MOJOK.CO – Sahabat pengin kurus Indonesia, jika diet sudah dilakukan, tapi olahraga sendiri males-malesan, sudah saatnya kalian coba untuk nge-gym! Ya agak mahal sih. Tapi ada kok klub kebugaran yang berharga miring~
Sahabat Celenger yang menginginkan rekeningnya menjadi gendut tapi badannya tetap kurus,
Sebagian besar orang mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan hal yang diinginkan tanpa harus bersusah payah. Setelah lelah bertanya pada Tuhan, manusia kemudian bertanya pada tuhan modern, google. Di mesin pencarinya kita akan dengan mudah menemukan “kaya tanpa bekerja keras” dan “sukses tanpa modal”. Termasuk usaha manusia memiliki tubuh ideal tanpa olahraga. Mungkinkah?
Dulu, mempunyai tubuh gemuk pernah menjadi body goal banget. Penampakan tubuh yang berlemak nan mengglambir begitu lekat dengan kesejahteraan. Di beberapa negara Afrika, bahkan hingga kini, tubuh menjadi hal pertama yang dipersalahkan jika seorang perempuan masih jomblo. Oleh keluarganya, perempuan tersebut bukan sekadar disarankan untuk gemuk, tapi sekaligus obesitas.
Di Indonesia sebenarnya juga menganut hal yang sama. Orang tua saat menyuapi anak yang masih balita menggunakan kalimat motivasi yang tidak pernah mempermasalahan kegemukan, apa lagi menyuruh anaknya diet. 90% orang tua akan mengatakan kepada anaknya, “Yuk, dimamam lagi, Sayang, yang banyak. Uhhh… pinter. Biar cepet gede”.
Awalnya lucu melihat anaknya tumbuh montok. Begitu di usia dewasa, orang tuanya sendiri pun bisa jadi yang pertama kali membully.
“Tong, Lu makan apa sih? Badan udah segede gaban lagi bengkak, masih aja makan dibanyakin. Tekor nih tabungan. Udah mulai besok diet, makan sekali aja dan banyakin air putih!”
“Kalau kembung gimane, Nyak?”
“Syukurin!”
Itu asal muasal diet di Betawi. Jauh sebelum orang mengenal beragam diet; OCD ala Dedy Corbuzier yang menggunakan konsep jendela makan (itu makan apa mau bikin kos-kosan, ribet amat ada jendela makan!), diet GM yang dikembangkan untuk karyawan General Motor yang mengalami kegendutan sehingga geraknya lamban seperti mobil naik tanjakan, dan tentu saja diet keto yang segala lemak, jeroan dan hal yang diharamkan dokter untuk dimakan, oleh penganut aliran diet ini justru dimangsa, asal rendah karbo.
Tidak sedikit yang sukses karena mengikuti cara diet tersebut. Tetapi banyak juga yang gagal walau telah mendisiplinkan diri. Sudah meluangkan waktu, sudah menahan lapar, sudah berkorban tidak makan Indomie yang enak dimakan disegala waktu, eh tetap saja gagal mempunyai tubuh yang diidamkan. Untuk beberapa jenis diet, bahkan perlu berkorban biaya lebih karena diet menjadi identik dengan mahal.
Respon tubuh tiap individu terhadap makanan memang berbeda. Ada yang mengeluhkan cuma minum air putih saja sudah gemuk. Loh kok bisa, padahal tidak ada unsur lemak di air putih. Logikanya bagaimana?
“Iya, habis minum air putih aku tu nggak langsung tidur. Tapi bikin ndomie telor dikasih irisan cabe. Itu ya… bikin tidur jadi syahdu”.
Faktor utama yang sering dilupakan para pencari tubuh ideal yang kebanyakan sudah putus asa tersebut padahal bukan makan sedikit atau banyak. Tetapi kegagalan kita untuk menjadi oposisi yang baik. Bukan soal politik saja kita memerlukan oposisi, tetapi kita juga bisa menerapkan prinsip serupa terhadap tubuh kita.
Tau mau tidur itu ya berdoa sebelum tidur, jangan malah salah doa sebelum makan. Jadi makan beneran deh jadinya. Bagaimana kalau sudah mencoba berbagai cara tetap gagal, Om?
Oposisi tetap harus ditegakkan. Kalau gagal mempunyai tubuh ideal sementara sudah diet beragam cara, mulailah main fisik! Menampar dan menyentil perut sendiri sambil mengatakan, “nakal kamu”, “gendut banget, malu-maluin!”, “tuman!”. Apakah seperti itu?
