MOJOK.CO – Mbah Sihono, kusir andong di Malioboro tampak bahagia. Laki-laki 67 tahun yang sudah menjadi kusir sejak 1978 ini bisa membuang jas hujan tipis seharga Rp5.000 yang biasanya digunakannya untuk menutupi kudanya si Tentrem bila hujan tiba meski sebenarnya tak banyak bermanfaat.
Dia dan 200 kusir andong lain mendapatkan bantuan mantel atau jas hujan baru dari komunitas pecinta hewan Animal Friends Jogja (AFJ). Berkat warganet yang gerak cepat atau gercep menyebarkan videonya di sosial media (medsos) saat melihat kuda andong Malioboro yang tertunduk lesu saat hujan deras mengguyurnya hingga basah kuyup beberapa waktu lalu. Video yang kemudian viral tersebut membuat warganet menggalang donasi bersama AFJ untuk membelikan jas hujan yang layak bagi kuda andong Malioboro.
Kini, Mbah Sihono tak perlu khawatir Tentrem masuk angin. Dengan jasa hujan berukuran 2x 1,7 meter dari bahan parasit atau terpal yang anti air, jas hujan tersebut bisa menutup hampir seluruh badan kuda betina berusia 5 tahun tersebut.
Warga Wirokerten, Banguntapan tersebut mengakui tak bisa memberikan jas hujan yang layak pada Tentrem meski selalu menemaninya bekerja dari siang hingga sore hari. Penghasilan yang tak menentu akibat sepinya wisatawan selama pandemi membuatnya memilih membeli kebutuhan yang lebih mendesak bagi keluarganya.
Setiap hari jika sedang ramai memang dia bisa mengantar dua sampai tiga kali wisatawan mengeliling Malioboro dengan harga Rp100 ribu sekali antar. Namun, sejak pembatasan mobilitas masyarakat dibatasi akibat pandemi Covid-19, dalam beberapa hari, bisa saja dia tak mendapatkan penumpang.
“Kadangkala ya blas ora narik (tidak menarik penumpang sama sekali-red). Tergantung nasib,” ujarnya.
Untuk itulah bukan karena alasan mengabaikan kesehatan Tentrem sehingga dia tak memberikan jasa hujan yang layak. Namun, memang tak memiliki uang untuk membeli jas hujan yang layak. Apalagi setiap hari dia memastikan Tentrem mandi agar selalu segar dan memberikan makan tiga kali sehari dengan dedak dan kulit gandum.
Bila sedang masuk angin setelah kehujanan, Tentrem pun dimandikannya dengan air dan daun serai. Mantri kuda juga sering memeriksa kesehatan Tentrem dan kuda-kuda lainnya setiap dua bulan sekali.
Di momen libur panjang Lebaran ini, Mbah Sihono berharap sektor pariwisata bisa kembali ramai. Sehingga dia dan kusir andong lainnya bisa kembali mendapatkan penghasilan dari menarik andong bersama kuda-kuda mereka.
“Lebaran ini semoga kami ndak lagi mati alus karena banyak penumpamg,” ujarnya.
Hal senada disampaikan kusir andong lainnya, Suparman. Laki-laki 52 yang sudah menjadi kusir sejak 1990 ini mengaku selama ini dia hanya menggunakan jas hujan tipis untuk menutup badan kuda saat hujan turun. Namun jas hujan tersebut hanya mampu menutup punggung kuda, tak lebih.
“Ya harusnya jas hujan untuk kuda sekitar 1,5 meter, tapi mau gimana lagi kalau punyanya jas hujan plastik yang tipis, ini juga saya ikat dengan tali. Pas tau ada yang ramai di internet (medsos-red), saya juga ikut sedih,” paparnya.
Suparman mengakui, dia sejak 2014 ditemani Marmoyo, kuda miliknya berumur 13 tahun. Meski tak memiliki jas hujan yang layak, selama ini dia merawat kudanya dengan memberi makan tiga kali sehari. Juga memandikannya setiap hari agar tidak bau.
