MOJOK.CO – Kawanan monyet ekor panjang menyerang objek wisata Mangunan. Mereka mencari makan dengan mengambil dagangan dan pohon buah milik warga.
Kawasan objek wisata Mangunan, di Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, mendapat serangan dari kawanan monyet ekor panjang selama sepekan ini. Monyet-monyet ini disebut menjarah dagangan warga yang berada di Kebun Buah Mangunan, Pinus Sari, dan Puncak Seribu Batu.
Pengelola objek wisata sudah mencoba mengatasi serangan primata bernama latin Macaca fascicularis ini. Namun, ketika satu kawanan diusir, datang lagi kawanan lain yang lebih banyak.
Ketua Koperasi Notowono (pengelola objek wisata di Dlingo), Purwoharsono, menjelaskan bahwa kawanan monyet ini datang untuk mencari makan. Sebetulnya, sasaran utama kawanan monyet adalah tanaman di lahan pertanian seperti jagung, dan kacang tanah. Namun, ketika petani tidak lagi menanami lahan mereka, monyet-monyet ini mulai menyerang tanaman buah-buahan di pekarangan penduduk dan dagangan warga.
“Monyet-monyet ini cukup pintar. Mereka biasanya menunggu pedagang lengah, dan diam-diam mencuri dagangan mereka. Bahkan saya pernah melihat sendiri, monyet ekor panjang ini bisa membuka tutup botol air mineral,” ujarnya, seperti dikutip dari IDNtimes.com.
Kendati tidak menganggu wisatawan di Mangunan, Ipung mengaku bahwa warga tetap merugi akibat kejadian ini. Maka, pihaknya juga tengah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengatasinya. Ia sudah melaporkan kejadian itu ke BKSDA DIY agar mendapatkan solusinya. Karena jika dibiarkan maka koloni kera ekor panjang ini akan semakin banyak dan merugikan petani.
Sementara itu, komunitas pecinta dan konservasi binatang yang berbasis di DIY, Animal Friends Jogja (AFJ) meminta pihak yang menangani kawanan monyet ekor panjang untuk berhati-hati. Hal ini karena monyet ekor panjang merupakan spesies dengan kategori terancam punah (endangered), sehingga harus tetap dilindungi. Jika salah ambil langkah, dikhawairkan malah bakal mengancam keberadaan spesies ini.
Status terancam punah ini diperoleh setelah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) merilis laporan pada 7 Maret 2022 lalu, yang menyatakan monyet ekor panjang mengalami penurunan populasi. Sebelumnya, status spesies ini adalah rentan (vulnerable).
Ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan status tersebut, antara lain karena eskploitasi, perburuan liar, perdagangan, eksperimen atau penelitian, dijadikan hewan peliharaan, diperlakukan sangat kejam dan dijadikan konten sosial media, hiburan obyek wisata, atraksi topeng monyet, hingga dikonsumsi manusia.
“Ada juga faktor pemusnahan karena dianggap sebagai hama, sehingga spesies ini [monyet ekor panjang] harus disingkirkan,” jelas keterangan yang diberikan AFJ kepada Mojok, Rabu (5/10/2022).
Lebih jauh, menurut AFJ, monyet ekor panjang sebenarnya merupakan spesies primata yang paling tereksploitasi dan marak diperdagangkan. Di Indonesia saja, lebih dari 4.700 monyet dijual di Facebook pada tahun 2020 dan 2021. Monyet-monyet tersebut merupakan hasil tangkapan liar.
“Ancaman ini belum termasuk penurunan populasi di alam akibat kerusakan habitat. Jika terus dibiarkan, bukan tidak mungkin Macaca Fascicularis atau monyet ekor panjang akan punah,” tegas AFJ mengingatkan.
Kasus serangan monyet ekor panjang ke kawasan objek wisata sebetulnya bukan hal baru. Kejadian serupa pernah terjadi di objek wisata Nglanggeran yang berlokasi di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, tahun 2019 lalu.
Saat itu, kawanan monyet menjarah warung-warung warga. Penyebabnya pun sama, yakni karena persediaan makanan mereka yang berada di atas Gunung Api Purba Nglanggeran mulai habis akibat musim kemarau.
Penulis: Ahmad Effendy
Editor: Purnawan Setyo Adi