Sebelumnya saya nggak begitu tahu siapa itu Muhaimin Iskandar atawa lebih dikenal dengan sapaan Cak Imin. Pria bergelar “cak” yang saya tahu baru Cak Lontong dan Cak Noris saja.
Saya jarang melihat politikus PKB ini di media. Terakhir mendapati sosok Cak Imin adalah ketika duduk bersebelahan dengan Papa Setya Novanto pada pernikahan Kahiyang Ayu. Ketika mata Papa terbenam, saat itulah Cak Imin langsung tanggap, garuk-garuk dagu tidak gatal, lalu mengajak ngobrol hadirin di sebelahnya alih-alih mengajak diskusi Papi Setnov yang sedang memejamkan mata memikirkan nasib bangsa. Dengan lihai Cak Imin memajukan kepala hingga menutupi wajah Papa yang bobok dengan asyik-masyuk-kelyuar.
“Eh, ngalingin, Bro!” ucap kameramen yang kecewa bidikannya kena blokade.
Entah disengaja atau tidak, apa yang dilakukan oleh Cak Imin adalah perbuatan terpuji. Sikap seorang kesatria! Mengingatkan saya dengan salah satu scene Games of Thrones tatkala Ned Stark mengaku telah memerintahkan Lady Catelyn untuk menyandera Tyrion Lannister padahal dia sendiri tak tahu-menahu tentang apa yang dilakukan oleh istrinya. Namun, intinya, Cak Imin dan Lord Stark berani pasang badan untuk melindungi orang terkasih.
Kawan, tidak pernahkah kau mendengar nasihat guru agama untuk menutupi aib saudaramu? Sebab ketika kita melakukannya, sebagai gantinya Allah Swt. yang akan menutupi aib kita. Sungguh bromance yang mengharukan. Respect for Cak Imin! Lucky for you, Papa!
Bukan kali pertama sang Papa Besar bobo lucu di acara saklar, eh sakral. Sebelumnya saya pernah melihat doski tidur berdiri di Munaslub Partai Golkar. Barulah ketika hampir roboh ke depan, doi tersentak dan bangun lalu cengar-cengir manja.
Di versi lain, setelah sadar dari tidur sesaatnya, Papi Setnov melakukan gerakan pemanasan sebelum moonwalk ala Michael Jackson. Tapi, apa yang dilakukan rekan sesama politisi Partai Golkar yang berdiri di sebelah Papi? Tersungging. Melengkungkan senyum. Tipe-tipe cengiran meledek.
Oh, Man! Tak patutlah menertawakan kelalaian teman sendiri. Tidur itu manusiawi. Tidur itu ciri manusia sejati. Bukan untuk ditertawakan. Apalagi tidurnya orang yang kelelahan setelah bekerja keras menyelamatkan bangsa ini dari pengaruh buruk meme. Jadi, contohlah Cak Imin.
Gara-gara aksinya menutupi fenomena sleeping beauty, Cak Imin jadi ikut nampang di video yang viral tersebut. Itulah ganjaran untuk orang yang berbuat baik. Atau jangan-jangan ini salah satu manuver politik untuk melejitkan sosok Cak Imin? Tak tahu saya!
Yang jelas, sejak itu saya mulai melihat wajah Cak Imin di poster-poster yang tertempel di berbagai sudut kota. Di situ disebutkan jika Cak Imin adalah cawapres 2019. Wait… what? Cawapres? Terus capresnya siapa? Kok nggak pede amat sih? Ibarat Spanyol yang sesumbar akan keluar sebagai runner–up World Cup 2018 padahal kick off saja belum.
Bung Karno pernah berkata, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.” Hemat kata, Cak Imin masih bisa revisi resolusi 2019 menjadi capres. Dari petuah bapak proklamator tersebut, bisalah diadaptasi menjadi, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi presiden! Bermimpilah menjadi RI 1. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara menteri-menteri dalam kabinet.”
Lagi pula tahun 2019 masih lama. Masih banyak kemungkinan manuver politik yang akan terjadi. Hal ini bisa dicontoh oleh seorang jomblo. Siapa saja yang hari ini masih melajang, bisa saja bikin klaim sebagai “Calon Suami 2018”. Atau “Calon Bapak Beranak Satu 2020”. Sah-sah saja walau calon dan modal kawin aja nggak punya. Namanya juga mimpi. Nusantara saja awalnya hanya mimpi seorang Gaj Ahmada kok. Tapi dengan kerja kerasnya, kita yang menikmati hasilnya sekarang, yaitu kebinekaan.
Orang yang menertawakan mimpi orang lain berarti takabur. Tapi, mendukung mimpi seseorang dengan cara yang salah juga merugikan sang pemimpi. Contoh, tim sukses “Cak Imin Cawapres 2019” yang memasang poster dengan memakunya di batang pohon. Hei, pohonnya tidak tidur, jadi tidak usah dialingi pakai kepala Cak Imin!
Tapi, saya penasaran, siapa sebenarnya capres untuk Cak Imin? Apakah presiden yang sekarang? Wah, kalau benar, ini bakal bikin rumah tangga di istana menjadi tidak harmonis. Ibarat belum putus, sudah pamer gebetan.
Coba kalau dikonversi ke percakapan dua orang yang pacaran.
Cewek: “Kalau mantanku ngajak balikan, kita putus ya, Boo.”
Cowok: “Boleh. Emang kamu aja yang punya cadangan, Bae?”
Cewek: “Hah? Maksudnya?”
Cowok: “Iya, kalau kita putus, aku mau deketin gebetankulah.”
Cewek: “Oh ya udah kita putus sekarang aja!”
Cowok: “Kok gitu sih? Kan mantanmu belum ngajak balikan!”
Cewek: “BYE!”
Jadi, siapa capresnya Cak Imin nanti? Sumpah, saya nggak tahu. Itu di judul saya emang nanya beneran.