“Kalau kuda biasa masuk angin, tapi dengan adanya jasa hujan yang besar bisa mengurangi kemungkinan masuk angin,” jelasnya.
Setiap hari dia membawa kuda pulang pergi dari rumahnya di Godean ke Malioboro. Bila ramai wisatawan, dia bisa mengantar wisatawan empat sampai lima kali. Untuk satu kali sewa dari Malioboro ke Alun-alun dia mematok harga Rp 100 ribu.
Tapi kini, dalam sehari bisa saja dia tak bisa menarik penumpang. Karenanya dia berharap tak hanya perhatian dari warganet yang membantunya mendapatkan bantuan jasa hujan, perhatian pemerintah setempat untuk memperhatikan nasib para kusir andong juga perlu diperhatikan. Apalagi andong menjadi salah satu daya tarik wisata di kawasan Malioboro.
“Lebaran ini semoga banyak wisatawan yang mau naik andong,” ujarnya.
Donasi dari Warganet
Salah seorang founder AFJ, Kiswandari Ratna Setiawati di sela pemberian jasa hujan menjelaskan, setelah video kuda andong kehujann di sosmed, AFJ mendapatkan banyak aduan dari para warganet. Mereka bahkan ikut memberikan donasi untuk pembelian jas hujan bagi kuda-kuda andong di Malioboro.
Karenanya AFJ berkoordinasi dengan paguyuban kusir andong di Malioboro untuk menyediakan jasa hujan yang layak. Sebab mereka tidak mengetahui ukuran dan jenis mantol yang pas untuk kuda.
“Banyak netizen yang DM (direct message-ed) terus kami menindaklanjuti dengan paguyuban andong untuk membicarakan masalah jas hujan bagi kuda mereka. Dari diskusi dan ujicoba, akhirnya kami membuat jas hujan berbahan parasit atau terpal yang anti air berukuran 2 x 1,7 meter,” jelasnya.
Ratna menambahkan, pada awalnya mereka hanya akan membuat sekitar 100 jasa hujan. Namun dalam perkembangannya sebanyai 283 mantol bisa dibuat. Mantol-mantol tersebut kemudian dibagikan tidak hanya bagi kusir andong di Malioboro namun juga di Pasar Beringharjo.
“Banyak netizen yang bantu karena mereka semangat banget untuk bantu supaya kuda andong lebih kondisinya,” ungkapnya.
Beberapa tahun lalu, lanjut Ratna AFJ sering mendapatkan laporan kuda yang jatuh karena kondisi jalan yang licin saat Jalan Malioboro diperbaiki. Namun, saat ini kasus tersebut sudah tak lagi ditemui. Hanya saja, AFJ mendapatkan dua kali aduan kuda yang kehujanan dengan jas hujan yang tak layak.
Dengan bantuan jasa hujan tersebut diharapkan Ratna membuat kondisi kesehatan kuda jadi lebih terjamin. Hal ini penting karena apabila kuda dibiarkan kehujanan maka bisa masuk angin dan kembung.
“Kalau kembung bisa menyebabkan kolik atau gangguan pencernaan. Kalau sampai kena kolik bisa berbahaya sekali untuk kuda,” paparnya.
Ratna berharap selam libur panjang Lebaran ini, para wisatawan memiliki kesadaran untuk menggunakan transportasi andong dengan bijak. Mereka bisa menyewa jasa andong tanpa harus berlebihan untuk menjaga kesehatan kuda.
“Satu andong ya maksimal empat orang, jangan berlebihan. Kalau sampai berlebihan maka beban kuda untuk menarik andong jadi berat yang bisa membuat kakinya lecet atau keseleo,” imbuhnya.
Penulis: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Menelusuri Sejarah Seturan Yogya: Kuda Sembrani di Makam Mbah Setur dan kabar terbaru lainnya di KILAS.