MOJOK.CO – Pokeman lagi-lagi datang dan berniat untuk bikin demam. Kali ini ia hadir dalam film “Detective Pikachu”. Kira-kira apa yang terjadi jika Pokemon di film itu betul-betul ada dan diimpor ke Indonesia?
Setidaknya sudah dua kali Indonesia demam Pokemon. Pertama, saat anak 90an sedang getol-getolnya mengonsumsi micin bin vetsin dalam sebungkus chiki. Nah, beberapa merek chiki memberikan bonus hadiah berupa tazos bergambar Pokemon. Siapa yang ingin populer dan diakui di tongkrongan anak SD, haruslah punya banyak koleksi tazos.
Kedua, ketika generasi micin yang tadi, diberi kado Natal lebih awal oleh perusahaan pengembang perangkat lunak bernama Niantic. Dirilislah sebuah gim bernilai historis nan nostalgia: Pokemon GO. Gim realitas tertambah ini bikin penggunanya rajin keliling kota untuk menangkap Pokemon virtual. Namun, euforia ini hanya berlangsung sebentar saja. Digantikan dengan permainan musiman lainnya.
Kini, ia kembali memanggil jiwa-jiwa yang masa kecilnya kurang bahagia melalui sebuah film. Berbeda dengan negara +62, Amerika Serikat sebagai negara adidaya nggak mau cuma jadi penikmat. Sekali kapitalis tetap kapitalis. Maka, sineas Hollywood mengalihwahanakan serial animasi asli Jepang itu menjadi live action, yaitu Pokemon: Detective Pikachu.
Pengisi suara Pikachu dalam film Detective Pikachu adalah Ryan Reynolds yang sudah terkenal berkat perannya sebagai Deadpool. Pikachu yang lucu dan menggemaskan, tapi punya suara pria dewasa bernada sinis ala Deadpool, cukup bikin saya menaikkan satu alis sejak dalam trailer. Namun, ternyata, hasilnya, lumayan lucu juga. Ryan Reynolds nggak pernah gagal dalam melawak lewat dialog. Sebab jatah gagalnya sudah habis saat dirinya memerankan superhero asal DC Comics, Green Lantern.
Di tangan Ryan Reynolds, Pikachu di Detective Pikachu jadi seekor Pokemon bergaya indie. Dengan topi detektif ala Sherlock Holmes, Pikachu jadi pecandu kopi, penikmat senja, dan pembangkit listrik tenaga pipi chubby.
Di cerita film Detective Pikachu, dalam sebuah kota, Pokemon dan manusia hidup berdampingan. Perannya tidak hanya jadi semacam peliharaan, tapi juga bisa jadi rekan kerja manusia. Misalnya, tukang nasi goreng memasak tidak pakai kompor, tapi pakai ekornya Charmander si Pokemon tipe api. Atau, Squritle si tipe air yang dimanfaatkan sebagai juru semprot.
Jika Pokemon di Detective Pikachu benar-benar ada di dunia nyata, mungkin Bu Menko Puan Maharani akan mendatangkan makhluk-makhluk ajaib itu ke Indonesia. Diimpor langsung dari Jepang. Program ini bisa dilakukan setelah rencana mendatangkan guru dari luar negeri sukses direalisasikan.
Kalau sudah ada mereka di negeri ini, PNS dan karyawan kantoran lainnya yang hobi main gim di waktu kerja, bisa main Onet secara langsung di dunia nyata: mencocokkan dua Pokemon sejenis. Lalu, kita tidak akan melihat perkelahian Cebong dan Kampret di media sosial lagi. Wow, ternyata mengimpor mereka versi Detective Pikachu bisa menyelesaikan konflik sosial akibat polarisasi politik. Hal yang hampir mustahil ini bisa juga terjadi dikarenakan Cebong dan Kampret bakalan diganti pakai Pokemon: duel antara Poliwag dan Zubat.
Poliwag adalah Pokemon tipe air yang bentuknya mirip kecebong. Jika berevolusi menjadi Poliwhirl, ia bakal berwujud seperti kodok yang berdiri di atas dua kaki, tapi tangannya pakai sarung tinju. Jika berevolusi lagi menjadi Poliwrath, ia tidak hanya bertipe air, melainkan juga tipe tanding alias petarung pro.
Filosofinya, Cebong biasanya cuma rusuh di media sosial. Namun, kalau dibiarkan bertumbuh dan berevolusi bakalan jadi petarung yang rela jotos-jotosan di dunia nyata. Begitu.
Sementara Zubat, seperti namanya, adalah Pokemon berbentuk kelelawar yang hidup di tempat gelap. Ketika kedinginan, mereka berkumpul untuk saling menghangatkan. Jika berevolusi menjadi Golbat, mulutnya semakin lebar. Ia termasuk tipe melayang dan beracun.
Filosofinya, Kampret bisa ‘terbang’ karena hoaks. Tapi juga hal itu bisa sangat beracun. Jika dibiarkan, bisa meracuni orang lain juga pakai hoaks.
Baik Poliwag (Cebong) maupun Zubat (Kampret), sama-sama bisa berevolusi menjadi pribadi yang lebih baik. Yang satu pakai revolusi mental, yang satu pakai revolusi akal sehat. Presiden terpilih periode 2019-2024 mesti merangkul dua Pokemon ini untuk menyambut revolusi yang nyata di depan mata, yakni revolusi industri 4.0.
Jika Jokowi kembali jadi presiden dan berpartner dengan Pokemon, maka beliau cocok bekerja sama dengan Mr. Mime. Sebab Mr. Mime yang mahir pantomim ini juga senang main tebak-tebakan seperti Jokowi saat bagi-bagi sepeda.
Namun, jika Prabowo yang jadi presiden, kita bakalan punya kucing negara. Bukan Bobby The K4T, tapi Meowth dari Team Rocket yang bisa ngoceh itu. Lalu, alih-alih naik kuda, Prabowo justru menunggang Rapidash. Cocok dengan karakteristik beliau yang berapi-api.
Selain dua capres itu, politikus yang lain juga bakal punya rekan Pokemon masing-masing. Contohnya, Bu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang sepertinya akan memilih yang berjenis ikan bernama Magikarp. Ketika ditanya alasannya oleh wartawan, Bu Susi menjawab:
“Potensi industri perikanan kita itu seperti Magikarp. Mungkin sekarang klepek-klepek karena kewalahan sering jadi korban illegal fishing. Namun, apabila ditangani dengan baik, Magikarp bisa berubah menjadi Gyarados, yaitu naga air yang bisa menenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan.”
Lalu, SBY nyanyi bersama Jiggypuff dan mengeluarkan album duet pertama antara manusia dengan Pokemon. Setya Novanto tertidur bersama Snorlax. Wiranto kembali menekuni hobi menyamarnya seperti ketika menjelang pilpres 2014. Bedanya, sekarang penyamarannya makin sempurna karena dibantu Ditto si Pokemon berbentuk agar-agar yang jago dalam perubahan bentuk.
Sementara itu, Menteri Segala Urusan Luhut Binsar Panjaitan sudah berhenti bisnis batu bara. Sebagai gantinya, beliau berternak Pikachu. Namun, usahanya ini dijadikan bahan konten film dokumenter berjudul ‘Chubby Killer’. Sebab listrik yang bersumber dari pipi Pikachu kerap menyetrum warga sekitar peternakan.
Bulan puasa seperti ini, anak motor biasanya keliling kota melakukan sahur on the road. Sementara Bulbasaur malah sahur on the root. Maklum, dia bertipe rumput.