Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas Ekonomi

Pakar UGM Mempertanyakan Garis Kemiskinan di DIY

Kenia Intan oleh Kenia Intan
1 Februari 2023
A A
kemiskinan di diy mojok.co

Ilustrasi Kota Jogja (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Beberapa waktu lalu Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengumumkan angka kemiskinan di DIY mencapai 11,49 persen. Angka ini menjadikan DIY sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa.

Data ini sontak mengundang beragam respon. Pakar Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fisipol UGM, Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi mengatakan, banyak hal bisa dipertanyakan terkait data kemiskinan itu. Angka kemiskinan DIY memang tertinggi di pulau Jawa, akan tetapi indikator-indikator lain justru menunjukkan hasil yang berkebalikan.

Sebut saja angka kebahagiaan di DIY yang mencapai 71,75 persen. Tertinggi setelah Jawa Timur. Ini menandakan masyarakat memiliki kepuasaan hidup, perasaan, dan makna yang cukup baik selama tinggal di Yogyakarta.

Indikator lain yang justru menunjukkan tren positif adalah angka harapan hidup di DIY menjadi yang tertinggi yakni rata-rata 75 tahun.

Indikator-indikator yang tidak selaras dengan tingginya angka kemiskinan di Yogyakarta itu menunjukkan adanya persoalan terkait garis kemiskinan, patokan yang selama ini digunakan untuk menggolongkan penduduk miskin dan tidak miskin.

Mempertanyakan garis kemiskinan

Penduduk miskin didefinisikan sebagai mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan ini berperan krusial karena bisa menggolongkan masyarakat ke dalam penduduk miskin ataupun tidak miskin. Oleh karenanya, diperlukan dukungan data pengeluaran dengan validitas tinggi.

Angka pengeluaran setiap keluarga memang menjadi tolak ukur internasional untuk menentukan angka kemiskinan. Namun, menurutnya hal ini perlu dilihat lebih cermati kembali. Pengukuran ini tidak memperhatikan sistem kesejahteraan komitas sehingga nilai-nilai yang mendasi sistem kehidupan sosoial yang diatur dengan ketentuan informal.

Ini mengapa, walau angka kemiskinan DIY tinggi tetapi tingkat kebahagiannya dan indikator-indkator lainnya juga masih baik. Di wilayah-wilayah yang memiliki sifat komunitas yang masih kuat, kebahagiaan tidak hanya diukur dari pengeluaran, tetapi juga dari nilai-nilai sosial lainnya.

“Yogyakarta masih bersifat guyub, menolong sesama dan sebagainya. Itulah dukungan sosial di tengah masyarakat yang bisa mempengaruhi,” jelas dia dalam diskusi Pemikiran Guru Besar UGM: Solusi Atasi Kemiskinan DIY yang digelar secara daring, Selasa (31/1/2023).

Kesenjangan yang tinggi

Kalau ada yang perlu disoroti dari ramainya isu kemiskinan di Yogyakarta, tidak lain adalah kesenjangannya yang sangat besar. Asal tahu saja, di DIY garis kemiskinan ditetapkan sebesar Rp551.342. Garis Kemiskinan ini lebih tinggi dibanding Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang masih berada di angka Rp400.000-an. Garis Kemiskinan itu menandakan pengeluaran penduduk DIY lebih tinggi dibanding tiga provinsi di Jawa tadi.

Data lain menunjukkan, DIY menduduki posisi nomor satu dengan rata-rata pengeluaran per kapita non-makanan tertinggi, mencapai 60,53 persen. Porsi pengeluaran non-makanan yang besar menandakan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Ini menandakan masyarakat memiliki cukup dana untuk menabung investasi, pendidikan, hiburan, kesehatan, dan sebagainya.

Sementara itu, tingkat ketimpangan alias rasio gini di DIY  tercatat tinggi. Mengutip data semester II 2022, DIY menjadi provinsi dengan ketimpangan pengeluaran atau rasio gini 0,43 persen, tertinggi dibanding provinsi-provinsi lain.

Membaca data-data itu, Tadjuddin mengartikan, ada ketimpangan yang sangat dalam antara penduduk DIY yang pengeluarannya tinggi dan pengeluarannya rendah. Jarak yang besar itulah yang menjadi salah satu faktor persentase jumlah penduduk miskin di Yogyakarta cukup tinggi.

Melihat kenyataan ini, Tadjuddin melihat perlu ada bantuan yang sifatnya menaikkan daya beli masyarakat, sehingga nilai konsumtif yang masih rendah bisa terkerek. Selain itu, kemiskinan sebenarnya dapat didekati dengan “Delinking Strategy” yakni meningkatkan pendidikan, kesehatan, dan penciptaan peluang kerja untuk anggota keluarga miskin guna memutus mata rantai kemiskinan.

Iklan

Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setya Adi

BACA JUGA Kemiskinan di DIY Tertinggi Sudah Tahunan, Ekonom Curiga Dipolitisasi 

Terakhir diperbarui pada 1 Februari 2023 oleh

Tags: kemiskinanYogyakarta
Kenia Intan

Kenia Intan

Content Writer Mojok.co

Artikel Terkait

Starcross Membuktikan bahwa Nilai Kreativitas dan Komunitas Lebih Kuat dari Tren yang Datang dan Pergi
Video

Starcross Membuktikan bahwa Nilai Kreativitas dan Komunitas Lebih Kuat dari Tren yang Datang dan Pergi

8 November 2025
Kenangan mahasiswa di Jogja dengan pensiun dokter. MOJOK.CO
Sosok

Kebaikan Seorang Pensiunan Dokter yang Dikenang Mahasiswa Jogja, Berikan Tempat Inap Gratis hingga Dianggap Seperti Keluarga

25 Oktober 2025
Peserta kegiatan Main Bareng Lareplay di Taman Bakung, Baciro, Kota Yogyakarta MOJOK.CO
Kilas

Main Bareng Lareplay: Ajak Anak-anak Kota Yogyakarta Peduli Lingkungan dengan Cara-cara Unik

23 Oktober 2025
Bumiku Lestari: Inovasi Bank Sampah yang Bisa Ditukar dengan Bahan Makanan Sehat
Video

Bumiku Lestari: Inovasi Bank Sampah yang Bisa Ditukar dengan Bahan Makanan Sehat

23 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.