Acara Ijtima ulama yang digelar oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatma Ulama (GNPF) beberapa waktu yang lewat melahirkan rekomendasi 3 nama capres dan cawapres dalam Pilpres 2019, yakni Prabowo Subianto, Habib Salim Segaf Al-Jufri, dan Ust. Abdul Somad Batubara.
Banyak yang menyambut baik dengan hasil rekomendasi ini, namun tak sedikit pihak yang tak sepakat.
Mantan kuasa hukum Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Shihab, Kapitra Ampera menjadi salah satu pihak yang tak sepakat dengan hasil rekomendasi Ijtima Ulama tersebut.
Ia tak setuju karena hasil rekomendasi tersebut tidak memasukkan nama Habib Rizieq Shihab sebagai capres atau cawapres.
“Saya inginkan HRS (Habib Rizieq Shihab) jadi capres. HRS banyak yang mencalonkan. Saya kecewa karena sosok parpol yang dicalonkan,” kata Kapitra Ampera. “Partai oposisi katanya ikhlas dan mendukung Islam bukan menunggangi, itu kita sambut baik. Kita minta bukti lepaskan ego dan dukung ulama jadi capres. Ini seolah-olah aksi bela Islam mendukung parpol menjadi capres. Saya menduga hanya dimanfaatkan.”
Kapitra pun meminta hasil rekomendasi Ijtima Ulama dibatalkan. Menurut Kapitra, gerakan Aksi 212 sudah mengangkat Rizieq sebagai imam besar, maka sudah sepantasnya jika Habib Rizieq direkomendasikan sebagai kepala negara.
“Kita minta membatalkan rekomendasi itu kepada GNPF. Kita sudah mengangkat HRS imam besar dan dia harus jadi kepala negara,” ujar Kaputra.
Kapitra tak main-main atas pernyataannya ini. Ia bahkan berencana akan membuat Ijtima tandingan untuk merekomendasikan Habib Rizieq sebagai presiden.
Tidak sepakatnya Kapitra Ampera terhadap rekomendasi Ijtima Ulama karena lebih mendorong nama Habib Rizieq sebagai calon presiden ini menjadi sebuah fenomena yang tentu saja sangat menarik.
Kapitra boleh jadi adalah satu-satunya kader PDIP yang menginginkan Habib Rizieq menjadi presiden.
Ya sudah, Mas Kapitra, besok bikin saja Ijtima Ulama Perjuangan. Rekomendasi capresnya Habib Rizieq, trus rekomendasi cawapresnya Jokowi.
Mantap betul. (A/M)