MOJOK.CO – Tidak banyak yang tahu jika Kedaton Ambarrukmo atau Pesanggrahan Ambarrukmo yang diapit dua bangunan megah oleh Ambarrukmo Plaza dan Royal Ambarrukmo awalnya adalah sebuah kebun di dalam hutan. Punya peran penting dalam sejarah DIY.
Dari sebuah kebun di era Sultan HB II, ternyata bangunan ini telah menjadi saksi sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. Khususnya Sultan HB VII dan berbagai peristiwa revolusi kemerdekaan.
Seperti apa sejarah pembantunan tempat ini?
Dari kebun menjadi Kedaton Ambarrukmo
Sejarawan UGM Sri Margana dalam bukunya, Sultan Hamengkubuwono VII dan Kedaton Ambarrukmo (2016), menyebut bahwa kompleks Kedaton Ambarrukmo dulunya adalah kebun yang masuk ke dalam kawasan hutan kerajaan bernama Jenu.
Pada era Sultan HB II (1792-1812), kebun ini berfungsi sebagai tempat istirahat, menyambut tamu, hingga tempat perundingan.
Pada 1809, misalnya, kebun ini menjadi lokasi perundingan antara Sultan HB II dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels. Saat perundingan, bangunan ini masih berupa pendopo kecil.
Mengingat pendopo ini terlalu kecil untuk menyambut tamu, barulah pada 1857 Sultan HB VI melakukan renovasi besar-besaran. Pendopo kecil itu ia pugar dan memperluasnya. Kemudian membikin empat tiang utama (saka), 22 tiang pendukung, serta atap berbentuk Joglo Sinom yang menghadap ke selatan. Namanya pun berubah menjadi “Pesanggrahan Harja Purna”.
Seiring waktu berlalu, pesanggrahan ini kembali mengalami renovasi dan perubahan nama. Pada masa Sultan HB VII, bangunan pendopo mengalami perluasan.
Nama kompleks bangunannya pun ia ubah menjadi “Kedaton Ambarrukmo” pada 1898. Konon, perubahan nama ini berkaitan dengan langkah Sultan yang berencana menjadikan tempat tersebut sebagai tempat kediaman.
Benar saja, ketika Sultan HB VII melepas takhta pada tahun 1920, kedaton ini menjadi tempat tinggalnya bersama sang permaisuri, Ratu Kencono. Di tempat ini pula, Sultan Jogja ke-8 ini meninggal dunia pada tahun 1921.
Baca halaman selanjutnya..
Berubah fungsi saat masa revolusi, salah satunya jadi kantor bupati
Berubah fungsi saat masa revolusi, salah satunya jadi kantor bupati
Pada masa pemerintahan Sultan HB IX, Kedaton Ambarrukmo mengalami perubahan fungsi. Terutama pada masa revolusi (1945-1949), saat ibu kota negara berpindah ke Jogja, kedaton ini sempat menjadi perumahan sementara bagi pegawai Kantor Pos. Kemudian, setelah revolusi berakhir, tempat ini berubah lagi menjadi tempat pendidikan Kepolisian Republik Indonesia pada kurun 1949 hingga 1950.
Bahkan, berdasarkan catatan sejarah, ada lima Bupati Sleman yang pernah berkantor di Kedaton ini pada hingga tahun 1964. Antara lain KRT Pringgodiningrat, KRT Dipodiningrat, KRT Prawirodiningrat, Buchori S. Pranotohadi, dan KRT Murdodiningrat.
Memasuki 1960-an fungsi kedaton berubah lagi seiring dengan visi pembangunan proyek-proyek strategis pemerintah pusat di masa itu. Pada 1960, dibangunlah hotel yang kita kenal sekarang sebagai Royal Ambarrukmo.
Sementara Kedaton Ambarrukmo sendiri tak mengalami banyak perubahan sejak saat itu. Fungsinya pun berubah, dari tempat tinggal Sultan, kini bisa siapa pun bisa berkunjung asal meminta izin terlebih dulu. Paling anyar, kedaton ini dijadikan venue pernikahan antara putra Presiden RI, Kaesang Pangarep, dengan Erina Gudono.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Sejarah Situs Warungboto, Pesanggrahan dan Taman Air Keluarga Keraton Jogja di Masa Lalu
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News