak Bisa Mudik, “Terjebak” dalam Sepinya Lebaran Jakarta

25 Maret 2025
Ninja Xpress Bantu UKM Tumbuh dengan Affiliate Marketing MOJOK.CO
Ragam

UKM Daerah Makin Profit karena Pakai Affiliate Marketing Bareng Ninja Xpress, Awalnya Bisnis Kecil-kecilan Kini Makin Banyak Cuan

27 Juni 2024
Pesangon Besar Tokopedia Bikin Pekerja Lain Ingin di-PHK Juga! MOJOK.CO
Esai

Balada PHK 450 Pekerja Tokopedia: Fenomena Pekerja Lain Ingin di-PHK dan Berharap Dapat Pesangon Besar

16 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.