MOJOK.CO – Dalam sebuah diskusi daring, Djarot Saiful Hidayat menyatakan banyak kader PDIP yang enggan berkoalisi dengan PKS dan Partai Demokrat di Pilkada serentak.
Politik itu memang seperti karet pentil, elastis dan lentur. Itulah kenapa, hal-hal yang terasa tidak mungkin, bisa menjadi mungkin.
Di Pilkada, misalnya, sebuah partai bisa saja berkoalisi dengan partai lain yang ketika di Pilpres saling bertarung satu sama lain. Gerindra bisa saja berkoalisi dengan PDIP di Pilkada walau keduanya terkenal bersaing keras di Pilpres.
Nah, namun dari berbagai kemungkinan politik tersebut, tampaknya bakal ada pengecualian kecil, yakni terjadinya koalisi di daerah antara PDIP dengan PKS atau Partai Demokrat.
Hal tersebut sempat disinggung oleh Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat. Dalam sebuah daring yang diselenggarakan Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Djarot sempat mengatakan bahwa partainya sulit berkoalisi dengan PKS dan Partai Demokrat di Pilkada serentak 2020.
Hal tersebut menurut Djarot karena banyak kader yang ingin PDIP tak usah berkoalisi dengan PDIP atau Partai Demokrat. Kader lebih menginginkan partainya berkoalisi dengan partai-partai pendukung pemerintahan Joko Widodo saja.
“Saya sebut PKS dan Demokrat. Fakta di lapangan secara kategorisasi memang sulit untuk bisa bekerja sama. Kita akan bekerja sama di lapangan, bukan di atas kertas,” terang Djarot.
Memang ada beberapa daerah yang terjalin koalisi, namun pada kenyataannya tak sedikit daerah yang sulit untuk menjalin hubungan baik dan berkoalisi.
“Kami akan konsentrasi untuk bekerja sama dengan partai pendukung pemerintah. Kenapa? Karena Pak Jokowi sebagai presiden adalah kader PDIP. Maka wajib hukumnya kalau PDIP mendukung sampai selesai.”
Kendati demikian, pernyataan Djarot tersebut masih cukup debatable. Wakil Bendahara Umum PDI-Perjuangan, Rudianto Tjen sempat mengklarifikasi bahwa apa yang dikatakan oleh Djarot tersebut kurang tepat.
Ketika dihubungi oleh CNN Indonesia, Rudianto mengatakan bahwa partainya membuka kemungkinan berkoalisi dengan partai mana pun, termasuk PKS dan Partai Demokrat.
Ah, jadi ingat romantisme masa lalu waktu PKS dan PDIP berkoalisi dan bikin Jokowi menang telak 90 persen lebih di Pilkada Solo beberapa tahun yang lewat.
Memang masa lalu itu susah sekali dilupakan. Apalagi masa lalu yang penuh dengan kemenangan. Hahaha
Mamam, tuh.