MOJOK.CO – Banyak orang terlanjur mengenal kawasan Pasar Kembang atau Sarkem sebagai tempat prostitusi. Padahal Sarkem lebih dari itu. Di sana ada kampung turis pertama di Jogja yang jadi penyelamat backpacker.
Tidak sedikit kenalan saya dari luar kota yang menanyakan letak Sarkem ketika berkunjung ke Jogja. Mereka sekadar penasaran dengan tempat prostitusi yang berdekatan dengan pusat wisata Malioboro itu. Apalagi, tempat prostitusi di Sarkem punya sejarah panjang karena sudah ada sejak zaman Belanda.
Padahal kalau mau menilik lebih jauh, Pasar Kembang atau Sarkem sebenarnya sebuah kawasan yang terletak di selatan Stasiun Tugu Yogyakarta. Di kawasan itu terdapat dua kampung yakni Sosrowijayan Wetan dan Sosrowijayan Kulon. Tempat prostitusi sebenarnya berada di Sosrowijayan Kulon. Sementara Sosrowijayan Wetan lebih dikenal sebagai kampung turis atau kampung internasional.
Sedikit gambaran, apabila kalian memasuki kawasan Sarkem dari Jalan Pasar Kembang, gang 1 dan gang 2 yang terlihat dari jalan termasuk Kampung Sosrowijayan Wetan. Sementara gang 3 termasuk Sosrowijayan Kulon. Hanya di gang ini prostitusi ditemukan.
Ketika menelusuri gang-gang di Sosrowijayan Wetan, kalian akan melihat deretan hotel dengan berbagai fasilitas dan konsep. Harganya pun relatif terjangkau. Saking banyaknya pilihan hotel yang tersedia, gang-gang di kampung ini disebut juga dengan gang 1000 penginapan.
Cikal bakal Sosrowijayan Wetan jadi kampung turis
Jasa penginapan yang tumbuh subur di area ini tidak terlepas dari banyaknya turis asing yang mampir. Mojok pernah menelusuri cikal bakalnya. Itu bermula di era 1970-an. Turis asing yang kebanyakan backpacker kerap mengetuk pintu rumah warga demi mendapatkan tumpangan. Mereka yang mengetuk pintu biasanya karena kehabisan penginapan.
Kalau melihat posisinya, Sosrowijayan Wetan memang strategis. Berdekatan dengan Stasiun Tugu di sisi utara dan Malioboro di sisi timur. Barangkali hal ini yang mendorong para turis asing banyak mencari tumpangan di kampung ini.
Kejadian seperti itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Warga kemudian mempersiapkan rumahnya untuk kehadiran para turis asing. Pola seperti itu terus berkembang hingga akhirnya menjamur jasa penginapan di gang-gang Sosrowijayan Wetan. Uniknya, di zaman dahulu, turis yang mampir tidak sekadar menginap. Mereka juga bisa menyaksikan dan berbaur dengan kehidupan masyarakat setempat.
Kejayaan Sosrowijayan Wetan mencapai puncaknya pada 1980-an hingga 1990-an. Di era itu turis asing sangat mudah ditemui di kampung ini, membaur dengan penduduk lokal. Terutama saat liburan musim panas di bulan Juli hingga Agustus. Saking ramainya turis asing, Sosrowijayan Wetan mendapat julukan sebagai Kampung Internasional.
Sebenarnya, ada dua kampung turis di Jogja yang ternama. Selain Sosrowijayan, ada Kampung Prawirotaman yang terletak di sisi selatan pusat Kota Jogja. Saat ini Prawirotaman tengah menggeliat, sehingga lebih terkenal sebagai kampung turis.
Padahal, kalau mau menilik kembali ke belakang, Kampung Sosrowijayan terlebih dahulu hadir sebagai kampung turis di Jogja. Prawirotaman berangkat dari kawasan produsen batik yang kemudian menjelma menjadi daerah wisata. Perubahan itu terjadi sebagai siasat Prawirotaman dalam menghadapi bisnis batik yang kian merosot.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA 5 Fakta Tentang Sarkem Jogja yang Tidak Banyak Orang Tahu
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News