MOJOK.CO – Siapa sangka, terdapat jejak Freemason di Jalan Magelang, Yogyakarta. Pada ruas jalan sepanjang 25 kilometer yang membentang dari Yogyakarta – Sleman – Tempel – Magelang ini, ada satu titik di mana nama tokoh tarekat mason eksis. Di mana ‘tuh?
Sejak lama, organisasi mason bebas alias Freemason itu misterius, tertutup, ketat dalam menerima anggota, dan yang jelas penuh konspirasi. Namun, perlu ditegaskan lagi bahwa mereka bukanlah sekte keagamaan dan tidak berdasarkan pada teologi apapun, apalagi sesat.
Menurut sejarawan Theo Stevens dalam bukunya, Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda 1764-1962 (2004), freemason merupakan organisasi internasional yang awalnya merupakan serikat pekerja. Tujuan utamanya pun adalah membangun persaudaraan dan pengertian bersama akan kebebasan berpikir dengan standar moral yang tinggi.
Bahkan, jika mengulik lagi, kata “free” dalam bahasa Inggris berarti bebas; dan “mason” bermakna “pekerja” atau “tukang”. Dengan demikian, ia bisa diartikan sebagai “tukang yang bebas atau pembangun kebebasan”.
Kata Stevens, Freemason sudah eksis di Hindia Belanda sejak 1762. Dalam perkembangannya pun, banyak tokoh nasional Indonesia yang tercatat bergabung bersama tarekat tersebut.
Di Yogyakarta, jejaknya ada di Gedung DPRD DIY, yang dahulu merupakan loji alis tempat kopdar para anggotanya. Bahkan, jika menelusuri lebih lanjut, jejaknya juga masih tersisa di Jalan Magelang-Yogyakarta.
Jejak Freemason di gedung-gedung pemerintahan Jalan Magelang
Warisan Freemason ini dalam bentuk nama jalan, yakni Jalan Radjiman. Yang merupan penggal ruas Jalan Magelang. Sebagai informasi, Jalan Radjiman (yang merujuk pada sosok founding fathers Radjiman Wedyodiningrat) diresmikan pada 1984 lalu oleh Bupati Sleman HS Prodjosujoto.
Penggal ruas jalan Dr Radjiman sepanjang 1,5 kilometer itu, ujung utaranya ada di daerah Wadas, bersua dengan Jalan Magelang dalam dua percabangan. Ujung selatannya ada di bilangan Paten dan Pangukan, tepatnya pada sebuah persimpangan sekaligus titik pertemuan dengan Jalan KRT Pringgodiningrat yang membujur dari timur, serta dengan Jalan Purboyo yang lanjut mengarah ke selatan.
Buat yang belum tahu, tokoh yang pernah menjadi Ketua Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) tersebut merupakan salah satu anggota Freemason dari kalangan bumiputera.
Radjiman mulai menggemari teosofi
Sebagai seorang dokter lulusan STOVIA yang banyak mengenyam pendidikan di Eropa, cara berpikir Radjiman Wedyodiningrat ini selevel lebih open minded daripada priayi lain.
Ia memang seorang Jawa, tapi dalam banyak artikel yang ia tulis di surat kabar Timboel, ia banyak mengutip pemikiran Syekh Siti Jenar, Sidharta Gautama, Yesus Kristus, Hendrik Kraemer, hingga Sigmund Freud. Minatnya akan filsafat memang sudah muncul sejak muda.
Menurut Soebaryo Mangunwidodo dalam bukunya, DR. K.R.T Radjiman Wediodiningrat: Perjalanan Seorang Putra Bangsa 1879-1952 (1994), Radjiman pertama kali mengenal teosofi saat bertugas di Rumah Sakit Semarang.
Saat bertugas di sana, ia berkenalan dengan seorang guru bernama R. Prawirahardja yang mengenalkannya pada ajaran teosofi. Keduanya sering terlibat diskusi mengenai teosofi dan filsafat.
Bahkan, Radjiman yang sudah “cocok” dengan teosofi mulai mengembangkan ajaran itu ketika bertugas sebagai dokter di Sragen, Jawa Tengah. Pasien-pasien yang berobat kepadanya mendapat “pengajian tambahan”.
Para pasiennya itu, kemudian ia ajak gabung ke teosofi Freemason yang ia dirikan bernama “Wedha Sanjaya”. Tiap Rabu Wage, Radjiman bersama teosof priayi lain rajin mengadakan pertemuan di rumahnya.
Gabung tarekat mason
Selain di Indonesia, jejak Freemason Radjiman terlihat dengan menjalin hubungan dengan para teosof dunia, seperti Annie Besant, Charles Webster Leadbeater, dan Jiddu Krisnamurti. Pertemuannya dengan Annie Besant terjadi saat ia menghadiri ceramah Krisnamurti di Belanda.
Bahkan, Norman Mackenzie dalam Secret Societies (1971) menyebut pada 1913, Radjiman resmi diangkat menjadi anggota Freemason. Berarti, ini setahun sebelum dia menjadi Ketua Boedi Oetomo (1914).
Selain Radjiman, saat itu juga banyak dari para elite Jawa dan anggota Boedi Oetomo yang masuk dalam organisasi ini. Termasuk Pangeran Ario Notodirodjo dan Raden Adipati Tirto Koesoemo.
Radjiman tercatat juga menjadi Ketua Neutrale Onderwijs Vereeniging (Perhimpunan Pendidikan Sekular), sebuah organisasi pendidikan milik Freemason.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Melacak Jejak Freemasonry di Jogja, Markas Besarnya di Gedung DPRD DIY
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini.