Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas Memori

Bandung dan Tasikmalaya Pernah Jadi Bagian dari Jogja

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
4 September 2023
A A
bandung dan tasikmalaya pernah masuk wilayah jogja mojok.co

Ilustrasi Kota Bandung (Photo by Hani Fildzah on Unsplash)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Beberapa kota di Jawa Barat, termasuk di antaranya Bandung dan Tasikmalaya, pernah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Jogja. Hal ini terkait dengan hegemoni Kerajaan Mataram Islam di bumi Priangan tersebut.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa penguasa ketiga Mataram, Sultan Agung Hanyakrakusuma, punya ambisi untuk menyatukan pulau Jawa dalam satu kekuasaan.

Sayangnya, pada saat bersamaan ada kekuatan besar bernama VOC. Kongsi dagang Belanda itu berkuasa di Jayakarta (Batavia). Sultan Agung pun melihatnya sebagai penghalang upaya penyatuan.

Akhirnya, agar dapat mengusir VOC dari Batavia, Sultan Agung bersiasat untuk menguasai Tanah Sunda terlebih dahulu. Rencananya, Tanah Sunda akan ia pakai sebagai “benteng” sekaligus “jalan masuk” menuju Batavia. Selanjutnya, barulah ia lakukan serangan.

Sayang, sejarah mencatat bahwa sergapan Sultan Agung ke Batavia ternyata gagal. Ia tak pernah merebut kuasa atas Batavia dari VOC. Namun, sejarah juga menulis, bahwa—meski gagal merebut Batavia—Sultan Agung berhasil menguasai Tanah Sunda dan meninggalkan pengaruhnya.

Priangan jadi ‘benteng’ 

Tanah Sunda sendiri, kala itu sudah jatuh ke beberapa monarki Islam, seperti Kerjaan Banten, Kesultanan Cirebon, hingga Sumedang Larang. Yang disebut terakhir ini merupakan kerajaan yang kekuasaannya meliputi wilayah Priangan.

Jika kita petakan, wilayah Priangan ini meliputi Bandung, Sukapura (Tasikmalaya), dan Parakanmuncang (Kabupaten Bandung, Jatinagor, Sumedang, dan Nagreg). Wilayah Priangan inilah yang berhasil Mataram kuasai dan oleh Sultan Agung kemudian jadi “benteng pertama” Mataram untuk membendung VOC.

Seperti yang Muhamad Alnoza tulis dalam penelitian berjudul “Piyagem Sukapura (1641): Geopolitik Mataram Islam di Priangan” yang diterbitkan BRIN, pada 1614 VOC mengirim utusan ke Mataram. Utusan ini bermaksud untuk menegosiasikan batas kekuasaan Mataram dan VOC, mengingat terjadi eskalasi ketegangan akhir-akhir ini.

Dengan tegas, Sultan Agung pun mengklaim wilayah Priangan sebagai bagian dari wilayah kekuasaan Mataram. Penetapan Priangan sebagai wilayah kekuasaan Mataram tertulis dalam Piyagem Sukapura yang berbentuk prasasti logam.

Klaim itu kemudian diikuti dengan seba (pernyataan kesetiaan) raja Sumedang Larang, Raden Suriadiwangsa, kepada Sultan Agung pada 1620. Suriadiwangsa sendiri kemudian turun pangkatnya dari raja menjadi bupati wedana (koordinator para bupati) bergelar Rangga Gempol Kusumahdinata.

Jejak Mataram di Tanah Sunda

Sejak munculnya piyagem tersebut, wilayah Priangan yang meliputi Bandung, Tasikmalaya, dan Parakamuncang tunduk pada kekuasaan Mataram.

Selain menjadi penanda klaim Sultan Agung atas Tanah Sunda, piyegem tersebut juga menceritakan banyak hal. Seperti Alnoza tulis, melalui Piyagem Sukapura, kepada rakyat Sunda “Sultan Agung mencitrakan dirinya sebagai penguasa yang adil”.

Misalnya, ia pernah memberikan hadiah kepada tiga bupati di Priangan. Hadiah ini diberikan sebagai ganjaran karena masyarakat Sunda telah berbakti kepada Sultan.

Meski hanya berlangsung dari abad ke-17 hingga awal abad ke-18, nyatanya kontrol Mataram di Tanah Sunda cukup memberi warisan yang awet. Salah satu peninggalan yang bisa dilacak hingga hari ini adalah munculnya elite-elite baru bernama “menak”.

Iklan

Menak sendiri merupakan istilah yang mengacu kepada kelas sosial atau golongan bangsawan dalam kebudayaan Sunda. Bermodalkan “klaim turunan”, para menak Priangan itu tetap mempertahankan tradisi kuasa Mataram di Priangan yang berlangsung sampai pengujung masa Kolonial Hindia-Belanda.

Beberapa tokoh menak yang terkanal antara lain pahlawan nasional Otto Iskandardinata, Dewi Sartika, hingga Djoeanda Kartawidjaja. Bahkan, Wakil Presiden RI ke-4 Umar Wirahadikusumah dan eks Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja juga seorang menak.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Mengenal Tugu Jogja, Monumen Bersejarah Simbol Persatuan Raja dan Rakyatnya
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 4 September 2023 oleh

Tags: BandungMataram Islamsultan agungtasikmalayaYogyakarta
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Starcross Membuktikan bahwa Nilai Kreativitas dan Komunitas Lebih Kuat dari Tren yang Datang dan Pergi
Video

Starcross Membuktikan bahwa Nilai Kreativitas dan Komunitas Lebih Kuat dari Tren yang Datang dan Pergi

8 November 2025
Indomaret Pasteur, Saksi Penderitaan Orang Kecil di Bandung MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Penderitaan dan Perjuangan Orang Kecil di Bandung dari Bawah Neon Putih-Biru-Merah Indomaret Pasteur

31 Oktober 2025
Kenangan mahasiswa di Jogja dengan pensiun dokter. MOJOK.CO
Sosok

Kebaikan Seorang Pensiunan Dokter yang Dikenang Mahasiswa Jogja, Berikan Tempat Inap Gratis hingga Dianggap Seperti Keluarga

25 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.