MOJOK.CO – PO Cebong Jaya merupakan bus legendaris yang menghubungkan Wonosobo-Banjarnegara-Purwokerto. Bus ini jadi pilihan utama warga daerah tersebut saat bepergian.
Sejak 1982, bus ini sudah melintas di jalanan dingin. Kehadirannya begitu diandalkan warga Wonosobo, Banjarnegara, Purwokerto, dan sekitarnya. Hingga 2021 lalu, perusahaan ini masih memiliki 30 armada bus yang setia mengantarkan penumpang.
Meski demikian, tidak bisa dimungkiri bahwa banyak juga warga yang punya pengalaman kurang mengenakkan saat naik bus ini. Salah satunya Pasha Dena (23), warga Wonosobo asli yang pernah masuk angin setelah menggunakan bus ini.
Pengalaman penumpang
Pada 2019 ia menggunakan Cebong Jaya untuk pulang ke Wonosobo dari perjalanan jauh. Dalam kondisi capek ia mendapatkan bus yang jendelanya tidak bisa ditutup. Malangnya saat itu hujan, alhasil bajunya basah kuyup setelah menempuh 3 jam perjalanan Purwokerto–Wonosobo.
“Aku capek banget dan itu tuh kondisi lagi nggak sehat dan jendelanya nggak bisa ditutup, hujan, air masuk semua, aku besoknya langsung masuk angin. Nggak nyaman yang jelas,” ujar Dena.
Kisah Dena membuat saya mencari tahu lebih jauh mengenai bus ini. Kemudian saya bertemu dengan Januar Dhika (25) yang juga orang Wonosobo totok. Ia juga mengatakan kekurangan yang kurang lebih sama, perihal kondisi armada.
“Interiornya itu agak kurang terawat, mungkin nggak semua, cuman beberapa kali aku pakai kayak gitu,” kata Januar.
Kedua pernyataan tersebut membuat saya jadi penasaran, mengapa dengan kekurangan itu bus ini masih bisa eksis bahkan dibilang merajai jalanan Wonosobo, Banjarnegara, Purwokerto, dan sekitarnya?
Cepat dan banyak armada
Jawaban itu kemudian saya temukan setelah menghubungi Erta (50), warga Wonosobo asli yang puluhan tahun menjadi pelanggan bus ini. Tidak bisa dimungkiri bahwa kecepatan adalah alasan utama penumpang masih setia kepada Cebong Jaya.
“Cebong tu cepet, dan busnya ada banyak, tarifnya standar jadi nyaman,” tulis Erta via pesan Whatsapp.
Perihal kecepatan, Januar pun mengakui kalau bus ini termasuk bus yang cepat dan bisa diandalkan kala sedang dalam keadaan terburu-buru. Ia lebih bisa diandalkan ketimbang angkot yang suka ngetem lama.
Selain itu, bus ini juga waktu kedatangannya jelas dan jumlahnya banyak. Maka tidak heran kalau banyak yang bergantung sama bus ini. Dari cerita mereka bertiga, saya jadi tahu kalau penumpang bus ini rata-rata anak sekolah dan orang-orang pasar. Kedua jenis penumpang ini jelas membutuhkan jam keberangkatan yang pasti.
“Dulu bus ada tiap 15-20 menitan tergantung jam, makin sore makin lama,” lanjut Erta.
Tarif enteng di kantong
Dan yang tidak kalah penting lagi, tarif bus ini bisa dibilang murah. Ketiga narasumber kami mengakui itu. Erta mengatakan kalau ia biasa dikenakan tarif kurang lebih 15 ribu lintas Wonosobo–Banjarnegara. Dena bahkan dikenakan tarif yang lebih murah lagi.
“Dulu kalau jarak dekat aku nggak sampe Rp5 ribu, Rp2 ribu boleh kalau anak sekolah. Di bawah 10 km lah,” ujarnya.
Dengan segala kekurangannya, terbukti Cebong Jaya masih jadi andalan penumpangnya. Setiap bus tentu ada kekurangannya, namun selama itu semua bisa ditutupi dengan kelebihan lain agaknya penumpang akan tetap bersetia. Bagaimana dengan Anda?
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi