Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Jalan Hidup Pelajar yang Hobi Baca Buku Sungguh Sunyi dan Sendiri

Haris Firmansyah oleh Haris Firmansyah
25 Februari 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kalian-kalian yang gemar baca buku sejak jaman sekolah mungkin pernah mengalami hal sama.

Ketika SMP, saya punya teman berambut keriting bernama Agung. Ternyata Agung tidak hanya punya rambut keriting, dia juga punya banyak koleksi komik. Sewaktu main ke rumahnya bersama teman sekelas yang lain, saya kalap melihat tumpukan komik yang ditaruh di rak sepatu di dekat kamar mandi. Saya heran, komik kok ditaruh di rak sepatu, mungkin sepatunya ditaruh di rak buku.

Sementara teman-teman sibuk dengan PlayStation di kamar Agung, saya asyik baca komik di depan kamar mandi dengan menyender di pintunya. Membuat ibunya Agung susah keluar dari kamar mandi. Saya merasakan sensasi bahagia ketika membaca hal-hal baru, sampai lupa keadaan sekitar.

Ketika pamit, saya memohon kepada Agung untuk pinjam beberapa judul komiknya, setelah sebelumnya saya memasukkan dua lusin komik ke tas saya. Waktu itu saya benar-benar mabuk. Sudah dikasih pinjam dua lusin, minta tambah satu kilogram lagi. Tepat hari itu punggung saya makin bungkuk karena membawa beban berat. Tapi, sampai rumah, saya bahagia. Saya baca komik dengan senyum terkembang.

Sejak itu, saya suka baca. Saya makin kenal dengan Doraemon, Kungfu Komang, Dragon Ball, dan majalah komik Shonen Magz. Ternyata sensasi nonton dan baca itu beda. Ketika baca, entah kenapa saya merasa dekat dan berempati dengan para tokohnya. Saya seperti diajak berjuang bersama karakter dalam komik untuk mencapai sebuah tujuan.

Dari kesukaan saya membaca komik, saya jadi ikutan bikin komik juga. Dengan mencontoh artwork di komik-komik yang saya baca, saya menghasilkan komik amatir yang dibaca secara keliling di kelas. Dari sini, saya paham, seseorang bisa menjadi apa yang dia baca.

Ketika SMK, saya kenal dengan Agus yang punya hobi baca koran di perpustakaan daerah di kota kami. Dari perkenalan dengan Agus itu saya jadi kenal perpustakaan dengan segala isinya. Hobi baca saya naik tingkat, yang semula hanya gemar baca komik, jadi getol baca novel-novel tebal. Bersama perpustakaan, saya tumbuh menjadi pelajar SMK yang manis dan tidak suka tawuran (karena yakin bakal jadi pihak yang kalah). Saya kerap menenteng novel Ayat-Ayat Cinta di dalam angkot sepulang sekolah. Dan saya bisa menangis sendirian di kamar ketika menekuni Ketika Cinta Bertasbih.

Dari sekian banyak genre buku yang saya pinjam dari perpustakaan, yang menjadi favorit saya adalah genre komedi dan parodi. Karena buku-buku humor bikin saya tertawa tanpa alasan. Dari tawa yang berderai itu saya bisa melupakan segala masalah hidup dan utang-utang negara.

Dari hobi pinjam buku, saya naik tingkat menjadi pembeli buku. Bajet saya untuk beli buku setiap bulannya bisa mencapai ratusan ribu. Dari hobi baca buku, saya kepengin nulis buku juga. Saya ingin menjadi penulis. Pikiran saya waktu itu, jika saya menjadi penulis, saya bisa dapat royalti. Royaltinya bisa dipakai untuk beli buku.

Tentu tidak hanya itu benefit yang didapat menjadi penulis. Dalam bayangan saya, menyenangkan sekali menjadi penulis. Bisa talkshow keliling Indonesia, menyapa antrean pembaca setia dan menanda-tangani halaman pertama buku mereka, lalu menampilkan wajah semringah ketika foto bersama. Tambah keren ketika satu per satu buku diangkat menjadi film dengan band pop favorit ketika SMP mengisi original soundtrack-nya. Belum lagi, bisa mandi di bath tube berisi tumpukan uang yang didapat dari royalti penjualan buku yang mega best seller.

Sampai sini saya bingung, sebenarnya saya ingin jadi penulis atau jadi Firaun abad 21.

