Gedung BNI 46 dan Sejarah yang Tersembunyi di Titik Nol Jogja

Gedung BNI 46 dan Sejarah yang Tersembunyi di Titik Nol Jogja MOJOK.CO

Gedung BNI 46 tempo dulu (kebudayaan.jogjakota.go.id)

MOJOK.COGedung BNI 46 Jogja termasuk bangunan yang kerap saya kunjungi semasa kuliah. Khususnya di momen akhir bulan di mana saldo rekening saya sekarat alias kurang dari 50 ribu. 

Kendati lokasinya lumayan jauh dari kos saya dulu di Kasihan, Bantul, tetap saya sambangi karena kepepet. Sebab, di ATM gedung ini, kita bisa menarik uang pecahan 20 ribu.  Lumayan untuk menyambung hidup sampai uang kiriman berikutnya datang.

Sebagai informasi, Gedung BNI 46 berada tak jauh dari titik nol Jogja. Letaknya bersebelahan dengan Kantor Pos Besar dan Gedung Agung. Gedung tua di jantung kota ini bukan sembarang bangunan. Ia tergolong bangunan cagar budaya. Sejak era pemerintahan Hindia Belanda bangunan ini telah bercokol di Jogja.

Gedung BNI 46 Jogja dulunya kantor perusahaan asuransi terbesar Hindia Belanda

Bangunan ini mulanya merupakan kantor Nederlandsch-Indische Levensverzekeringen en Lijfrente Maatschappij (NILLMIJ), perusahaan asuransi jiwa yang berdiri pada 31 Desember 1859.

Nillmij didirikan oleh C.F.W. Wiggers van Kerchem, seorang financier pertama di Hindia Belanda yang kelak menjadi Presiden Direktur De Javasche Bank  periode 1863-1868.

Gedung BNI 46 mulai dibangun pada 1921 dan rampung pada 1922. Arsiteknya bernama Ir. Frans Johan Laurens Ghijsels, seorang Belanda kelahiran Tulungagung.

Gedung ini berdesain bangunan Art Deco. Konstruksi pilar-pilarnya menjulang tinggi, begitu pula dengan pintu dan jendelanya yang tinggi dan berukuran lebar. Dinding bangunan berhias roster yang berfungsi sebagai sirkulasi udara dan pencahayaan sekaligus hiasan cantik arsitektural.

Megahnya arsitektur gedung ini tak bisa lepas dari sepak terjang Nillmij. Nillmij merupakan satu-satunya perusahaan asuransi jiwa di Hindia Belanda, pemonopoli industri asuransi kala itu. Para pegawai pemerintahan dan militer dahulu memercayakan tabungan dan pensiunannya pada Nilmij.

Selain kantor Nilmij, bangunan ini juga berfungsi sebagai kantor Nederlandsch Handel Maatschappij (NHM), Escompto Maatschappij, dan kantor makelar Buyn & Co.

Tempat RRI membakar semangat para pejuang

Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini diambil alih tentara Dai Nippon untuk digunakan sebagai kantor radio Jepang bernama Hoso Kyoku. Kemudian setelah Jepang kalah dari Sekutu, gedung ini berfungsi sebagai studio siaran radio Mataramsche Vereeniging voor Radio Omroep (MAVRO). Mavro merupakan perintis Radio Republik Indonesia (RRI) Nusantara II Jogja.

Setelah RRI lahir pada 11 September 1945, gedung Nillmij menjadi tempat RRI siaran. RRI memegang peranan penting dalam perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan pascaproklamasi.

Kala itu RRI Jogja populer juga dengan sebutan radio perjuangan lantaran gencar melakukan siaran untuk menggelorakan semangat pejuang untuk melawan Sekutu. Gelombang suara RRI Jogja kala itu terdengar sampai di Magelang, Ambarawa, hingga Semarang.

Pada 25 dan 27 November 1945, Royal Air Force Inggris melakukan serangan udara ke Jogja. Tujuan sebenarnya ialah untuk membungkam siaran RRI. Namun serangan tersebut salah sasaran, malah mengenai gedung Balai Mataram (Societeit Vereeniging) yang terletak di sebelah utaranya.

Pada 5 Juli 1946, Bank Negara Indonesia terbentuk di Jogja atas Prakarsa dari Margono Djojohadikusumo. Pembentukan bank ini bertujuan untuk melancarkan ekonomi dan keuangan masyarakat Jogja. Gedung RRI kemudian bergantifungsi menjadi gedung BNI 46 Jogja.

Bangunan ini kemudian ditetapkan sebagai cagar budaya melalui SK Menteri PM.07/PW.007/MKP/2010. Dasar penetapan tersebut bertolak pada begitu banyaknya perjalanan sejarah yang menyangkut bangunan ini.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Benteng Keraton Yogyakarta dari Masa ke Masa, Tetap Kokoh Berdiri Meski Diserang Bertubi-tubi
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version