MOJOK.CO – Pertahanan Sipil atau hansip sudah resmi dihapus pada 1 September 2014 lalu. Namun, nyatanya bapak-bapak berseragam hijau lumut ini selalu muncul di hari pemungutan suara pemilu. Lantas, seperti apa sejarah panjang terbentuknya hansip ini?
Ide soal pertahanan sipil, sebenarnya sudah muncul sejak zaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pada 1939, Hindia Belanda membentuk Lucht Bescherming Dients (LBD) atau Perlindungan Pemecah Udara untuk menghalau serangan udara musuh, terutama ancaman tentara di pulau Jawa.
Tugas utama LBD saat itu adalah terkait pemberitahuan tanda bahaya, penerangan terhadap penduduk, perlindungan, penyamaran, dan lainnya. Bahkan, sebelum jadi tentara, Jenderal Sudirman tercatat sebagai seorang guru merangkap anggota LBD di Cilacap.
Lantas, setelah Belanda menyerah tanpa syarat, Jepang kemudian membubarkan LBD. Jepang kemudian membentuk organisasi serupa yang arahnya untuk pertahanan dan pengerahan rakyat total.
Mereka bahkan terorganisir hingga lingkungan masyarakat terkecil dalam bentuk Gumi atau yang hari ini punya sebutan dengan RT.
Jadi tukang gebuk PKI
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah menetapkan Keputusan Wakil Menteri Pertama Urusan Pertahanan/Keamanan Nomor MI/A/72/62 tentang Peraturan Pertahanan Sipil pada 19 April Tahun 1962.
Lebih jauh, memasuki era Orde Baru, hansip Suharto pakai untuk “mengukuhkan” hegemoninya. Misalnya, seperti yang Gerry van Klinken catat dalam penelitiannya berjudul “The Making of Middle Indonesia: Kelas Menengah di Kota Kupang 1930an-1980an” (2015), menyebut bahwa ketika peristiwa 1965 para hansip turut andil dalam aksi penumpasan orang-orang komunis.
Sepanjang 1965-1966, hansip dikirim ke Nusa Tenggara Timur untuk melakukan aksi jagal di sana.
Umumnya, mereka dapat perintah langsung buat menangkap para warga yang jadi anggota Barisan Tani Indonesia (BTI) yang jadi onderbouw PKI. Selanjutnya, mereka membunuh anggota BTI itu.
Secara politik, hansip juga berjasa besar bagi Suharto. Van Klinken menyebut, menjelang Pemilu 1971, misalnya, para gubernur menggunakan Hansip untuk melatih semua pegawai negeri dan untuk menggiring pemilih untuk memberi suara kepada Golongan Karya (Golkar).
Disuntik mati SBY, hansip masih wara-wiri saat pemilu
Pada 2002, hansip kemudian berubah nama menjadi Linmas (Perlindungan Masyarakat). Namun, perubahan itu hanya pada label namanya saja, sebab landasan hukum tentang tugas pokok, fungsi dan perannya, masih tetap sama.
Perlu kita ketahui bahwa sejak 2014 lalu “pasukan berseragam hijau lumut ini” telah disuntik mati oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Presiden SBY membubarkan hansip atau Linmas melalui Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2014 pada 3 September 2014.
Kendati demikian, di beberapa daerah hingga saat ini masih ada saja orang-orang yang wira-wiri mengenakan seragam hansip. Dalam film-film atau sinetron berlatar desa/kampung, peran hansip juga masih memunculkannya sebagai satuan keamanan lingkungan.
Bahkan, tiap kali pemilu, saat hari pemungutan suara kita masih kerap menjumpai hansip-hansip ini di TPS-TPS.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Ketika Polisi dan Tentara Bikin Takut, Hanya Kepada Hansip Kita Bisa Bercanda
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News