Hal yang sebenarnya belum kita penuhi adalah hak tubuh untuk “disiksa” melalui olahraga. Serius, jauh sebelum orang berbicara soal jam biologis tubuh dimana ada masa kita harus paham bagaimana menjalankan beragam aktivitas, waktu makan yang dianjurkan, dan kapan harus beristirahat. Orang tidak banyak mengalami obesitas karena beragam aktivitas fisik sudah dilakukan.
Adakah petani dan nelayan obesitas? Kalau kalian menjawab ada, bisa dipastikan itu tuan tanahnya atau pemilik usahanya. Mereka walaupun makan sebelum tidur, tidak akan pernah mengalami obesitas. Aktivitas tersebut menjadi semacam carbo loading yang berfungsi untuk menunjang aktivitas pagi walaupun tanpa sarapan terlebih dahulu. Beda dengan kita, sebelum tidur makan, sarapan pun jangan sampai telat. Mau kurus dari Hongkong?
Setelah berhasil mengatasi kemalasannya, ada beberapa kendala lanjutan begitu olahraga sudah dijalankan. “Sudah olahraga lari kok perut belum rata?”, “Kok tubuh belum terlihat kencang?”
Begitulah perilaku sapiens sejati. Dari semula menolak olahraga, begitu sudah olahraga masih ada ketidakpuasan atas keputusannya. Maka sebagian di antaranya memutuskan untuk melakukan olahraga yang dapat membentuk otot-otot perut dan lengan dengan cara nge-gym atau masuk klub kebugaran.
Cara paksa tersebut, karena harus membayar, diyakini dapat membantu kita dalam mendapatkan bentuk tubuh ideal menurut ukuran kita. Itu teorinya ya, mengingat biaya masuk klub kebugaran tidak bisa dikatakan murah.
Di klub kebugaran yang dikelola serius semacam ‘Selebriti Pitnes’ (SP) yang jaringannya ada di berbagai daerah, biayanya sekitar 500rb-1jt per bulan (tergantung fasilitas) di luar kita menggunakan jasa personal trainer. Biasanya, biaya membership dibayarkan dimuka.
Kalau ingin hasilnya optimal, perlu juga menganggarkan penggunaan personal trainer (PT). Itu penting untuk yang tidak mampu “menyiksa” tubuhnya untuk berpeluh lebih. Mereka memahami dengan baik cara mendesain latihan yang diperlukan untuk membentuk otot yang relatif aman untuk tubuh. Ada tambahan biaya 300rb-500rb. Murah dong sebulan segitu? Itu sekali datang!
Setidaknya diperlukan biaya 2jt-5jt per bulan bisa lebih (tergantung frekuensi menggunakan PT) untuk mendapatkan hasil yang kita kehendaki. Jualan utama klub kebugaran memang bukan membershipnya yang relatif terjangkau tetapi personal trainer. Tetap tidak perlu risau, kalian bisa meniru saya yang tidak pernah memedulikan tawaran mereka yang begitu gencar. 2 tahun nge-gym bukan lengan yang besar, tapi justru perut.
Nge-gym memang tidak bisa dibilang murah untuk pendapatan di bawah 10 juta. Tetapi bukan berarti tidak ada klub kebugaran yang berharga miring. Tinggal kita sesuaikan saja dana yang tersisa setelah dikurangi pengeluaran rutin (uang sekolah anak, belanja bulanan, listrik, internet, telpon, dan biaya ngopi). Bentar, kok dikalahin sama biaya ngopi? Ya itu masalah prioritas. Beda orang beda skalanya, silahkan untuk memodifikasinya.
Tidak harus mahal, karena banyak klub kebugaran yang tidak mengharuskan membayar biaya keanggotaan setahun dibayar di muka. Ada yang memabayar tiap kali datang 50 ribu, ada juga yang biaya bulanannya 200ribu saja. Hal yang perlu ditekankan ulang, soal kemauan, bukan kemampuan membayar.
Kalau uang tersisa 100ribu saja? Nge-gym sendiri di rumah. Setelah latihan kardio semacam jogging, lari, kita bisa browsing di kanal-kanal video online yang menayangkan cara membentuk tubuh melalui beragam cara. Selain murah juga bisa memilih sendiri personal trainer yang cantik dan ganteng. Tergantung selera dan orientasi kalian.
Tapi sebenarnya kalau kita teliti ada kok ajakan nge-gym yang gratis dan agamis.
“Nge-gym, Yuk”
“Kemana, Celfit?”
“Bukan, Gegerkalong”
Tapi ya nggak dijamin tubuhnya jadi ideal. Itu kan ajakan untuk menghadiri pengajiannya Aa Gym di pesantrennya.