Di kalangan pertemanan, orang yang suka baca buku hanya saya. Kalaupun ada yang suka baca, paling mentok baca SMS-SMS mesra dari mantan kekasih yang sudah lalu. Saya mencoba menularkan semangat baca dengan menulis. Saya menuliskan cerita sehari-hari di mana ada mereka yang dicatut di dalamnya. Dengan harapan, setelah suka baca kisah tentang mereka, mereka bisa menjamah buku-buku yang menampilkan kisah orang lain.

Minat baca masyarakat Indonesia memang masih belum tinggi. Mungkin karena kesadaran membaca masih rendah. Dan dua kalimat barusan tidak menyelesaikan masalah. Salah satu faktor mengapa anak Indonesia tidak doyan baca adalah harga buku yang tidak murah dan sama sekali tidak ramah dengan kantong pelajar. Lebih baik traktir pacar jajan bakso daripada jajan buku yang mahal-mahal, mungkin begitu pikiran anak muda. Walaupun kenyataannya buku adalah barang jualan yang membuat pembelinya makin kaya.

Seharusnya buku itu disubsidi, bukan dibebani dengan PPN yang tinggi. Semoga pemerintah sadar akan hal ini. Lingkaran penerbit juga bisa membantu permasalahan ini dengan tidak membandrol harga buku di atas limapuluh ribu rupiah. Apalagi bukunya cuma setipis tubuh model pengidap anoreksia. Buku tipis harga mahal? Pembelinya bisa ikut tipis. Dompetnya!

Iklan

Yang saya sarankan untuk mereka yang tetap ingin traktir pacarnya jajan bakso tapi juga ingin membaca buku adalah mengunjungi perpustakaan. Tapi di perpus jangan pacaran, apalagi sampai berisik, nanti dilempar pulpen oleh Rangga AADC. Kartu perpus adalah tiket menuju dunia yang lebih cerah secara gratis. Lagi-lagi peran pemerintah diperlukan untuk update buku-buku di perpustakaan.

Entah kenapa, hobi baca buku identik dengan perempuan. Kalaupun ada cowok yang suka baca, wataknya judes, tertutup, dan hanya mau berteman dengan bapak-bapak penjaga sekolah bernama Pak Wardiman. Iya, maksud saya Rangga. Kaum perempuan memang punya minat baca lebih tinggi dibanding para lelaki. Sampai-sampai ada penerbit buku perempuan, Stiletto Book. Mungkin kalau ada penerbit buku laki-laki, namanya Pantofel Book.

Semoga ke depannya, banyak cowok-cowok seperti Rangga, yang menjadi keren dengan membawa buku sebagai pegangan. Sebab cowok juga bisa menjadi seksi dengan baca buku. Sekarang sudah banyak buku yang menampilkan kejantanan dan keromantisan laki-laki, contohnya novel Dilan 1 dan Dilan 2. Bahkan ada novel yang menggambarkan kemaskulinan, sportivitas dan kemauan keras seorang laki-laki dalam memperjuangkan passion. Judul novelnya Wrecking Eleven.

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2018 oleh

Tags: AADCayat-ayat cintabaca bukuketika cinta bertasbihkomiknovelpelajarperpustakaanRanggasekolahSMASMP
Haris Firmansyah

Haris Firmansyah

Pegawai Bank Ibukota. Selain suka ngitung uang juga suka ngitung kata.

Artikel Terkait

Pameran buku anak termasuk komik. MOJOK.CO
Ragam

Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak

15 November 2025
Guru tak pernah benar-benar pulang. Raga di rumah tapi pikiran dan hati tertinggal di sekolah MOJOK.CO
Ragam

Guru Tak Pernah Benar-benar Merasa Pulang, Raga di Rumah tapi Pikiran dan Hati Tertinggal di Sekolah

8 November 2025
Komik Indonesia di tengah popularitas Manga dan Manhwa MOJOK.CO
Ragam

Manga dan Manhwa Semakin Populer di Kalangan Anak Muda, ke Mana Komik Karya Indonesia?

20 September 2025
Keruntuhan komik di Indonesia disebut gara-gara Manga, padahal pemerintah sendiri MOJOK.CO
Ragam

Komik Jadi Bacaan Populer di Indonesia Sejak 50-an, Diruntuhkan karena Cap “Dewasa”

17 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.