Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Jalur Kereta Api ke Borobudur, Wacana Sejak Zaman Belanda yang Tidak Kunjung Terwujud

Kenia Intan oleh Kenia Intan
20 September 2023
A A
Kereta Api Borobudur, Wacana Sejak Zaman Belanda MOJKOK.CO

Kereta Api Borobudur, Wacana Sejak Zaman Belanda (kebudayaan.kemdikbud.go.id/)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Wacana membangun jalur kereta api ke Borobudur sebenarnya sudah lama ada. Jalur kereta api yang melewati kompleks Candi Borobudur bahkan sudah terpikirkan sejak masa kolonial Belanda. 

Belum lama ini Dinas Perhubungan DIY mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (Raperda RTRW). Pasal 16 Ayat 2 Raperda RTRW berbunyi, reaktivasi jalur kereta api Jogja-Magelang-Secang-Ambarawa. Termasuk dalam reaktivasi jalur tersebut adalah jalur kereta api menuju Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur dan sekitarnya.

Sebenarnya reaktivasi jalur KA ke Borobudur dan sekitarnya bukanlah hal baru. Sebelumnya, raktivasi itu pernah diajukan. Bahkan, pihak pusat sempat menanggapi dengan melakukan kajian terhadap jalur KA Jogja-Magelang yang sudah tidak aktif sejak 1978. Namun, kajian yang berlangsung sebelum pandemi itu mandek alias belum ada kelanjutan dan kejelasan.

Padahal dari kajian awal itu sempat memuncul dua alternatif rute menuju Borobudur. Pertama,  jalur KA yang melewati Stasiun Patukan, Kulonprogo. Kedua, jalur KA yang melewati Stasiun Sentolo, Sleman.

Sebenarnya, jalur KA yang melintasi Stasiun Patukan menuju Magelang pernah ada sebelumnya Hanya saja, jalur itu sudah tertutup bangunan tempat tinggal warga. Tantangan lain, topografi kawasan Borobudur yang terapit oleh empat gunung menyulitkan dalam membangun jalur baru.

Tantangan-tantangan ini yang menjadikan jalur KA direncanakan melayang atau elevated. Entah mengikuti jalur yang sudah ada sebelumnya atau membuat jalur yang benar-benar baru. Terlepas dari itu semua, pembangunan jalur KA ini menjadi tanggung jawab pusat karena jalur akan melintasi dua provinsi.

Naik kereta api ke Borobudur, wacana sejak zaman Belanda

Sebenarnya jalur kereta api yang melintasi kawasan Borobudur sudah pernah terpikirkan di zaman penjajahan Belanda. Mengutip Susur Rel Kompas 2015, Belanda sempat berencana menghubungkan jalur kereta api  Muntilan dan Stasiun Purworejo. Apabila ditarik garis lurus, jalur kereta api memang berpotensi melintasi kawasan Borobudur.

Kalau pada waktu itu pembangunan jalur terealisasi, bukan tidak mungkin Borobudur kini bisa diakses dengan kereta api dari berbagai daerah. Sayangnya, rencana itu tidak pernah terjadi. Belanda menunda rencananya karena krisis ekonomi global di akhir 1929.

Tantangan membangun jalur kereta api melewati Borobudur sebenarnya lebih dari itu. Pada zaman kolonial, ada beberapa perusahaan yang membangun dan memiliki  jalu-jalur kereta. Perbedaan kepemilikan menimbulkan perbedaan kepentingan. Kondisi ini membuat jalur kereta api pada saat itu tidak terintegrasi. Belum lagi, ukuran rel yang terpasang pun juga berbeda-beda tergantung perusahaan yang membangunnya.

Begitu pula dengan jalur kereta di Purworejo dan Muntilan. Keduanya di bawah perusahaan swasta yang berbeda. Jalur KA Muntilan dimiliki oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Sementara  jalur KA Kutoarjo-Purworejo dibangun perusahaan Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS).

Mewujudkan impian naik kereta api ke Borobudur semakin mustahil setelah Hindia-Belanda jatuh ke tangan Jepang pada 1942. Di masa itu perkeretaapian Indonesia mengalami kemunduran drastis. Jepang melepas rel-rel di berbagai jalur untuk dikirimkan ke Myanmar dan Thailand demi kepentingan ekspansi.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Stasiun Kutoarjo Lebih Tua daripada Stasiun Purworejo, Ini Alasan di Baliknya
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 20 September 2023 oleh

Tags: borobudurjalur kereta api
Kenia Intan

Kenia Intan

Content Writer Mojok.co

Artikel Terkait

Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO
Hiburan

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO
Hiburan

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Kehidupan penuh ketidakpastian di balik hiruk-pikik wisatawan di kawasan Candi Borobubdur, Magelang MOJOK.CO
Catatan

Di Balik Hiruk-Pikuk Wisata Candi Borobudur Magelang: Wisatawan Bersenang-senang, Warga Setempat Hidup dalam “Kepiluan”

27 Agustus 2025
Festival Dolanan di Borobudur: Komitman Pemprov Jateng libatkan anak dalam pembangunan MOJOK.CO
Kilas

Komitmen Pemorov Jateng: Suara Anak-anak Jadi Pertimbangan Kebijakan untuk Pembangunan Ramah Anak

13 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.