MOJOK.CO – Memasuki pertengahan tahun 2022, kasus Covid-19 kembali meningkat. Tak hanya di Indonesia, merebaknya kembali virus Covid-19 ini juga terjadi di beberapa negara lain.
Kementerian Kesehatan RI melalui Sekretaris Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Siti Nadia Tarmidzi, mengatakan peningkatan kasus ini merupakan suatu hal yang wajar. Ini terjadi dalam kurun waktu 3-4 minggu setelah mobilisasi besar.
Pengamatan selama 27 hari menunjukkan tren peningkatan Covid-19 yang cukup rendah, yakni 1,4-1,5 persen. Selain itu, peningkatan tersebut juga tidak menimbulkan klaster baru.
“Jadi melihat angka tersebut ditambah nilai bahwa peningkatan kasus tadi itu adalah suatu hal yang wajar dan ini tentunya masih dalam jumlah yang rendah dan tidak mengganggu terhadap upaya untuk menuju kita ke arah endemi,” ujar Nadia dalam kegiatan daring “Tangkal Virus yang Bermutasi dengan Vaksin Booster” yang diadakan pada Senin (13/6/2022).
Nadia juga menjelaskan jika laju peningkatan Covid-19 masih kurang dari 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penularan Covid-19 masih dalam kondisi yang dapat dikendalikan.
Sejauh ini, tercatat DKI Jakarta menyumbang kasus Covid-19 terbanyak dengan 2.063 pasien. Disusul oleh Jawa Barat di urutan kedua dengan 797 pasien dan Banten di urutan ketiga dengan 340 pasien.
Selain peningkatan kasus, penularan Virus Covid-19 di Indonesia kali ini juga diprediksi berasal dari kasus impor dari pelaku perjalanan luar negeri. Varian tersebut meliputi Covid-19 BA.4 dan BA.5. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin.
“Sudah ada 8 kasus di Indonesia, 3 di antaranya imported case. Kedatangan luar negeri dari Mauritus, Amerika Serikat, dan Brasil yang datang pada saat acara Global Platform for Disaster Risk Reduction (23-28 Mei 2022) di Bali,” kata Budi dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (13/6) dilansir dari Antara.
Dari delapan kasus tersebut, tujuh pasien dinyatakan sudah menerima vaksin dosis ketiga atau booster. Ketujuh pasien ini merasakan gejala ringan. Sedangkan satu orang yang belum mendapatkan vaksin dilaporkan bergejala sedang.
Budi mengungkapkan bahwa pemerintah mendorong masyarakat agar melakukan vaksinasi lengkap. Selain itu, protokol kesehatan juga masih perlu diterapkan. Meskipun demikian, tidak ada kekhawatiran yang berarti pada kenaikan kasus Covid-19 kali ini.
Virus Covid-19 varian BA.4 dan BA.5 sendiri diperkirakan tidak lebih berbahaya dari varian delta maupun omicron. Tingkat kematian, tingkat hospitalisasi, maupun tingkat penyebaran juga tidak seekstrem varian pendahulunya.
“Kami juga amati khususnya di Afrika Selatan, di mana varian BA.4 dan BA.5 ini pertama kali teridentifikasi, dan hasil pengamatan kami puncak dari penularan BA.4 dan BA.5 ini sekitar sepertiga dari puncak Delta dan Omicron. Kasus hospitalisasinya juga sepertiga dari kasus Delta dan Omicron, sedangkan kasus kematiannya sepersepuluh dari Delta dan Omicron,” kata Budi.
Penulis: Shinta Sigit Agustiani
Editor: Purnawan Setyo Adi