MOJOK.CO – Setelah COVID-19, Indonesia kini dibayang-bayangi virus baru. Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru saja merilis adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat munculnya suspect kasus Hepatitis misterius akut.
Kasus ini berawal dari sejumlah negara di Eropa seperti Inggris pada 5 April 2022 lalu. Kemudian menyebar hingga ke Belgia, Spanyol maupun Amerika Serikat. Di Asia, kasus pertama muncul di Jepang dan akhirnya masuk ke Indonesia.
Dari kasus suspect Hepatitis misterius akut yang muncul, kebanyakan pasien merupakan anak di bawah umur 16 tahun. Di Jakarta, tiga anak menjadi korban jiwa. Ketiga pasien yang dirawat di RSCM tersebut belum diketahui terpapar Hepatitis akut atau bukan. Saat ini Kementerian Kesehatan tengah melakukan investigasi lebih lanjut.
Sementara itu, di Jawa Timur, sebanyak 114 kasus suspect Hepatitis akut juga muncul. Pasien dari 18 kabupaten/kota di Jawa Timur tersebut mengalami gejala jaundice atau kuning akut.
Menanggapi munculnya fenomena Hepatitis misterius akut ini, epidemiolog UGM, Riris Andono Ahmad pun memberikan komentarnya. Riris menyampaikan, meski banyak ditemukan suspect kasus Hepatitis akut di banyak negara, namun hingga saat ini belum diketahui penyebabnya. Bahkan WHO masih belum bisa mendefinisikan kasus yang terkonfirmasi.
“Karena belum jelas penyebabnya, transmisinya juga masih harus dicari lagi,” ujarnya, Jumat (6/5/2022).
Lebih jauh lagi, menurut Dony, sapaan Riris Andono Ahmad, munculnya kasus suspect di sejumlah daerah di Indonesia belum bisa disebut Hepatitis misterius akut karena belum jelas penyebab dan transmisinya. Melihat gejala yang muncul, pasien-pasien tersebut bisa saja terpapar virus Hepatitis jenis lain seperti A, B, C, D maupun E.
Sebab penularan virus Hepatitis terjadi dalam dua cara. Penularan bisa terjadi melalui makanan yang mengakibatkan paparan Hepatitis A. Sedangkan penularan kedua melalui kontak langsung atau kontak seksual. Kontak ini memungkinkan munculnya Hepatitis B dan C.
“WHO sampai saat ini masih mencari tahu penyebabnya untuk hepatitis yang akut dan misterius ini transmisinya melalui apa,” ungkapnya.
Apalagi dari kasus suspect yang muncul kebanyakan merupakan anak-anak di bawah umur16 tahun. Bisa jadi pasien tersebut terpapar virus Hepatitis A karena higinitas atau sanitasi anak-anak lebih buruk dari orang dewasa. Selain itu anak-anak bisa saja belum memiliki imunitas terhadap virus Hepatitis A.
Sementara untuk kasus suspect pasien dewasa, bisa saja diakibatkan kontak seksual yang mengakibatkan terpaparnya Hepatitis B atau C. “Kalau kita belum punya data yang kuat tentang transmisi dan penyebabnya maka yang bisa disampaikan ya kewaspadaan umum saja,” ujarnya.
Karenanya masyarakat diminta untuk tidak panik dengan munculnya suspect kasus Hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Sebab selama ini sudah banyak ditemukan kasus-kasus Hepatitis di Indonesia, mulai dari infeksi virus Hepatitis A hingga E.
Namun kewaspadaan masyarakat sangat diperlukan untuk memahami peradangan organ hati akibat virus Hepatitis. Sebab WHO menyebutkan, adenovirus atau kelompok besar virus yang menginfeksi hewan dan manusia menjadi salah satu penyebabnya.
Apalagi saat ini pergerakan masyarakat sangat tinggi selama libur Lebaran. Kebijakan pemerintah untuk melonggarkan mobilitas masyarakat membuat justru akan meningkatkan kasus Hepatitis A yang menyebar lewat makanan.
“WHO menghubungkan dengan adenovirus yang bukan virus hepatitis A, B, C, D maupun E tapi tidak semua kasus (suspect hepatitis akut) juga ditemukan adenovirus. Jadi adenovirus adalah satu kemungkinan, tapi belum terkonfirmasi, karena baru ada definisi kasus suspect kekuningan dan probable,” jelasnya.
Dony menambahkan, bila belajar dari pandemi COVID-19, ketaatan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) menjadi salah satu upaya mengantisipasi penularan virus Hepatitis. Sebab infeksi virus apapun muncul ketika imunitas seseorang tidak ada.
Laiknya COVID-19 yang menyerang bila tidak ada imunitas, virus Hepatitis yang diakibatkan infeksi pun juga menyerang dengan cara yang sama. Kecuali Hepatitis atau radang hati yang diakibatkan karena keracunan. Misalnya saja keracunan alkohol yang kronis.
“Menurut saya pada saat ini lebih baik tidak memberikan ketakutan di masyarakat dengan mengatakan yang berlebihan (tentang hepatitis akut). Bahwa memang suspect kasus ditemukan, memang iya, tetapi perlu diselediki lebih lanjut penyebabnya, kemudian masyarakat saya rasa bila lebih berhati-hati dengan tindakan pencegahan umum seperti makan makanan yang seimbang, cuci tangan, kalau ada kerabat yang hepatitis ya tidak kontak erat,” tandasnya.
Selain prokes, meski virus Hepatitis misterius akut belum ada vaksin, upaya pencegahan virus hepatitis jenis lain bisa terus dilakukan Untuk anak-anak, vaksinasi Hepatitis A bisa ditingkatkan melalui program pemerintah. Begitu pula vaksinasi Hepatitis B dan C bagi orang dewasa.
“Komunikasi risiko (hepatitis misterius) perlu di-upgrade pemerintah terus menerus proses penyelidikannya, tindakan pengendaliannya dan lainnya. Sehingga ketika ditemukan penyebabnya bisa dikomunikasikan langkah-langkah pencegahannya,” paparnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi